"Ngomong apa sih?" Mata Fany melebar lalu mencubit bibir Liam pelan dengan jarinya.

"Aww! Oh mulai kasar ya," ringis Liam sembari tersenyum sinis.

"Sini mau gue bogem?" Fany menaikan dagu seraya menantang Liam.

Liam menggeleng-geleng kepala lalu menggelitik pinggang Fany, membuatnya tertawa geli. Tubuh Fany limbung kemana-kemana akibat gelitikan Liam. Fany melangkah mundur ingin memberi jarak kepada Liam. Namun, tidak bisa lelaki itu malah menggelitikinya lebih keras. Liam sangat puas melihat Fany tertawa menderita.

"Li, udah!" teriak Fany terus mendapat gelitikan.

"Suruh siapa lo cubit bibir gue?" Liam tersenyum licik.

Di tengah keasikan mereka berdua, seseorang menyapa Fany. Seketika Liam berhenti menggelitiki Fany dan tawa mereka redup.

"Hai, Fan!" sapa seorang perempuan melambaikan tangannya.

Liam dan Fany menoleh, keduanya mematung di tempat melihat perempuan itu. Liam meraih tangan Fany, menggenggamnya kuat-kuat.

Perempuan itu melangkah kehadapan Fany, segera Liam menyembuyikan Fany di belakang tubuhnya.

"Tenang, gue gak bakal nyakitin Fany," ucap perempuan itu yang tak lain ialah Bella.

Liam dan Fany bertanya-tanya, apa maksud dari ini semua? Hakim telah menghukumnya tujuh tahun setengah, lalu baru 2 minggu perempuan itu sudah bebas.

Tidak. Mungkin mereka salah mengira orang, di dunia ini setiap orang mempunyai 7 kembaran kan.

"Siapa lo?" tanya Liam meyakinkan.

Perempuan itu tersenyum. "Gue, Bella."

"Gue di sini bermaksud mau minta maaf sama, Fany. Atas kejahatan yang gue buat. Gue sadar apa yang gue lakuin dulu, ngerugiin gue sendiri," lanjut Bella terlihat tulus. Namun, Liam tidak yakin ucapan Bella itu benar-benar dari hatinya.

"Kenapa lo, bisa keluar?" Liam semakin hati-hati, curiga akan keluarnya Bella dari penjara.

"Sahabat gue, bantuin gue keluar. Karena ibu gue sakit."

Jawaban Bella sangat tidak masuk akal. Bukannya Bella mempunyai adik yang bernama Stella? Lalu kenapa bukan Stella yang mengurusnya?

Liam menemukan kebohongan dari perkataan Bella. Apa tidak mempunyai alasan yang lebih bagus? Liam menganggukkan kepalanya, percaya dengan jawaban Bella.

"Gue mau minta maaf sama lo, Fan," ucap Bella mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Fany hendak menerima uluran tangan Bella. Namun, Liam mencekal tangan Fany mencegahnya. Fany menatap Liam sembari menggeleng, meyakinkan kepada Liam tidak akan terjadi apa-apa.

Liam melepaskan tangannya dari lengan Fany. Uluran tangan Bella Fany terima seraya tersenyum, ia telah memaafkan semua kesalahan Bella.

"Lo, maafin gue, kan?"

"Iya, Fany maafin."

"Gue janji gak bakal nyakitin, lo."

"Nggak apa-apa, kok. Lupain yang lalu."

***

"Dimakan ya, Sayang. Mamah udah  siapin semuanya," ucap Gina antusias menyambut kedatangan Fany.

"Iya, Tan."

"Ah kamu, kayak yang baru kenal aja panggil Tan. Panggil Mamah, aja."

Fany tertawa malu. "Iya, Mah."

Meja makan penuh dengan makanan yang Gina sediakan untuk Fany. Kedatang Fany membuat Gina sangat senang. Gina akui Fany semakin cantik, ditambah perubahan tutur katanya yang sopan.

Bukan hanya itu, mengetahui keduanya menjalin hubungan, Gina amat bahagia. Sebagai ibu, Gina bersyukur sekarang putranya telah mendapatkan apa yang ia mau. Dengan kata lain perjuangan Liam tidak sia-sia.

"Assalamualaikum!" teriak Mila dari ruang tamu berlari menuju meja makan. Mila segera pulang karena mendapat pesan dari Gina, bahwa Fany ke rumahnya.

"Ya Allah, Mila. Pelan-pelan, Mamah denger ko."

"Fany!" teriak Mila melihat Fany yang tengah menatapnya juga.

Liam menggeleng-geleng kepala sembari menepuk jidatnya. Kakaknya tidak bisa menjaga sikap, sekalipun kepada seseorang yang lama tidak ia temui.

Fany bangkit dari duduknya menghampiri Mila yang berjalan ke arahnya. Mereka berdua berpelukan, Mila merindukan sosok Fany. Namun, sayangnya Fany sekarang tidak senakal dulu.

"Maafin Fany, Kak. Gak ngenalin, Kakak, waktu di supermarket," bisik Fany ditelinga Mila. Fany mengingat wajah Mila saat berada di supermarket kala itu, pantas saja Fany tidak asing.

"Nggak apa-apa. Gue udah cerita juga sama Liam," jawab Mila mengusap punggung Fany seraya tersenyum.

Mila melepaskan pelukannya, senyuman dibibirnya tidak pudar. Betapa bahagianya Fany bisa mengingat dirinya kembali, dan juga adiknya itu berhasil meluluhkan hati sang pujaan.

"Gue denger kata, Mamah. Ada yang berbunga-bunga," cibirnya kepada Liam.

Liam menutup telinga, pura-pura tidak mendengarnya. Sudah pasti mengejeknya dan berkata ini itulah. Kemudian, Mila menghampiri Liam menuju samping kursinya.

Tiba-tiba Mila memeluknya, membuat Liam terdiam. Ada apa dengan perempuan ini? Liam merasa isak tangis Mila dipundaknya. Liam semakin bingung, ia meraih tangan Mila mengusapnya pelan.

"Kenapa?" tanya Liam hati-hati.

"Selamat, ya. Akhirnya lo berhasil dapetin kemauan lo, gue sebagai kakak gak bisa bantu apa-apa. Tapi, lo mampu buktiin bahwa lo bisa dapetinnya, dengan cara lo sendiri."

***

Bela mau ngapain lagi, sih?-_-

SELENOPHILIE [END]Where stories live. Discover now