27. Favourite Man

Start from the beginning
                                    

"Dua ya, bang. Dua duanya jangan pakai kacang sama daun bawang, kerupuknya pisah, sambalnya juga pisah. Oh iya, kaldu kuningnya dipisah juga," pesan pria itu kepada mamang tukang bubur.

Tiga menit lagi bel masuk, tapi ia harus ke rumah Sekar dulu untuk mengantarkan satu bubur yang ia pesan. Ia sudah merencanakan ingin membelikan Sekar bubur itu dari semalam. Niatnya sebelum jam tujuh sudah berangkat dari rumah, agar tidak terlambat ke sekolah karena harus mampir ke rumah Sekar, tapi gara-gara terlalu asyik bermain gim bersama kembarannya sampai larut malam, akhirnya jadi kesiangan.

Shaka memutuskan untuk meredam egonya yang tidak terima akan ucapan Sekar kemarin padanya. Kalau api dibalas api, tidak akan pernah bisa padam.

Pria berseragam putih abu-abu itu mengeluarkan uang dari dompet kulit hitamnya untuk membayar bubur, setelah itu langsung tancap gas ke rumah wanita yang ia tuju. Sesampainya di rumah Sekar pintu diketuk tiga kali, membuat seorang Ibu dengan kemeja hitam keluar. Shaka menyapa Ibu dengan hangat, menitipkan bubur itu kepada beliau.

"Loh, kamu gak takut dihukum? Sempet-sempetnya ke sini padahal udah jam segini," tanya Ibunya Sekar. Sterofoam putih yang isinya bubur sudah berada di tangan beliau.

"Kalau belum lewat jam 7.30 gak dihukum, kok, tante. Shaka titip buat anak gadisnya, ya, tante. Maaf gak bisa lama-lama," jelas Shaka sembari mengulurkan tangan untuk salaman.

Ibu menjabat tangan pria itu. "Hati-hati, ya. Pulang sekolah mampir aja, temenin Sekar, soalnya tante mau ke kantor," pesan beliau diangguki Shaka.

ָ࣪ ۰ Amour ‹!

Gerbang sekolah sudah ditutup, tapi ia masih diperbolehkan masuk karena di SMA Agra batas terlambat itu sampai jam 7.30. Lewat dari jam yang sudah ditentukan, siswa dikenakan hukuman.

Pria itu baru sadar suatu hal saat akan memasukkan kunci motornya ke dalam tas. Kunci motor itu ada gantungan kunci berbentuk bulat dengan tulisan suatu nama sekolah 'SMA LAKSAMANA'. Shaka memeriksa vespa abu-abunya, ternyata di body motor itu juga ada stiker yang menempel dengan tulisan yang sama seperti di gantungan kunci itu.

"Ini motor Azka," gumam Shaka. Ia melirik jam tangannya, tidak ada waktu untuk memikirkan motor, ia harus ke kelas sekarang.

Bersyukur Shaka karena guru pelajaran pertama di kelasnya belum masuk. Menurut informasi teman-temannya, guru itu terlambat masuk karena masih menyiapkan lembaran soal ulangan harian fisika untuk hari ini.

"Tumben telat," ujar Aufa saat Shaka sedang melepas ransel hitamnya dari pundak.

"Kesiangan," jawab Shaka.

Sadam dan Bumi yang duduk di depan Aufa dan Shaka membalikkan tubuh mereka ke belakang, ikut nimbrung.

"Berarti kita gak jadi bolos ya, Mi?" tanya Sadam pada Bumi. Bumi mengangguk sambil menaik turunkan alisnya. Senyumnya sumringah seperti habis menang undian lotre.

Shaka bertanya, "Bolos ulangan fisika?"

"Iyalah. Kita kira lo gak masuk hari ini, kalau gak masuk, nanti siapa yang mau kasih kita jawaban ulangan?" curhat Bumi dengan alis mengerut.

Mata Shaka melirik ke teman sebangkunya.

"Aufa mah pelit gak mau bagi jawaban," cicit Bumi.

"Gue emang pelit soal bagi jawaban. Tapi gak pelit soal rumah yang mau lo tumpangin," balas Aufa untuk Bumi. Bumi nyengir teringat kalau ia memang sering menginap di rumah Aufa, dan pria itu selalu membuka rumahnya kapan pun Bumi mau menginap.

Seorang guru wanita masuk dengan tumpukan soal ulangan fisika di dekapannya. Beliau menginstruksi kepada seluruh warga XI IPA 1 untuk mengumpulkan buku fisika mereka di meja guru dan menaruh tasnya di dekat papan tulis. Guna mencegah adanya kegiatan contek mencontek.

AMOURWhere stories live. Discover now