Rafa memberhentikan motornya lalu dia turun dari atas motor itu dan melepaskan helmnya. Rafa berjalan sedikit cepat lalu melemparkan helmnya ke arah mereka dan ikut dalam perkelahian itu. Fahri masih sibuk menjatuhkan beberapa dari mereka, dia sempat melirik sekilas ke arah Rafa, lalu fokus kembali menyerang lawannya.

Dua banding sepuluh orang membuat Rafa dan Fahri kewalahan. Kekuatan mereka tidak sebanding dengan orang-orang itu, hingga kedatangan Azka, Putra, dan Bani yang tiba-tiba ikut bergabung dengan mereka membuat beberapa lelaki berbadan kekar itu tumbang.

Fahri, Rafa, Putra, dan Bani mengatur napas masing-masing dan saling melihat satu sama lain. Sedangkan Azka baru saja menumbangkan satu lawan terakhirnya, Azka memukul dengan membabi buta pria itu di atas tindihannya. Di rasa lawannya sudah tidak bisa melawan, Azka segera bangkit. Hal yang tidak di duga terjadi, keempat lelaki itu melototkan mata mereka kala pria yang berhasil Azka pukul tadi secara diam-diam mengeluarkan belati kecil di dalam sakunya.

"AZKA AWAS!" seru Putra.

"AZKA BELAKANG LO!" sambung Bani.

"Sialan!" umpat Fahri segera berlari ke arah Azka untuk mencegah hal buruk terjadi.

Azka mengerutkan keningnya melihat Putra dan Bani yang berteriak dan Rafa yang memelototkan matanya seperti ingin mengatakan hal yang sama namun rasanya tenggorokan laki-laki itu tercekat. Azka menoleh kebelakang dan mendapati lelaki berbadan kekar itu sudah beberapa jengkal dari dirinya. Pria itu memegang pundak Azka yang dimana Azka baru saja menoleh kebelakangnya dan dengan cepat menusuk perut Azka membuat Azka meneguk ludah susah payah.

"Sial!" Azka membatin dengan tubuh menegang. Darah keluar dari balik kaos hitam yang dia gunakan.

BUGH!

Fahri menendang dada pria itu dan langsung tersungkur. "Apa yang lo lakuin bangsat!" teriak Fahri dengan sebelah tangannya mencengkram kerah baju pria itu kemudian melayangkan banyak sekali pukulan tanpa ampun.

Putra, Bani, dan Rafa berlari kearah Azka. Azka terduduk lemas diatas trotoar sambil mempertahankan kesadarannya.

"Woy, sadar Ka! Lo jangan mati dulu!" panik Bani.

"Bangsat lo Ban! Omongan di jaga!" seru Putra dan langsung membantu Azka berdiri, Bani yang panik pun ikut memegang sebelah tangan Azka.

"Cepetan bawa ke mobil gue!" titah Fahri yang panik dan kalut lalu berlari kearah mobil sedan berwarna hitam yang berada tidak jauh dari posisi mereka saat ini. Rafa ikut berlari membukakan pintu duduk di belakang mobil Fahri.

"Gue bawa dia ke rumah sakit. Lo bertiga ikutin mobil gue."

Rafa, Bani, dan Putra mengangguk lalu segera ke motor masing-masing.

Di dalam ruang IGD, Azka masih di tangani oleh beberapa perawat. Fahri berdiri dengan menatap gelisah pintu ruangan IGD yang belum ada tanda-tanda akan terbuka itu. Putra dan Bani duduk di salah satu kursi yang ada di sana dengan harap-harap cemas.

Bani melihat arlojinya, berdecak kesal lantas lelaki itu bangkit, "mau kemana lo?!" cegat Putra.

"Gue mau liat Azka. Sekarang udah tiga puluh menit tapi Azka belum juga keluar, Put!" sarkas Bani.

GERIMIS [SELESAI]Where stories live. Discover now