-

20.4K 3.8K 821
                                    

Sulistyo Yudika menaburkan bunga terakhir dari genggaman tangannya ke atas makam Aswin Affandi. Dalam hati, ia mengucapkan selamat jalan kepada pimpinan sekaligus sahabat baiknya itu.

Kemudian ia berbalik menuju kerumunan pelayat di belakang.

Suara percakapan yang dibarengi tawa kecil terdengar dari tempat duduk keluarga, saat Sulis menghampiri mereka untuk berpamitan.

Indah, istri mendiang Aswin Affandi, tersenyum memeluknya. "Terima kasih," bisik Indah.

"Bang Aswin sudah di tempat yang baik." Sahut Sulis, meski ia tahu betapa kalimat itu seperti racun yang dipaksakan masuk ke tenggorokan keluarga yang ditinggalkan.

Namun, ia cukup terkejut melihat senyuman tulus di wajah Indah, saat kepala itu mengangguk perlahan. "Iya."

"Bang Preman!"

Sulis menoleh dan mendapati Dani berjalan cepat menuju tempatnya. Buru-buru, Sulis memeluk tubuh itu erat. Lalu melepaskannya dan menunduk tersenyum kepada perut Dani yang mulai membuncit.

"Cowok atau cewek nih?" tanya Sulis.

"Cewek." Dani tersenyum bangga.

Sergio, suami Dani, mengangguk sopan kepadanya dari kejauhan. Sulis membalas anggukan itu.

"Kalau si Culun itu macem-macem sama kamu," bisik Sulis pura-pura galak kepada Dani. "Kasih tau Bang Preman. Oke?"

Dani tertawa kepadanya. "Siap, Bang!"

Meski mereka tahu Sergio tidak akan berlaku macam-macam terhadap putri Aswin Affandi. Sebaliknya, pria itu telah melakukan banyak untuk keluarga ini.

Hampir satu tahun lamanya, dia setia menemani Aswin berobat baik di sini maupun di Singapura. Pada bulan Januari lalu dia menikahi Danika Affandi, dengan Aswin sendiri yang mengantar putri kecilnya menuju altar meski harus memakai kursi roda. Kini, di bulan November, Danika tengah mengandung, dan Sulis meyayangkan Aswin yang tidak sempat bertemu dengan sang cucu.

Namun, semua akan baik-baik saja, bukan?

Sulis memberi senyuman terakhirnya kepada Sergi sebelum berpamitan. Bang Aswin, tenang-tenanglah di sana. Jaga Daniel dan Rion. Di sini, keluarga Abang akan baik-baik saja. Lalu ia melambai kepada Sergi.

Pandangan siluet Indah dan Dani yang menghambur ke rombongan keluarga Adikara yang ramai, menjadi pemandangan terakhir Sulis sebelum meninggalkan tempat itu.

***

Maka tibalah hari ini, hari di mana aku beserta Danika dan Sergi memohon pamit pada kalian.

Terima kasih telah menemani perjalanan mereka sampai sejauh ini. Semoga setiap jam enam tiba, kita akan selalu bertemu dalam kenangan yang indah.

Epilog (lanjutan I Don't Love You Anymore)Where stories live. Discover now