75. 0202

1K 204 47
                                    

Hampir subuh, berkali-kali berusaha untuk tidur, nyatanya Jinan masih gagal juga. Kalau begini dia jadi khawatir bakalan sangat sangat kelelahan dua hari ke depan. Bahkan Jinan ragu, apa dia bakal punya kesempatan untuk tidur besok? Karena kalian tahu lah kalo habis nikah tuh gimana?

Capek. Soalnya masih harus ngurus ini itu kelar acara.

Jangan jorok mikirnya.

Oke cukup. Jinan menghela napas. Setelah acara nangis bersama keluarga Wijaya semalam, ternyata rasa gugup sekaligus excited kembali menghampiri Jinan. Ditatapnya wajah pulas ketiga adiknya satu persatu. Iri, pengen banget Jinan tidur lelap kayak gitu biar pas acara dia bisa tampil segar nan tampan.

Jadi kepikiran calon istri. Jingga gimana ya? Apa Jingga juga ngerasain hal yang sama kayak dia? Jingga juga gugup?

Panggilan hatinya disambut, satu chat masuk dari Jingga muncul di layar hpnya, nanyain apa Jinan udah bangun.

Jinan langsung menelpon gadis yang beberapa jam lagi akan jadi istrinya itu sambil berjalan keluar kamar supaya nggak membangunkan adik-adiknya.

"Assalamu'alaikum, Mas Jinan."

Suara itu selalu jadi pemacu untuk senyum Jinan. Segera dijawabnya salam Jingga.

"Mas Jinan baru bangun?"

Jinan mengulum bibirnya. Malu mau bilang kalau dia bukan baru bangun tapi belum tidur. Padahal setelah sholat subuh dia udah harus berangkat ke lokasi. Tapi sampai sekarang kerasa ngantuk pun enggak. Pada akhirnya Jinan jujur aja, "saya nggak bisa tidur. Gugup."

Seperti yang dia duga, pengakuannya disambut tawa. Dia pikir Jingga bakalan ngejek, ternyata enggak, "aku juga."

Jinan ikut ketawa jadinya. "Kamu juga gugup?"

"Gugup banget! Lebih gugup dari pas mau ngajak Mas Jinan kenalan waktu itu!"

Memori masa lalu terputar di ingatan Jinan. Tentu dia belum lupa, gadis cantik yang awalnya hanya sering datang untuk makan, tiba-tiba mengajaknya kenalan dengan cara yang unik. Waktu itu Jinan sampai nawarin Aqua karena ngerasa obrolan mereka berdua nggak nyambung. Kalau dinget kayaknya dulu Jinan pernah mikir Jingga itu pasien RSJ deh. Nggak pernah ngebayangin kalau gadis aneh itu yang bakalan jadi pendamping hidupnya mulai nanti pagi.

Maharani Jingga memang nggak seperti perempuan-perempuan yang pernah Jinan kenal sebelumnya. Kadang kata-katanya begitu jujur dan menusuk, kadang dia bicara berputar-putar tanpa bisa Jinan pahami artinya.

Dulu Jinan bahkan sempat berpikir bahwa Jingga menyebalkan, ikut campur masalah keluarganya tanpa tau apapun. Tapi pada akhirnya, Jinggalah yang membuat Jinan keluar dari zona nyaman, menyadarkan dirinya yang begitu keras kepala, membantunya menyelesaikan masalahnya, semua dengan caranya yang benar-benar diluar nalar Jinan.

Gadis itu selalu membuatnya bertanya-tanya di awal, tapi kemudian sadar tanpa perlu dijelaskan kata demi kata. Jingga pun nggak punya hidup yang begitu sempurna tapi tingkah laku dan senyumnya cukup untuk menunjukkan bahwa dia bahagia sampai bisa membuat orang lain iri. Sampai bisa membuat Jinan ingin memiliki senyum itu juga.

Kadang Jinan sampai heran, kenapa rasanya Jingga tahu segalanya? Kenapa gadis itu sadar hal-hal tentang Jinan yang Jinan sendiri nggak sadar? Kemunculannya sangat tiba-tiba, tapi dalam waktu singkat saja, gadis itu sudah berhasil membuatnya kecanduan. Nggak perlu waktu lama bagi Jinan untuk menyadari bahwa dia menginginkan gadis ini. Bahwa Jinan Lazuardi Wijaya membutuhkan Maharani Jingga di hidupnya.

Jinan dulu sering bertanya-tanya pada Tuhan. Kenapa dia nggak bisa hidup normal kayak orang lain? Kenapa dia harus menanggung beban yang berat di usia yang begitu muda? Kenapa rasanya masalah terus datang ke hidupnya? Jinan dulu pernah bertanya-tanya, kapan Tuhan akan memberikan dia kebahagiaan?

The House Of WijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang