Kecelakaan

1.3K 57 0
                                    

Penjelasan dari Ditlantas mobil yang dikemudikan Bagas mengalami pecah ban dua kilo meter dari pintu tol Ancol Barat.

Ancol jauh dari kantor Bagas. Bagas bekerja di kantor pemerintah Jakarta Timur. Apa Ia pergi makan siang sejauh itu? dan hanya dengan Tantri.

Sepanjangan perjalanan menuju rumah sakit Kinanti tak bisa berhenti berpikir. Kekhawatiran, kebingungan semua menggumpal jadi satu. Apa yang sebenarnya mereka lakukan saat jam istirahat?

“Tolong cepat sedikit.” Kinan bicara pada pengemudi transportasi online. Ia ingin langsung mendengar penjelasan Bagas. Kenapa, ada apa? Apa dia ikut trend perselingkuhan?

Setengah berlari Kinanti menuju UGD begitu turun dari taxi online yang mengantarnya. Masih ada petugas ditlantas disana. Kinanti menghampiri “Apa bapak yang menghubungi saya tadi? Saya istrinya Bagas Handoko.”

“Kebetulan anda segera datang. Suami anda mengalami pendarahan otak dan membutuhkan persetujuan anda untuk tindakan bedah.”

Kinanti terperanjat “Dimana suami saya sekarang?”

“Di dalam. Silakan langsung masuk.”

Kinanti menemui dokter, menanyakan apa yang terjadi. Dokter memberitahu detailnya kalau suaminya sekarat dan mendesak untuk segera dilakukan tindakan operasi. Kinanti diminta mengurus administrasi sebelum menanda tangani berkas.

Kinanti meninggalkan UGD dengan tergesa. Baru saja keluar, petugas ditlantas memanggilnya “Bu Kinanti sebentar.”

Ia terpaksa menunda dan menghampiri. Ia melihat ada seorang pria dengan pakaian kerja disebelah petugas memegang tas wanita.

“Iya pak.”

“Ini dompet dan ponsel suami Ibu yang kami temukan di mobil.” Petugas menyerahkan.

Pria yang memegangi tas melihat padanya “Istri Bagas?”

Kinanti terangguk dan bertanya-tanya “Anda?”

“Dia suami saudari Tantri. Istrinya terlempar dari mobil dan nyawanya tidak tertolong.”

Kinanti terkejut, Tantri punya suami. Dia bukan lajang, dia seorang istri. Tantri dan Bagas?

“Saya turut berduka cita. Saya permisi mengurus administrasi suami saya.” Kinanti berpamitan.

“Iya.” pria itu menatap punggungnya lalu menoleh ke petugas ditlantas.

“Saya juga permisi mengurus pemakaman istri saya.”

Langkah pria itu gontai. Istri yang Ia cintai meninggal. Lebih parahnya Tantri meninggal bukan saat bersamanya. Tapi saat bersama suami orang lain. apa yang dilakukan Tantri saat jam istirahat? Kenapa Ia keluar kantor dan berada di tol Ancol barat. Bukankah itu jauh dari kantor tempatnya bekerja?

Semua terasa membingungkan bagi keduanya. Kebingungan ditengah kemalangan. Perasaan kehilangan yang dirasakan suami Tantri dan takut kehilangan yang dirasakan Kinanti berbaur dengan tumpukan tanda tanya.

Kinanti istri, pria itu suami Tantri, tapi baik Kinanti maupun suami Tantri sama sama tak tahu kalau pasangan mereka pergi keluar dengan rekan kerja. Dan hanya berdua.
Sejak kapan makan siang harus izin? Hanya makan siang kan? sampai di tol Ancol?

“Bagas, aku ingin kau lekas sembuh. Aku ingin bertanya padamu.” Kinanti melihat pada lampu di atas kamar operasi yang masih menyala.

“Tantri, seandainya kau tak pergi. Aku akan menuntut penjelasan darimu.” suami Tantri menabur bunga di tempat peristirahatan terakhir istrinya.

“Adakah yang lebih berat daripada ditinggalkan orang terkasih secara mendadak. Kepergian yang tanpa isyarat dan menyisakan tanda tanya. Kenapa dengan cara seperti ini? Kenapa saat tengah bersama pria lain?”

Pria itu gontai meninggalkan pemakaman. Ia kembali ke rumah yang sekarang sunyi. Tak ada suara Tantri sepulang bekerja “Aku pulang.”
Atau Tantri yag menunggunya pulang “Lama sekali. Aku sampai ngantuk menunggumu.”

Tantri terlihat perhatian dan tanpa cela. Tapi kepergiannya membuatnya bertanya “Apa semua sapa hangat itu hanya pura-pura?”

Siksa Kinanti (Full Story  Karya Karsa)Where stories live. Discover now