Selenophilie 52

29 8 18
                                    

Happy Reading!

Tampaknya bulan tidak jadi bercahaya, karena langit menyuruh awan hitam menurunkan hujan, dan memilih menghilangkan bulan.

***

"Fany, Om." Fany mengulurkan tangannya sembari tersenyum.

Pria itu menerima uluran tangan Fany untuk berjabat tangan. "Marchelio."

Tatapan Marchelio sangat tajam, memperhatikan Fany dari rambut sampai ujung kaki. Risih? Iya. Fany menundukan kepala, ia harus segera beraksi.

"Oh, iya, Mbak. Ibu Mbak Bella, mana?" tanya Fany mengalihkan pandangan kepada Bella.

"Ada di atas." Bella menunjuk ke lantai atas. Namun, bola matanya bergerak lebih cepat dari biasanya. Fany tahu kebohongan itu, tetapi ia ingin tahu seberapa bagusnya Bella berakting.

"Mbak, Om. Fany boleh numpang solat?"

Bella melirik Marchelio, lalu lelaki itu mengangguk."Boleh, kamar mandi di belakang."

"Tempat solatnya di mana?"

"Cari pembantu di dapur, nanti bakal nunjukin lo."

Fany mengangguk, bangkit dari duduknya. Tanpa bertanya Fany tahu letak rumah ini, tetapi di kondisi sekarang Fany bersifat bodoh.

Sesampai di depan pintu kamar mandi, Fany melihat Bella dan Marchelio pergi ke lantai 2. Dengan langkah pelan dan hati-hati, Fany kembali berjalan ke ruang tamu. Mereka berdua tidak terlihat juga di atas.

Fany berjalan menuju kamar Marchelio. Ia yakin di kamarnya ini, terdapat surat-surat berharga itu yang Marchelio simpan. Di dalam kamar, Fany langsung menargeti meja kerja Marchelio.

Banyak map-map yang berserakan di atas meja, Fany membukanya dan tepat di sana tertulis nama Fahri. Fany bergegas mencari yang lainnya, tumpukan berkas itu semua tertulis nama Fahri. Alhasil Fany kemudahan dan membawanya.

Namun, saat balik badan hendak kabur. Bella dan Marchelio berada di ambang pintu. Sial.

"Kamu, tidak bisa mengambil itu dari saya." Marchelio berjalan ke arah Fany.

"Wow, si Cupu!"

"Iya, gue si Cupu yang keren," ucap Fany bangga yang langsung berlari. Akibat menghalangi jalannya. Fany menendang perut Marchelio dengan ujung sepatu heels nya, sehingga tumbang dan meringis kesakitan.

"Hentikan dia!" teriak Marchelio kepada Bella, yang berada di pintu untuk menghentikan perempuan itu.

Fany tersenyum licik. Bella merentangkan tangannya bersiap siaga menangkap Fany. Sudut bibir Bella mengeluarkan darah, akibat tonjokan yang Fany layangkan.

"Bye!"

Berlari dengan sepatu hak tinggi memang sedikit menantang. Pasalnya Fany tidak bisa lari secepat mungkin, karena kakinya akan terkilir.

Sesampai keluar dari rumah hantu, ternyata Marchelio menyuruh anak buahnya mengepung dirinya di halaman rumah.

"Sialan, lo!" umpat Fany.

Melihat Marchelio dan Bella berjalan menghampirinya, Fany berniat berlari menerobos orang-orang itu. Namun, mana mungkin Fany yang hanya seorang perempuan dan seorang diri. Bisa mengalahkan belasan lelaki ini.

Fany berdiri di antara mereka, tangannya terus melindungi surat-surat berharga itu.

"Kembali kan yang ada ditangan, kamu," ucap Marchelio berdiri di teras.

SELENOPHILIE [END]Where stories live. Discover now