"Mas kenal kamu kok." Tutur Bara. "Setahun cukup buat kenal kamu luar dalem."

Lagi, kepala wanita itu bergerak menggeleng, "Mas mungkin ngerasa gitu, tapi apa setahun bener-bener cukup buat saling kenal? Toh sekarang juga waktu kita dibagi buat Gaza."

Bara mengangguk, menurutnya ia sudah kenal betul dengan istrinya ini. Apa yang Naqiya suka, apa yang tidak. "Mas kenal kamu, nggak perlu diraguin lagi."

"Enggak gitu, Mas. Mas Bara emang suamiku, tapi aku bahkan masih ngerasa asing sama hal itu."

Ucapan Naqiya lagi-lagi berhasil menyinggung perasaan Bara. Setahun bersama bagi Naqiya, Bara bukanlah siapa-siapa hingga masih merasa asing dengannya?

"Bukan asing dalam artian itu, Mas." Tutur Naqiya. "Aku..."

Bara berdiri dan mengantongi jemarinya ke kantung celana, "Nggak ada pacaran-pacaranan. Kamu itu istri Mas, Mamanya Gaza, udah cukup."

Apa-apaan? Bahkan sejatinya banyak wanita yang ingin segera menikah, namun istrinya ini justru mengajak pacaran setelah menikah.

Apakah itu trend masa kini?

"Masss.." Dengan Puppy eyenya ia mencoba membujuk Bara. "Biar aku kenal Mas lebih lebih lagi. Biar kita juga lebih hangat, terus... biar aku semakin tau besar cinta aku ke Mas gimana."

Bara menaikkan satu alisnya. Ucapan Naqiya sudah mulai kemana-mana. "Mas nggak paham, Naqiya."

Naqiya mengulum lidahnya sembari berpikir, "Begini, Mas. Aku sama Mas Bara mulai malam ini kaya orang pacaran aja, maksudnya jangan kaya pasutri gitu. Jadi eeem ya gitu deh."

Bara diam, menyimak ucapan istrinya.

"Kita pergi dating, kita dinner bareng, tapi ya tetep sama bayi."

"Kita pisah rumah?" Tanya Bara menanggapi istrinya itu.

Naqiya menggeleng, "Nggak lah, Mas. Gimana pun kita 'kan suami istri, udah punya anak pula."

"Kumpul kebo ceritanya?" Ujar Bara lagi yang membuat Naqiya berdecak.

"Nggaak! 'Kan ceritanya aja kita masih pacaran. Lagian Mas Bara belum pernah pacaran 'kan? Aku juga belum pernah. Jadi mending kita pacaran halal."

Naqiya berdehem kala ia tak mendapat respon apapun dari Bara selain pria itu hanya menatap wajahnya datar. Persis seperti tatapan pria itu saat mengajar di kelas, datar.

Jemari lentik perempuan itu bergerak mengusap lehernya yang tak gatal. "Bedanya nggak banyak sih, Mas. Kita tetep serumah, tetep ngurus Gaza, tetep sekamar kok. Cuma ya ceritanya kita masih pacaran. Jadi nggak ada..."

Alis Bara terangkat sebelah, "Nggak ada apa?"

"Nggak ada cium, nggak ada peluk, nggak ada eung... anu juga." Naqiya mengangguk, "Pokoknya nggak ada physical touch selama kita pacaran."

Bara menggeleng sebelum dirinya beranjak pergi ke arah pintu kamar. Melihat itu sontak saja Naqiya menoleh pada sang suami. Gerakannya tentu membuat bayi gembil di gendongannya menggeliat gelisah.

"Shhh, Sayang," Bisiknya menenangkan Gaza sebelum kembali fokus pada suaminya, "Mas masa nggak setuju?"

"Enggak," Jawab Bara tepat, padat, jelas.

Suara helaan napas Naqiya terdengar menandakan kekecewaannya. "Ayolah, Mas... Kasih kesempatan kita buat saling mengenal."

Pintu yang sudah Bara buka, ia tutup lagi dengan cepat. Pria itu menyejajarkan tubuh sang istri dengan cara sedikit membungkuk.

Bayi Dosenku 2Место, где живут истории. Откройте их для себя