Bagian 2 : Let's Start The Game, Babe!

Start from the beginning
                                    

Feyre mengembuskan napasnya gusar. “Okay relax lo pasti bisa! Sekarang ngga ada lagi Feyre Mozeela sekarang yang ada cuma Samora Hanzelma. Lo harus bisa terima kenyataan, lo harus belajar hidup mandiri sekarang. Sekarang lo punya tanggung jawab besar, bukan anak papih lagi. Lo harus bisa berdiri dengan kaki lo sendiri, lupain masa lalu buka lembaran baru, fokus dengan tujuanmu,” batinnya bersemangat.

Gadis itu merapihkan cardigan berwarna latte nya “welcome back nona Samora Hanzelma. Kehidupan baru, identitas baru, nasib baru, pasangan baru.” Ucapnya dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya. Walau ia tak yakin mengatakan itu.


***

Bunyi bel menggema di seluruh penjuru sekolah diiringin suara hentakan sepatu siswa siswi yang tengah berlari ke kelas masing masing.

Elma menelungkupkan kepalanya diatas lipatan tangan, sungguh ia sangat bosan sekarang. Semua siswi asik merumpi sendiri dan sepertinya mereka tidak berminat mengajaknya turut serta. “El, Elma.”

Elma menegakkan tubuhnya kemudian menatap orang yang baru saja memanggilnya. Alisnya mengerut “lo dipanggil Bu Friska suruh ke ruangan kepsek sekarang. Gue kaga tau buat apaan, cuma dititipi pesen itu aja.” Ucap lelaki itu tak lupa dengan senyum manis membuat lesung pipinya ketara.

“Oh iya, thanks Dit.” Balas Elma sambil beranjak pergi. Lelaki itu Radit namanya, jelas dia tau karena nama lelaki itu ada didalam memorinya. Dia ketua kelas XI IPA 1. Ketua kelas yang baik hati, ramah, dan murah senyum. Sejak dulu Elma asli tidak memiliki teman di kelas, hanya lelaki itu yang sudi berteman dengan Elma. Anaknya humoris, Elma asli sering dibuat tertawa karenanya.

Elma asli anaknya pemalu, berbeda dengan Feyre yang ngga tau malu. Jika Feyre hobi nyerocos mulu maka Elma asli sungkan jika membuka topik pembicaraan terlebih dahulu, daripada ikut berghibah ria dengan teman teman kelasnya gadis itu lebih suka menghabiskan waktunya di perpustakaan sendirian. Terkadang, Radit menemaninya.

Elma berjalan santai menuju ruangan kepala sekolah sesekali ada siswa siswi yang menyapanya. Siapa yang tidak kenal Elma? Diam seperti cupu, bergerak jadi kebanggaan guru guru!

Figuran bukan sembarang figuran, anjay selebew -Feyre.

Sekarang gadis itu melangkah tanpa arah, setelah selesai menemui Bu Friska tadi Elma bingung sendiri mau kemana. Mana jalan sendirian lagi, terlihat sangat ngenes!

“Wait, rame rame apa tuh. Jangan jangan ada yang bagi bagi duit lagi, samperin ah.” Gadis itu berlari ke arah gerombolan siswa siswi itu.

“Hiks kak hiks ampun kak ampun, sakit hiks.”

“Udah berapa kali gue bilang jangan deketin Rashkal goblok. Lo tuli apa gimana sih, denger ngga apa yang gue bilang kemarin?!”

“Maaf hiks kak, maaf hiks. Ampun ampun.”

“Ada apa tu?” batin Elma. Gadis itu nampak keheranan, siswa siswi disini juga anteng ditempat masing masing tanpa ada niat melerai. Walau dirinya juga tak berminat membantu gadis yang tengah menangis karena kesakitan di jambak dengan posisinya yang duduk ngesot. Seperti gembel batin Elma.

Tak lama setelahnya, badannya terhuyung ke samping kanan karena desakan dari samping kirinya. “Jangan dorong dorong dong, badan mungielku kecepit ini!” batinnya berteriak.

Terlihat empat laki laki berseragam olahraga memasuki area kantin, iya gadis itu baru sadar kalau sedang berada di kantin. “ABELL!”

Lelaki yang berada di posisi paling depan itu berteriak. Suaranya menggema, Elma sampai merinding dibuatnya. Lelaki itu membantu berdiri gadis yang sedari tadi menangis kesakitan karena jambakan serta tendangan dari pelaku pembullyan itu.

Figuran PalsuWhere stories live. Discover now