Bab 22 : Area B06-32

186 35 0
                                    


"Baiklah, ayo semua, kita memanjat!"

"YAA!"

"Ayo kita keluar dari sini!" Kata Emma terus memberi semangat pada anak-anak. Dia mulai memanjat pohon perlahan-lahan, diikuti anak-anak lainnya. Pada akhirnya hanya beberapa yang hampir sampai ke puncak, soalnya mereka punya rencana. Yang memanjat duluan adalah Emma, Ray, Kyojurou, Don, Thoma, Lannion, dan Dominic.
Mereka berniat akan membuka jalan keluar dari goa tersebut.

Lalu Emma melihat, akar-akar yang mengikat bangkai hewan tersebut mulai merenggang. Dia teringat salah satu dialog pada novel petualangan Ugo.

“Dindingnya menipis, kita harus kabur, Marvine”

"Semua, bantu aku!" Pekik Emma. Lalu dengan sigap Emma, Kyojurou, Don, Dominic, Thoma, dan Lannion melompat dari batang pohon yang mereka panjat ke akar-akar yang merenggang dan bergantung sampai akarnya putus. Hingga akhirnya jalan keluar permukaan terbuka.

KRAAKK

Di luar goa, ada laut Utara yang nyaris membeku.

Ular-ular pun tertidur karena kedinginan.

Sesuai dialog narator dari Novel, angin dingin yang masuk lewat lubang yang Emma dan kawan-kawan buka. Tapi mereka malah terjatuh lagi ke dasar goa.

"Waa, benar-benar terhenti!!" Ucap Lannion.

"UWAAAAA, disini dingin!!" Pekik Don sambil menggigil.

"Tapi, kita.." Kyojurou sempat terbengong. "KITA BERHASIL!!" Teriaknya kegirangan diikuti Emma dan kawan-kawan.

"Huft, akhirnya kita bisa keluar!" Ucap Mitsuri sedikit terengah-engah. Ia kemudian membantu anak-anak lain untuk keluar dari goa bawah tanah.

Setelah berhasil keluar, Emma memandang buku novel buatan William Minerva di tangannya. ‘Terimakasih, Tuan Minerva. batinnya sambil tersenyum.

Lagi-lagi, sama seperti Ray sebelumnya, dia merasa bahwa mereka semua sedari tadi diawasi oleh seseorang. Emma lalu berlari mengejar "Orang" tersebut namun tidak ada apa-apa dibalik sana.

Tak ada apa pun.. apa itu hanya perasaanku..?
Maka itu membuat Emma semakin waspada dan berusaha melindungi teman-temannya.

"Begitu rupanya, akar ini lemah terhadap udara dingin.." Komentar Alicia sambil mengamati lubang goa akar pohon penghisap darah itu.
"Karenanya, mereka berhenti bergerak, ya?" Kata Yvette.

"Soalnya, disini dingin, ya." Ucap Mark menggigil dan langsung memakai syal miliknya. Anak-anak mengangguk setuju apa yang dikatakannya.

"Iya, lebih dingin ketimbang lokasi awal tempat kita jatuh tadi." Sambung Rossi dan juga memakai syalnya.

"Tak kusangka, suhu tempat ini pun bisa beda sejauh ini. Padahal hutannya masih sama.." kata Shinobu sambil membawa tumpukan syal lalu memakaikannya pada dirinya dan anak-anak lain.

"Iya. Apa mungkin karena cahaya matahari tidak masuk ke sini, ya?" Ucap Anna melihat ke atas langit. Semuanya gelap.

"Tapi meski begitu, ini tetap kelewat dingin!" Sahut Dominic.

"Aneh, aku bertanya-tanya ada apa yang terjadi di dunia ini? Sampai-sampai, hal semacam ini pun tak bisa kita pahami." Tutur Genya heran.

"Tapi masa', sih, jangan-jangan lubang tempat kita jatuh tadi adalah lubang teleportasi?? Dan kita malah merasa berjalan sebentar tapi sebenarnya telah jalan sepanjang puluhan atau bahkan ratusan kilometer? Maka dari itu rotasi bumi dengan matahari jadi berbeda??" Ucap Dominic sambil bergaya heboh di setiap kata-katanya.

⊹𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙩𝙤 𝙁𝙞𝙜𝙝𝙩𝙞𝙣𝙜 𝙏𝙤𝙜𝙚𝙩𝙝𝙚𝙧⊹ - KnY x TPNWhere stories live. Discover now