12 > Pengakuan

3.2K 258 8
                                    

Setelah seminggu Jaemin tidak berangkat kuliah, akhirnya dia mau tidak mau harus berangkat karena ketahuan ibunya.

Ibu nya bahkan sampai mendiamkan dirinya tiga hari dan jarang mengantar makanan ke apartemennya.

Seperti sekarang ibunya meminta foto Jaemin di kampus. Oh sungguh Jaemin sangat malas apalagi ini jadwal dosen sialan yang sayangnya berhasil merebut hatinya- Lee Jeno.

Jaemin menghembuskan nafasnya malas. Jengah dengan sang ibu yang mendesaknya mengirimkan foto di kampus.

Noni Belanda

|Jaemin, kirim foto nya dong
|Mau pastiin kamu sampe kampus apa belum
|Harus sampe ya sayang ku
|Gak kirim mama bekuin kartu kredit pemberian papa

Astaga, ibunya ini memang sedikit merepotkan. Huh! Ingin sekali Jaemin menjauhkan diri dari ibunya.

Otewek|
Sent a photo.

Akhirnya Jaemin mengirimkan selca nya minggu lalu. Dirinya bahkan baru saja selesai mandi. Tak apa pikirnya menjahili sang ibu sekali-kali.

Jaemin memakai setelan yang sama agar ibunya itu tidak mencurigainya. Cerdik.

Setelah dirasa siap, Jaemin menyambar jaketnya lalu  pergi dengan mobil barunya yang ia menangkan semalam.

- - -

Jaemin mengerjapkan matanya saat dirinya terusik. Terusik karena tepukan di bahu dan goyangan di punggungnya.

Jaemin melenguh sembari berusaha menegakkan kepalanya setelah tertidur beberapa jam saat jam kuliahnya.

Jaemin mendongak, menatap sesosok lelaki dengan tubuh tinggi dan rambut silver dan sedikit kemerahan.

Dia tidak mengenal sosok ini, batinnya.

Tapi semuanya terpampang jelas saat Jaemin mengucek pelan mata indahnya. Menatap lelaki Lee itu dengan tatapan datar.

"Saya ingin berbicara." Suara itu, Jaemin tentu sangat mengenalnya.

Jaemin memutar bola matanya dan mengalihkan pandangan asal tidak ke pria itu.

"Saya gak ada waktu, maaf." Kata si mahasiswa sambil menyeret tas berisi buku dengan gerakan tergesa.

Tapi sialnya, dosen keparat nya ini malah menggenggam tangannya sehingga pergerakannya terhenti.

Tanpa basa-basi, Jeno menarik Jaemin menuju ke parkiran dimana mobilnya berada. Yang ditarik malah menatap tajam punggung pelaku dan berusaha melepaskan cengkraman dosen tidak warasnya itu.

"Lepas, kak." Jeno tetap menariknya.

"Mau ngapain sih?!"

"KAK JEN!" Teriakan itu berhasil membuat Jeno berbalik. Tapi sepertinya Jaemin yang salah karena mereka sudah sampai di parkiran.

Jaemin menatap Jeno. Tatapan yang sangat ingin meminta penjelasan dari pria di depannya. Jaemin memalingkan wajahnya, perkataan mertua Jeno yang berkunjung tempo lalu kembali terngiang di pikirannya.

"Saya dan Renjun-

"Iya, pasangan kan? Terus apa arti kata-kata lo selama ini kak? Gue tau gue goblok udah sayang sama lo bahkan gak ada sebulan. Anjing emang gue ini gak bisa kendaliin semuanya. Sekarang gue tau, ku kata-kata yang lo bilang kemarin cuma buat ngehibur gue doang kan? Harusnya gue gak berharap lebih ya, duh maaf banget ya kak gue udah-

Perkataan panjang dan beruntun Jaemin malah dibungkam dengan benda kenyal milik sang dosen. Mereka masih diam, tujuan Jeno memang hanya untuk membungkam mulut pemuda bernama lengkap Na Jaemin ini.

Jaemin yang merasa emosi mendorong dada sang pelaku lalu menatapnya sengit. Tapi matanya justru memburam karena gumpalan air bening yang berkumpul disana.

Sialan, ini bukan waktunya menangis bodoh!

"Saya dan Renjun memang pasangan, tapi itu dulu. Sekarang saya dan Renjun gak ada hubungan lagi, kata Renjun juga kamu gak angkat telfon dia kemarin. Saya tau kamu juga pasti ngejauhin Renjun karna alasan yang sama. Ah, padahal kemarin Renjun nelfon kamu buat bilang kalau saya dan Renjun bercerai."

Jaemin masih diam dan mengusap matanya yang berair.

"Dia udah balikan sama Guanlin sebulan yang lalu, dan saya bilang ke dia kalau saya suka kamu." Kata Jeno yang membuat Jaemin yang bungkam kini tambah tidak tau mengatakan sesuatu.

Jeno terkekeh dengan Jaemin yang diam, dia tahu otak Jaemin tengah memproses apa yang baru saja dia lontarkan.

"Ya terus? Gue harus apa kalau kalian cerai? Bahagia gitu?" Jaemin mengatakan hal tersebut dengan wajah mengejek dan malas meladeni Jeno.

Ya walaupun dirinya memang bahagia mendengar kabar itu keluar dari belah bibir pria di depannya.

"Kamu gak bahagia? Yah, padahal saya pengen kamu seneng denger ini dari saya terus maafin saya." Kata Jeno dengan muka memelas dan membuat senyuman kecil terbit di wajah Jaemin.

"Gak tuh, gue belum bisa percaya sepenuhnya ke lo Kak." Jawabnya acuh yang membuat Jeno tersenyum.

"Habis ini saya ke pengadilan buat sidang terakhir, kalau gak percaya ayo ikut saya nanti." Jaemin terperangah.

Jadi...benar?

"Gak ah, nanti dikira gue simpenan lo." Jawabnya yang membuat Jeno terkekeh.

"Padahal gak papa kamu ikut dan dikira simpenan saya, Renjun juga ngelakuin itu ke Guanlin. Juga, orang tua saya sama Renjun udah pasrah nerima ini." Tambahnya yang membuat Jaemin melongo.

Renjun? Ah, dia melupakan kata-kata Renjun kalau dia tidak pernah mencintai suaminya.

Mereka aneh.

Jeno dan Renjun memang gila.

"Gak, gue capek mau tidur." Kata Jaemin yang membuat Jeno menaikkan alisnya.

"Padahal tadi kamu tidur di kelas saya selama tiga jam, masih mengantuk?" Jaemin hanya mengangguk.

Jeno memegang lengan Jaemin yang langsung mendapat kernyitan heran muncul di kening si submisif.

"Tidur di apartemen saya aja biar saya bisa ciumin kamu, sama-

"KAK JEN!"

No, Sir [Nomin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang