Bab 2 : Awal dari yang kedua

612 85 12
                                    


"Apa “Oni”, benar-benar telah musnah?"

Setelah Mitsuri bertanya begitu, semua terdiam lagi, (dan lagi).

Memang, harusnya makhluk bernama Oni itu telah hilang dari muka bumi ini. Terlihat anak-anak telah hidup bahagia dan bersenang-senang sesuka mereka.

"Menurutku, tidak. Buktinya manusia tetap hidup sampai sekarang 'kan? Zaman juga sudah berkembang." Sahut Genya sekaligus menjelaskan.

Semua mengangguk setuju.

"Kalau begitu, tidak diragukan lagi jika keadaannya benar-benar aman."  Balas Mitsuri.

"Iya, sih. Tapi, kalian ngerasa nggak sih? Aku sepertinya merasakan aura kebohongan dari Mama." Kata Obanai.

"Aku, juga." Sahut Muichirou.

"Nggak boleh begitu, jangan main tuduh sembarangan!" Kata Shinobu menghentikan topik pembicaraan.

"Berarti, mereka telah berhasil. Bisa mempertahankan dan melindungi sesama manusia." Kata Gyomei.

"Seriusan, memangnya kita harus makan apa supaya bisa jadi seperti mereka!" Keluh Nat tiba-tiba.

"Makanan kita sama lho. Yah, setidaknya sistem saraf mereka yang berbeda dengan kita." Jelas Gilda.

"Ini juga lagi! Kenapa nilai mereka juga bisa naik! Padahal dalam satu malam lho!" Pekik Nat sambil menunjuk ke arah Kyojurou dkk.

"Nat suka begitu, ya.. dia mirip dengan Uzui.." Gumam Kyojurou.
‘Astaga, aku jadi ingat saat dia bahkan mengaku adalah dewa.. pfft..’

"Suka iri orangnya.." gumam Muichirou.

"Oii Norman!! Ayo kita mulai lagi! Kali ini semua selain Norman jadi setannya!" Teriak Don tak terima.

'Hahh!? Licik bangett!!' Batin semua anak.

"Hhh, lagi-lagi dia emosian," Gilda menghela nafas.

.
.
.
.
.
.
.

Anak-anak mulai mencari Norman. Sebagian menyebar ke hutan.
Emma berjalan menyusuri di balik semak-semak dan melihat pagar yang membatasi panti dengan dunia luar.

Dan ia menemukan Norman berdiri diam mematung, matanya memandang ke pagar kecil tersebut.

Norman menoleh, dan Emma mendekatinya.

"Aku kalah" Lirih Norman.

Norman tersenyum. Emma memegang pundak laki-laki Albino itu. Mereka terdiam sebentar sembari saling pandang.

//Cie.g

"Apa pun yang terjadi, jangan pernah mendekatinya." Emma selalu mengingat kata-kata Mama.

"Mama selalu bilang begitu, ya." Sahut Norman. "Katanya, gerbang dan pagar di pedalaman hutan itu berbahaya."

"Itu sudah pasti bohong, 'kan?"

Emma yang hampir menyentuh pagar tersebut tiba-tiba terhenti dengan ucapan Ray yang sudah di samping mereka berdua.

Kyojurou yang mendengar suara Ray pun mendekati mereka bertiga.

"Bohong gimana?" Tanya Norman.

"Maksudku, coba lihat aja sendiri." Jawab Ray. "Apanya yang berbahaya dari ini? Pagarnya rendah dan tak terlihat sesuatu yang berbahaya."

"Tapi, Mama bilang begitu..." -Emma.

"Itu karena kau terlalu menyayangi Mama."

Norman dan Kyojurou hanya diam.

⊹𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙩𝙤 𝙁𝙞𝙜𝙝𝙩𝙞𝙣𝙜 𝙏𝙤𝙜𝙚𝙩𝙝𝙚𝙧⊹ - KnY x TPNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang