“Sampai ketemu besok sayang ku…”
Setelah memasuki apartemennya Edam langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang yang tempatnya tidak jauh dari pintu. Tubuhnya benar-benar sangat lemas, semua tenaganya habis. Karena ia telah mengeluarkan banyak tenaga untuk menghabisi kaum jin. Beruntung saja dari usahanya tadi tidak sia-sia.

Melenyapkan dua mahkluk jin dalam waktu sekejap adalah pencapaian yang luar biasa bagi Edam. Senyuman tipis terukir diwajahnya, karena sebentar lagi semua kaum jin akan lenyap di tangannya.

“Ssshh!!!!”
Ia merintih kesakitan karena kedua ujung bibirnya yang luka itu belum kering.

Kemudian ia bangkit untuk mengambil kotak P2K. ia duduk di meja makan, dan mulai menuangkan alkohol ke kapas untuk membersihkan sisa darah yang ada di kedua ujung bibirnya. Secara perlahan ia menyentuh kulitnya dengan kapas. Rasa perih perlahan mulai terasa. Ia Kembali merintih kesakitan karena tidak kuasa menahan perihnya luka akibat tamparan keras dari Angga. Kemudian menetskan cairan betadin di kapas yang lain untuk mengobati lukanya, supaya cepat mengering.

Disela-sela dia mengobati lukanya dengan perlahan, ia baru merasa aneh mengenai kekuatan yang dia miliki saat melawan kaum jin tadi. Seperti ada kekuatan lain yang menguasai tubuhnya. Ia sangat merasakan kekuatan yang begitu besar dalam dirinya. Entah kekuatan siapa itu, Edam pun tidak mengerti.

☠☠☠

Malam pun berganti pagi. Sakit yang kemarin Edam rasakan kini sudah menghilang, hanya meninggalkan bekas luka berwarna merah muda dikedua ujung bibirnya. Ia berharap Naya tidak mengetauhi luka itu, karena pastinya akan menimbulkan beberapa pertanyaan yang dilontarkan gadisnya nanti.

Kini Edam sudah siap dengan setelan seragamnya. Ia memakai jaket hitamnya yang tergeletak di atas kasur, kemudian ia mengambil tas renselnya, dan segera keluar dari apartemennya menuju apartemen Naya.

Sesampai didepan pintu apartemen Naya, baru saja dirinya hendak mengentuk pintu, ternyata lebih dulu dibuka dan nampaklah Naya dibelakang pintu tersebut. Gadis itu terlihat terkejut setelah sadar bahwa didepannya ada Edam yang berdiri tegak dengan menampilkan senyum lebarnya.

“Yedam??”
Edam tidak menjawab, ia hanya menaikkan kedua alisnya seraya merenggangkan kedua tangannya, kemudian langsung disambut dengan pelukan hangat dari Naya. Edam pun membalas pelukan gadisnya itu dengan mengusap sayang kepala gadisnya.

“Kamu kemana aja?? Aku kemarin nungguin kamu loh, ditelfon nggak diangkat sama sekali, tapi kamu beneran nggak papa kan?”
Naya melepaskan pelukannya, kemudian mengecek tubuh lelakinya, apakah ada lecet atau tidak. Dan matanya seketika berhenti setelah melihat kedua ujung bibir Edam yang sepertinya adalah bekas luka. Tangan Naya spontan terulur untuk memegang luka itu, kemudian Edam dengan sepat langsung mencegahnya.

“Ini gapapa, hanya luka kecil.”
Melihat wajah Naya yang tidak kunjung berubah dari ekspresi khawatir itu membuat Edam hanya bisa tersenyum.

“Mending kita berangkat sekolah sebelum terlambat.”
Tanpa menunggu jawaban dari Naya, Edam langsung menarik tangan gadisnya supaya segera berjalan.

☠☠☠

Sesampainya di kelas, Naya sedikit terkejut karena kedua temannya sekarang tengah duduk santai di bangkunya. Yuri duduk di kursi sementara Freya duduk di bangku, keduanya saling menatap kearah Naya tepat saat Naya dan Edam memasuki kelas.

EDAM (nyala api) [ TAMAT ]Место, где живут истории. Откройте их для себя