Bab 16

25 7 0
                                    

Jae Hyun menutup mata Seo Yun sesaat sebelum Yeon Jin masuk ke dalam selimut. Menyadari gerakan cepat sosok di sampingnya itu, Seo Yun juga melakukan hal yang sama. Walaupun ia harus berjinjit sedikit dan mau tidak mau meraba-raba wajah Jae Hyun sampai menemukan sepasang mata milik pria itu. Karena, cahaya remang-remang tetap tidak mampu menyembunyikan sosok kakaknya dan seorang wanita di atas ranjang.

"Ayo kita keluar," bisik Jae Hyun.

Seo Yun mengangguk. Namun, sebelum benar-benar pergi, ia sempat berkata kepada Yeon Jin, "Oppa, Appa dan Eomma sudah pulang. Hati-hati dan segera berpakaian." Setelah mengucapkan kalimat itu, pasangan naas itu bergegas meninggalkan kamar Yeon Jin dan langsung menutup pintu.

"Aku malu sekali," terdengar suara seorang wanita dari dalam.

Baik Jae Hyun maupun Seo Yun langsung berpandangan dan saling menahan tawa. Tanpa sadar, kaki mereka berjalan menuruni tiap anak tangga. Dan pada tiga tangga terbawah, sosok ibu Seo Yun masuk ke ruang keluarga.

"Selamat malam," sapa Han Ji Hyeon.

Wanita separuh baya itu langsung memeluk dan mencium pipi sang putri. Jae Hyun mematung menyaksikan hal itu. Di kepalanya, ia tengah menyusun jawaban yang sekiranya masuk akal, mengapa ia berada di rumah ini malam-malam begini. Sayangnya, sebelum Jae Hyun benar-benar menemukan jawaban yang tepat, Nyonya Na sudah menyadari kehadirannya.

"Jung Jae Hyun?"

Jae Hyun menutup gelagapannya dengan membungkukkan badan dan memberi salam.

"Kalian baru saja berkumpul ya?"

Kedua muda-mudi itu mengangguk kaku.

"Ah... Berarti Jinie di rumah. Mana dia?"

Seo Yun dan Jae Hyun melongo melihat ekspresi Nyonya Na. Mereka merasa mubazir telah memusingkan alasan dan ekspresi yang harus dipasang, padahal sang ibunda tidak memiliki kecurigaan apapun.

"Iya, dia di rumah, Eomma. Sejak siang tadi tidak pergi lagi."

"Sekarang di mana dia?"

Barulah kelegaan itu sirna. Mereka kembali beradu pandang dan mulai panik. Namun, Seo Yun lebih dulu berdeham untuk menetralkan kepanikannya.

"Mereka ... maksudku, Oppa di atas bersama Ae Rin."

"Ae Rin di sini?" kening wanita berpakaian hangat itu berkerut.

"Iya. Tadi kita rencananya akan double date, tapi Yeon Jin oppa malah tidur. Jadinya, kita hanya bermain di kamar Oppa sampai lupa waktu."

Kerutan di kening ibu Seo Yun belum juga hilang. Ia seolah menunggu penjelasan lebih lanjut dari sang putri.

"Makanya sekarang Oppa sedang menemani Ae Rin mandi."

"Ah ... begitu. Pantas saja tidak ikut turun dengan kalian. Ah iya," Nyonya Na menarik Seo Yun dan Jae Hyun agar duduk di sofa. "Tadi kalian bermain apa saja di kamar Yeon Jin? Go stop?"

Seo Yun menatap Jae Hyun. Ia akhirnya menyerah untuk membuat alasan. Ternyata berbohong mampu membuat jantungnya benar-benar bekerja sangat keras dan membuat perutnya mual. Balasan pria itu hanya sebuah kerutan, walaupun akhirnya ia menangkap permohonan Seo Yun untuk mengambil alih penanganan.

"Kami tidak bermain go stop, Eommonim. Karena salah satu dari kami tidak tahu cara bermainnya."

"Ah, pasti Seo Yun tersangkanya."

Seo Yun mencebik, kemudian bersedekap. "Aku bisa, hanya tidak mahir saja."

"Itu sama saja."

Jae Hyun tertawa mengikuti tawa Nyonya Na sebagai bentuk kesopanan. Dapat dilihat dengan jelas jika keluarga Na memang keluarga yang harmonis. Bahkan, mereka sangat dekat satu sama lain dan sepasang kakak beradik Na akan saling membantu walaupun dalam keburukan. Benar-benar solidaritas yang tinggi dan hal itu membuat Jae Hyun teringat dengan Ji Hyun. Ia ingat jika sikapnya beberapa waktu lalu sangat tidak sopan.

Starting with Promise [Complete]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum