Bab 19

26 5 0
                                    

Jae Hyun meraih tangan Seo Yun. Tatapan Jeno tak berpindah. Pria itu juga tidak menunjukkan tatapan terkejut. Tatapannya sangat santai, kemudian ia tersenyum. "Tebakanku benar," ucap Jeno setelah itu.

"Kenapa kau ada di sini?"

Jeno menyodorkan headset merah muda milik Seo Yun.

"Tadi tertinggal di kafe. Kau selalu saja ceroboh." Setelah berbicara seperti itu, Jeno tampak mengubrak-abrik isi tasnya. Kemudian, ada beberapa pena dan pensil di tangannya. "Ini semua milikmu?" tanya Jeno sembari tersenyum lebar dan mengabaikan sosok Jae Hyun.

"Ah... terima kasih, Jeno-ssi," ucap Seo Yun setengah bergumam ragu.

"Jeno-ssi," gumam Jeno menunjukkan raut bingung. Namun, ia menutupnya dengan senyuman tak acuh.

Jae Hyun masih terdiam. Melihat ekspresi tak mengenakkan itu, Jeno segera menarik tangan Seo Yun, dan memberikan barang-barang ke telapak tangan gadis itu.

"Lebih teliti lagi. Aku pulang. Selamat malam." Tak lupa Jeno menundukkan kepala sesaat ke arah Jae Hyun. Baik Jeno ataupun Jae Hyun, keduanya memasang ekspresi dingin.

"Terima ...." Seo Yun menghentikan kalimatnya saat Jae Hyun melepas genggaman tangannya dan langsung berjalan memasuki mobil. Lalu, tatapannya juga terarah pada Jeno yang berjalan cepat kemudian berlari. "Dia tidak membawa mobil," gumam Seo Yun yang seketika itu merasa bersalah.

"Sedang dilema?"

Tubuh Seo Yun terlonjak dan ia langsung menoleh. Sang kakak sudah berdiri di belakang tubuhnya dan wajah Yeon Jin berada di samping telinga Seo Yun. Bahkan, pria itu sempat merendahkan tinggi badannya agar tampak sama dengan tinggi sang adik.

"Oppa bicara apa?" gerutu Seo Yun yang langsung berbalik dan berjalan memasuki area rumahnya.

"Kalian pasti bertengkar karena pria tadi, kan?" Yeon Jin berbicara sembari mengekori Seo Yun yang berjalan cepat di depannya, tetapi Yeon Jin berjalan santai. Karena, kakinya memang lebih panjang daripada milik sang adik.

"Jangan mengada-ada." Seo Yun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap sang kakak. "Kami bertengkar karena sama-sama jengah dengan sifat masing-masing!"

"Benarkah? Pasti kau yang memulainya. Jae Hyun tidak akan memulai jika kau tidak melakukan hal yang keterlaluan."

"Selalu aku yang disalahkan." Seo Yun masih sempat mengerucutkan bibirnya. Lalu, ia mendongak dan tatapannya terarah ke rumah Jae Hyun. Lebih tepatnya, jendela kamar Jae Hyun yang masih gelap. "Untuk kali ini, dia yang memulai."

Yeon Jin terdiam di tempatnya. Ia menatap kepergian sang adik, kemudian mendongak. Saat ia melihat ke arah kamar Jae Hyun, Yeon Jin melihat siluet Jae Hyun yang tengah berdiri tegap di depan jendela. Lalu, Yeon Jin memberi isyarat dengan lambaian tangan; memanggil Jae Hyun.

***

Jae Hyun menatap foto Seo Yun di layar ponselnya. Foto itu berlatarkan meja dan jendela di kafe milik Jung Ji Hyun yang belum lama ini diresmikan. Kekasihnya itu tampil santai, tetapi terpancar sisi feminim. Di foto itu, Seo Yun mengenakan hotpans dan kaus yang dibalut jaket bermotif floral. Rambutnya juga dikepang dengan sangat manis. Bahkan, barang-barang yang melekat di tubuh putihnya itu memiliki warna-warna lembut yang membuat penampilannya tidak bosan untuk dipandang. Senyum Jae Hyun tidak sengaja terpancar. Namun, hal itu tak bertahan lama. Pembicaraan antara dirinya dan Yeon Jin semalam membuyarkan semuanya.

Malam tadi, Jae Hyun segera meninggalkan kamarnya yang gelap dan berjalan cepat untuk menemui Yeon Jin. Dan ternyata pria itu sudah menunggu di depan pintu gerbang rumahnya. Tidak ada ekspresi ceria atau ramah yang ditunjukkan kakak Seo Yun itu. Bahkan, Jae Hyun dapat melihat tangan Yeon Jin terkepal di dalam saku celana. Tanpa bertanya pun, Jae Hyun mengetahui jika sesuatu hal buruk akan mengintainya.

Starting with Promise [Complete]Where stories live. Discover now