DO - XXV

119 11 0
                                    

25. Tanpa Mami

Pagi harinya setelah acara semalam yang dilaksanakan hingga larut, Oliv enggan membuka kedua matanya sama sekali. Suasana nyaman di kamar bernuansa pink miliknya, membuat kesan adem dan semakin membuat mengantuk. Oliv bahkan tidak menyadari jika ada sepasang mata yang mengintai kegiatannya sejak tadi karena terlalu asik bergelung di balik selimut.

"Sweety, bangun."

Oliv yang tadinya tidur nyenyak, seketika langsung membuka kedua matanya lebar-lebar saat mendengar suara seseorang yang ... menakutkan untuknya. Tangannya mengucek-ucek matanya, hingga Arjuna mencekal tangan tersebut.

"No, jangan digitukan, nanti mata kamu sakit."

Nafas Oliv tertahan ketika melihat wajah Arjuna yang begitu dekat dengannya. Bayangan tentang Arjuna malam itu membuat Oliv segera menggelengkan kepalanya.

"ENGGAK!!!"

Arjuna tersentak karena teriakkan itu. Tentu saja suara melengking Oliv membuat seisi rumah berhamburan menghampiri.

Brak!

"APA YANG TERJADI?" Yudistira berteriak kala mendengar suara Adiknya seperti sedang ketakutan. Namun saat mengecek, ternyata Adiknya itu justru berhadapan dengan si anak tengah.

Langkah kaki Yudistira berjalan begitu pelan mendekati Oliv yang masih ketakutan. Di belakangnya ada Bima yang sempat berlalu dari sana guna mencari peralatan kesehatannya.

"Sayang? Are you oke?" tanya Yudistira lembut.

Bima segera menyingkirkan Arjuna dari sana kemudian mengambil kursi untuk duduk. Tangannya mulai memeriksa sang Adik yang nafasnya masih tersengal-sengal.

"Apa terjadi sesuatu dengan Oliv?" tanya Yudistira.

"Nanti akan aku beritahu denganmu, Bang," jawab Bima. "Minum dulu, ya?"

Oliv yang akan dibantu duduk oleh Bima segera menggeleng. Bibirnya tak henti meracau membuat Yudistira semakin khawatir.

"Mami ... Oliv mau Mami ..."

Bima yang tidak tega segera mengambil alat suntik dan menyuntikkan cairan ke tubuh Oliv. Melihat itu Yudistira sudah bersiap mengamuk sebelum ucapan Bima menghentikan kegiatannya.

"Biarkan Oliv istirahat, Bang. Jika dipaksa, itu akan menyakiti dirinya sendiri."

Oliv samar-samar mendengar perbincangan kedua Abangnya. Air matanya perlahan menetes sebelum akhirnya kegelapan menghampiri.

Sementara di luar kamar, Arjuna mematung karena tindakan Oliv. Apa yang dia lakukan sehingga Adiknya itu takut?

"Bang, ngapain?" Nakula menepuk bahu Arjuna hingga sang empu berjengit.

Memang semenjak Oliv menjadi bagian dari keluarga Constantine, mereka semua sepakat memanggil yang lebih tua dengan sebutan Abang. Katanya sih, biar Oliv tidak bingung.

"Gue-gue bingung sama keadaannya Oliv," jawab Arjuna.

Mendengar nama Adiknya, Nakula berniat untuk mengecek kondisinya. Namun belum sempat Nakula masuk, pintu sudah terbuka lebih dahulu dari dalam.

"Arjuna," panggil Bima tajam.

Sadewa yang kebetulan melintas turut bergabung dengan para saudaranya. Si bungsu yang kini sudah menjadi Abang itu menatap mereka dengan bingung.

"Ya, Bang?" sahut Arjuna ketar-ketir.

"Abang sama Bang Levin pengen bicara sama kamu." Bima melenggang dari sana bersama dengan Yudistira. Nakula seketika bingung harus kemana karena sepertinya kamar Oliv tidak bisa dimasuki siapapun.

Diary OliviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang