Bab 24

25 5 0
                                    

"Lihatlah ke jendela rumah itu." Mata Seo Yun melebar dan ucapannya terhenti. Pasalnya, ia melihat jendela kamar Jae Hyun perlahan terbuka lebar.

Bolehkah aku berharap?

Seketika, air matanya tumpah saat melihat seseorang membuka jendela kamar Jae Hyun. Tidak. Itu bukan mantan kekasihnya yang sangat ia rindukan. Itu adalah seorang wanita muda berambut panjang. Bukan juga Jung Ji Hyun atau siapa pun yang ia kenal. Hal itu membuat jantung Seo Yun berdetak jauh lebih cepat.

"Secepat itukah?" gumam Seo Yun tanpa sadar.

Kucing yang masih setia menemani Seo Yun itu seketika diam sejak gadis itu meteskan air mata. Seolah, ia benar-benar memahami hati anak manusia yang tadi tanpa henti mengomel dan mengusirnya.

Deritan pintu gerbang tak mampu menarik perhatian Seo Yun. Dan Yeon Jin hanya mampu menggeleng sambil berkacak pinggang. Lalu, pria tampan itu berkata, "Kau tampak seperti pengemis yang kesepian. Hapus air matamu. Segera masuk, lalu mandi."

Seo Yun menggeleng dan masih menatap ke arah kamar Jae Hyun. Hal itu menular pada Yeon Jin. Lalu, pria itu mengangguk seolah menemukan clue yang tercecer.

"Jadi begini rasanya patah hati dan pupusnya banyak harapan?"

"Dan begini juga rasanya penyesalan. Benar, bukan?"

"Em." Seo Yun mengangguk dan masih saja mendongak karena wanita di jendela kamar Jae Hyun juga masih berdiri dan menatap instens ke arahnya.

"Pelajaran untukmu."

"Ini pelajaran atau ujian? Aku seperti sedang ujian negara dan tidak pernah mempelajari materi ini sama sekali."

Yeon Jin mengangkat kedua bahunya. "Biasanya pelajaran dan ujian tidak jauh beda. Sama-sama memecahkan soal yang sulit. Apalagi matematika. Contoh dengan soal yang diberikan sangat jauh berbeda. Pelajaran rasa ujian."

"Benar juga."

Embusan napas panjang menjadi titik akhir pengharapan Seo Yun. Buktinya, gadis dengan rambut bergelombang itu menunduk kemudian berjalan memasuki area rumahnya, meninggalkan Yeon Jin yang masih meniru gaya adiknya tadi.

"Omong-omong, siapa wanita itu? Kenapa Ji Hyun tidak cerita?" Tak lama, Yeon Jin menggeleng. "Pasti bukan saudaranya."

Mata Yeon Jin tiba-tiba melebar. Jangan-jangan Ji Hyun dan Jae Hyun berkhianat?

"Hei!"

Yeon Jin menoleh dan menemukan Jung Ji Hyun tersenyum lebar setelah menepuk pundaknya. Langsung saja ia menatap Jung Ji Hyun dengan intens dan berkata, "Siapa wanita itu?" Tangan Yeon Jin juga dengan segera menunjuk ke arah kamar Jae Hyun dan masih tampak sosok wanita yang sukses membuat Seo Yun menangis.

"Oh." Ji Hyun menatap dengan santai. "Itu asisten rumah tangga baru. Jae Hyun sangat khawatir dengan Eomma yang akan sendirian mengurus rumah. Aku juga akan segera kembali meninggalkan Korea."

"Jadi begitu," gumam Yeon Jin sembari mengangguk-angguk.

"Memangnya kenapa?"

"Ada yang patah hati."

"Seo Yun?"

Yeon Jin mengangguk.

"Biarkan saja. Selama dua tahun ini, biarkan Seo Yun menikmati kehidupannya tanpa Jae Hyun. Agar, ketika Jae Hyun kembali nanti, Seo Yun bisa menentukan pilihannya dengan lebih baik."

"Jadi, aku tidak harus menjelaskan masalah ini?"

Ji Hyun menggeleng. "Sudah aku katakan, biarkan saja." Lalu, Ji Hyun memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Temani aku minum kopi, ya. Bosan sekali tidak ada teman di rumah."

Starting with Promise [Complete]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant