He Is Psycho 3 : Hati Nurani

Start from the beginning
                                    

Nafelly tersenyum lebar. Dia melepaskan kaki Samuel dengan segera. "Baiklah. Aku hanya butuh itu."

Buru-buru, Samuel merangkak ke arah pintu dengan sangat menyedihkan dia bahkan baru berhenti merangkak setelah di dalam kamar mandi. Menutup pintunya dan menguncinya rapat-rapat.

Napas Samuel sudah berhamburan saat dia menuju ke arah shower. Air liurnya bahkan sudah menetes dengan sangat menyedihkan. Samuel hampir tidak dapat berdiri ketika berada di bawah shower. Namun, walaupun terasa tersiksa dengan keadaannya, Samuel masih bisa bersyukur karena tidak meniduri siapapun.

Samuel sudah berkomitmen ketika dia masih kecil. Cerita-cerita orang dewasa di sekitarnya, dan bahkan kisahnya sendiri membuat Samuel berhati-hati dalam memilih pasangan ataupun bergaul dengan orang lain.

Itulah mengapa Samuel memiliki teman yang sangat sedikit dan juga tidak pernah meniduri wanita mana pun.

Samuel tidak akan seperti ayahnya ataupun teman-teman dari ayahnya. Dan dia tidak akan membuat orang lain berakhir seperti ibu angkatnya ataupun ibu kandungnya. Orang-orang yang menyakiti wanita adalah yang terburuk.

Samuel tidak akan seperti ayahnya. Walaupun dia dengan sialnya harus berada di bawah shower selama 2 jam untuk meredakan nafsunya.

***

"Apa kau seorang putri kerajaan?! Kenapa mandimu memakan waktu tiga jam?! Kau membuat rumah-rumahan baru di dalam sana atau apa?!"

Keluar dari kamar mandi dengan bathrobe-nya, Samuel disambut dengan ocehan Nafelly yang sedang menunggu di depan pintu. Samuel sempat terkejut, namun seolah terbiasa dengan kelakuan Nafelly yang mengejutkan, Samuel meneruskan mengeringkan rambutnya dan berjalan melewati Nafelly. "Sejak kapan kau berdiri di depan pintu? Memangnya kau apa? Penjaga kamar mandi umum atau semacamnya? Kau ingin uang recehku? Walaupun aku tidak punya receh sama sekali."

Nafelly tentu saja mengikuti langkah Samuel. "Apa kau idiot? Aku tentu saja sedang menunggumu! Kenapa kau lama sekali di dalam?!"

Samuel mendelik dan meraih hair dryer yang berada di meja rias. "Kau yang idiot. Hanya anjing yang menunggu di depan pintu."

"Kau yang anjing!"

BRAK!!

Samuel membanting hair dryer dengan kesal. Dia memelototi Nafelly yang masih menantangnya. "Pengemis sialan!! Apa sebenarnya maumu?!"

"Kau sudah tahu apa mauku! Apa kau Tuli?!"

"Kau yang tidak punya otak!"

"Itu kau!!"

"Kau, berengsek!!"

"Kau, sial—ah, sial ..." Samuel menghentikan teriakannya dan mengumpat pada dirinya sendiri karena situasi ini terlalu akrab untuknya. Seperti situasi di mana ayahnya berdebat dengan teman-temannya. Dan Samuel tentu saja tidak bisa begitu karena dia berbeda dari ayahnya. Samuel adalah orang elit dan terpelajar.

Samuel kembali meraih hair dryer nya dan mencoba mengeringkan rambutnya lagi. "Pengemis, mari kita tanya jawab sejenak."

"Namaku Nafelly Christine, bukan pengemis!"

"Anggap saja itu panggilan kesayanganku. Jadi—"

"Sungguh?!" Nafelly malah menanggapi dengan antusias. Dia menatap Samuel dengan mata yang berbinar cerah. "Kau akan memanggilku pengemis sebagai nama kesayangan?!"

Samuel memijat hidungnya, merasa stress karena kelakuan Nafelly yang aneh. "Ya. Kau senang?" Samuel mendapatkan jawaban berupa anggukan Nafelly. "Jadi, mari kita perjelas dulu situasi-situasi tidak menyenangkan ini. Namamu, siapa tadi?"

"Nafelly Christine."

"Apa kau tahu itu nama siapa?"

Nafelly mengedipkan matanya berkali-kali. Bingung, dia memiringkan kepalanya. "Namaku? Bukankah itu sudah jelas?"

Samuel menghela napas panjang. Yah, memang nama Nafelly Christine di majalah yang bersampul ibu angkatnya, memang jarang dipublikasikan. Namun, pastinya ada beberapa orang yang akan memperhatikan itu. Nama Felly memang bukan nama yang jarang muncul. Namun, nama yang sangat mirip dengan nama ibu kandungnya dan muncul di hadapannya, bukannya terlalu mencurigakan untuk disebut kebetulan?

Samuel membuang napasnya pelan. "Siapa yang menamaimu itu?"

Kembali, Nafelly mengedipkan matanya dengan bingung. "Aku tidak tahu. Mungkin orangtuaku? Kenapa kau menanyakan itu? Dan lagi, ke mana tujuan dari pertanyaan-pertanyaan ini?"

"Jawab saja apa yang kuinginkan. Anggap saja ini adalah salah satu dari syaratku untuk mempertimbangkan diri agar menjadi milikmu. Mengerti?"

"Baiklah," angguk Nafelly dengan patuh.

Samuel melipat tangannya di depan dada. "Jadi, bagaimana kau bisa sampai di sini? Kenapa kau lebam-lebam?"

Nafelly berkedip, dia terlihat melamun sejenak seolah berpikir. "Aku tidak memiliki ingatan tentang itu. Tapi sepertinya, itu orangtuaku."

"Kenapa orangtuamu memukulimu?"

"Entahlah. Menurutmu kenapa?"

Samuel tersentak mendengar pertanyaan santai Nafelly. Tentu saja ada banyak hal yang menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga, namun Nafelly sendiri juga tidak tahu apa alasannya.

Samuel menghela napas. "Baik. Jadi, yang kau ingat adalah hari di mana kau bertemu denganku?"

Nafelly menganggukkan kepalanya. Namun, dia terdiam sejenak sebelum kembali berkata. "Sebenarnya ada satu ingatan samar."

Samuel mengedipkan matanya berkali-kali. "Apa itu?"

"Anak muda. Mungkin, seumuranku. Terlihat tampan dan matanya bersinar merah. Kupikir, dia mengatakan beberapa kata padaku, namun aku tidak ingat."

Samuel mengerutkan alisnya dalam-dalam. "Anak muda?"

Walaupun sudah berpikir sangat keras, Samuel tidak dapat menemukan petunjuk tentang siapa orang yang berada dalam bayangan samar Nafelly. Samuel adalah pengusaha yang namanya tersohor di mana-mana. Musuhnya banyak dan mereka ingin menjatuhkan Samuel dengan cara bersih maupun kotor sekalipun. Karena Samuel tidak bisa menebak bayangan samar dari desktop Nafelly, berarti orang itu menyamar atau menggunakan orang lain untuk mengirim Nafelly.

Untuk sekarang, Samuel akan menyimpan Nafelly di sampingnya terlebih dahulu dan memikirkan siapa musuh yang mengirimkan Nafelly ke hadapannya.

Cerita ini akan di-update setiap hari Sabtu. Vote dan komen akan mempengaruhi bakal sekali update atau double update.

I Love My President Though He Is PsychoWhere stories live. Discover now