7 | The Twin

3.3K 479 52
                                    

Tiga hari berlalu sejak Bu Rukmana tersenyum puas setelah membaca draft proposal skripsiku. Aku teringat saat itu bisa menjelaskan dengan lancar dan penuh semangat, bahwa nantinya akan menggandeng member Youngspirit dalam penelitian skripsiku yang dilakukan di lima sekolah dasar Islam swasta yang ada di Solo. Tempatnya memang belum ditentukan secara pasti, karena masih akan melakukan sampling dan survey terkait kondisi sekolah dan murid-murid calon sasaran penelitian bersama tim relawan Youngspirit.

Aku sendiri baru sekali bertemu mereka, tepatnya sehari sebelum menghadap Bu Rukmana, setelah diterima dengan jalur koneksi dan hanya melakukan screening formalitas saja dengan Mbak Andin. Itu juga secara online, karena Mbak Andin posisi masih bulan madu dengan Mas Lingga di Lombok.

Ternyata anak-anak angkatan tiga Youngspirit Solo sangat ramah, meski sayangnya tak ada yang kukenal sebelumnya. Ketua angkatannya bernama Gita, anak tingkat akhir jurusan Gizi UMS. Selain Gita ada sepuluh anggota lain, dan menjadi dua belas setelah aku bergabung.

Di antara mereka ada juga yang masuk karena koneksi atau rekomendasi sepertiku, salah satunya bernama Rafif, anak tingkat tiga jurusan Pendidikan Dokter UNS. Dia merupakan rekomendasi dari Mbak Celine, adik Mas Caesar. Kebetulan Mbak Celine itu pernah bergabung dalam satu proyek milik pemerintah daerah dengan ayahnya Rafif, seorang dosen jurusan Teknik Sipil. Sementara Mbak Celine adalah Direktur Utama Wregastomo Construction--perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

Yang mengejutkan, setelah aku bercerita tentang berhasil menjadi member Youngspirit, Bu Rukmana tiba-tiba antusias dan mengatakan kalau anak pertamanya juga bergabung dalam angkatan tiga yayasan tersebut.

"Masya Allah. Luar biasa! Pantas proposal Mbak Mala ini luar biasa. Youngspirit memang bagus, Mbak. Sejak gabung di dalamnya selama tiga bulan ini, anak pertama saya mendapatkan banyak pengalaman dan teman-teman luar biasa. Padahal secara kepribadian dia cukup pendiam."

"Maaf, anak Ibu?" Aku terkejut, tentu saja. Berarti aku juga harusnya kenal, bukan?

"Iya. Namanya Rafif." Bu Rukmana tersenyum. "Anak tingkat tiga Pendidikan Dokter FK sini."

Oh, dunia memang sempit. Aku hanya bisa tersenyum malu-malu karena teringat di malam setelah pertemuan perdanaku dengan anggota Youngspirit itu aku diantar pulang Rafif. Selain karena sudah malam, juga karena kami satu arah di lingkungan UNS. Kebetulan Rafif membawa mobil sang ayah, karena motornya sedang dipinjam saudaranya.

Masalahnya, karena karakter Rafif yang pendiam, selama perjalanan kami sama sekali tak berbincang. Dan aku tak ada pikiran bahwa dia anak Bu Rukmana. Wajahnya tidak mirip, meskipun benar rumah Bu Rukmana itu juga sejalur dengan arah indekosku.

Tentu saja aku tak mengatakan pada Bu Rukmana bahwa malam itu diantar Rafif. Untuk apa, 'kan? Rasanya juga tak penting, karena Rafif hanya teman satu angkatan di Youngspirit. Maka ketika Bu Rukmana terlihat hendak bertanya sesuatu, aku buru-buru bertanya tentang pendapat beliau terkait penelitian yang akan kulakukan.

Sasarannya adalah murid-murid kelas 5 dari sepuluh SD, setiap ruangan diisi dua relawan yang akan melakukan tindakan Trust Me, yaitu model konseling berkelompok tiap akhir jam pelajaran, yang akan memberikan fasilitas berupa curhat, motivasi, dan mentoring. Tak terbatas hanya pada pelajaran, tetapi juga bisa untuk hal di luar pelajaran.

Asumsinya, jika satu kelas berisi 30 murid, maka satu relawan yang disebut Kakak Pendamping itu akan memegang 15 anak. Nantinya kegiatan tersebut akan dilaksanakan seminggu tiga kali selama tiga bulan, karena setelahnya akan ada ujian kenaikan kelas.

Nah, skripsiku nanti akan mengambil hasil apakah ada peningkatan nilai dari siswa karena metode Trust Me tersebut, dibandingkan dengan nilai Ujian Tengah Semester Genap mereka.

Eunoia [Completed]Where stories live. Discover now