PROLOG

3 1 0
                                        

"Seseorang mungkin saja selamanya hidup dalam rasa penyesalan, hanya karna terlambat
menyelamatkan mu."

🌻🤍🌻

📍Jakarta, Indonesia

Langit malam kota Jakarta sedang murah hati malam itu. Bintang-bintang bertaburan, seolah sedang mencoba menyaingi gemerlap lampu kota yang tak pernah tahu caranya tidur.

Seorang remaja perempuan melesat cepat dengan mengendarai motor sport hitamnya, membelah lalu lintas padat yang seakan sudah mulai kehilangan kesabaran. Orang-orang ini, ingin segera pulang-entah ke rumah, ke kasur, atau ke kenyataan pahit bernama tanggung jawab.

Ia bersenandung kecil di balik helm, melaju santai tapi cepat menuju sebuah kawasan apartment mewah di daerah Jakarta Selatan. Namun langkah takdir-atau mungkin hanya sekadar insting konyol miliknya, membuat gadis itu menoleh cepat ke kaca spion. Di sana, seorang laki-laki berdiri di tepi jembatan yang mulai sepi. Bukan berdiri biasa, tapi jenis berdiri yang dapat membuat alis siapa pun akan terangkat: satu kaki sudah menginjak pembatas jalan.

Tanpa berpikir panjang-karena ya, berpikir panjang bukanlah gayanya. Gadis itu memutar balik arah motornya lalu berhenti seenaknya di pinggir jalan. Ia berlari, cepat dan panik, lalu

DUG!

Mereka berdua terjatuh. Agak dramatis, sih. Ia di bawah, cowok itu di atas. Mata si cowok membulat, terpaku menatap wajah di bawahnya. Mungkin karena kaget. Mungkin juga karena baru sadar, yang barusan narik dia itu bukan malaikat, tapi manusia dengan eyeliner sedikit beleber.

"Gue tahu gue cantik," ucap si cewek sambil mendesah, "tapi bisa nggak, singkirin tubuh besar lo ini dari tubuh gue sekarang?"

Sambil mendorong dengan cukup kuat untuk menyadarkan si cowok dari mode patung hidup. Usaha itu akhirnya berhasil membuat si cowok itu bangkit juga dari mode patungnya, tetapi masih dengan mata yang menatap dalam si gadis dengan ekspresi bingung, sepertinya otaknya belum login ke dunia nyata.

"Lo gila? Bunuh diri bukan solusi, brengsek..." ucap gadis itu dengan nada tajam. "Pengen mati lo?" Lanjutnya, tapi jujur saja-masih ada nada peduli di sana. Sarkas, tapi manis.

"Kalau iya, maka bunuh dirilah di tempat yang nggak ada orang. Jangan bikin orang asing kayak gue harus mikir sepanjang hidup: 'Andai gue datang satu detik lebih cepat...'," lanjutnya, kali ini nadanya sedikit bergetar. Mata yang tadi tajam kini mulai berkaca-kaca.

Si cowok terdiam. Membeku. Seolah baru kali ini ada yang benar-benar bicara padanya tanpa basa-basi, tanpa kalimat manis penuh kepalsuan.

"Setidaknya pikirkan... betapa menyakitkannya hidup dengan rasa bersalah karena tak sempat menyelamatkan seseorang." ucap gadis itu dengan nada rendah tetapi terkesan menggerutu, nyaris seperti bisikan yang ditelan oleh angin malam-tapi ucapan itu cukup kuat untuk menusuk hati siapa saja yang mendengarnya.

Tanpa menunggu jawaban, gadis cantik dengan penampilan urakan itu berjalan kembali ke arah motornya berada. Mesin meraung pelan, lalu menghilang di antara kerlap-kerlip lampu kota. Cowok itu masih berdiri di tempat, mematung. Entah menyesal, entah kagum, atau mungkin... baru saja jatuh cinta pada seseorang yang bahkan belum sempat ia ketahui siapa namanya.

(⁠。⁠・⁠/⁠/⁠ε⁠/⁠/⁠・⁠。⁠)

✨ Halooo. Welcome to my new story ✨

Udah siap kenalan sama dua karakter utama kita?
si cewek misterius & si cowok yang lagi
kehilangan arah.

🌻🤍🌻

MagnoliaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant