2 | First Encounter

4.7K 648 47
                                    

Aku mengelus dada sambil mengucapkan istighfar berkali-kali. Dua pesan di pagi hari ini membuatku seperti gila mendadak. Ingin memaki, tetapi ingat dosa. Akhirnya aku menghela napas. Sambil menghempaskan diri dengan kasar di bangku kayu depan indekos, aku kembali teringat isi SMS ibu tiriku tadi.

[Mal, bapakmu butuh uang buat kontrol ke rumah sakit besok lusa. Kirimi uang, ya. Ibu udah enggak ada uang. Adikmu juga lagi butuh buat persiapan karyawisata.]

"Karyawisata ... karyawisata! Bisa-bisanya anak bandel itu liburan pakai uang mbaknya yang kerja keras bagai kuda ini! Coba dia bukan adikku, udah kugiles pakai mesin cuci!" Aku tak sadar meremas-remas ujung gaunku. Rasanya dada ini bergemuruh, saat terbayang wajah menjengkelkan adik lelakiku yang nakal tetapi sangat rajin minta uang untuk keperluan tak penting sama sekali.

Ibu tiriku sebenarnya baik, karena beliau yang lebih banyak menjagaku sejak kecil daripada Bapak. Bapakku itu dulunya sebelum sakit bekerja sebagai kuli borongan, sering diajak ke luar kota bersama mandornya untuk bekerja di proyek ini dan itu, sehingga membuat beliau jarang di rumah.

Saat usiaku delapan tahun, adik lelakiku lahir. Saat ini usianya 14 tahun dan sedang duduk di bangku kelas 2 SMP. Waktu kecil dulu dia lucu, sangat menurut padaku, dan juga agak pendiam. Entah kenapa setelah menginjak remaja dia menjadi anak yang kurang ajar. Lebih senang berdiam di warnet untuk main game dan keluar sepeda motoran dengan teman-temannya daripada pulang ke rumah untuk membantu ibu tiriku mengurus rumah dan Bapak, atau sekadar belajar untuk memperbaiki nilainya yang berantakan itu.

Bagiku, rumah seperti neraka. Bapak yang sakit dan sudah tak bisa bangkit dari tempat tidur itu menjadi lebih temperamen. Sering membentak dan memaki anggota keluarganya sendiri. Mulai sering minta yang aneh-aneh, entah itu makanan atau pakaian.

Sementara ibu tiriku sangat penuntut dan perhitungan. Tiap detik yang beliau keluarkan untuk mengurus Bapak dan rumah selalu dihitung secara materi maupun non materi. Ibu akan kesal kalau aku terlambat mengirim uang bulanan atau lupa menanyakan kabar beliau sehari saja, dan menganggap hal tersebut sebagai perlakuan tidak menghargai jerih payahnya.

Itulah kenapa aku sangat bersyukur saat diterima kuliah di UNS dengan jalan beasiswa bidik misi. Pertama, aku tak akan merepotkan kedua orang tuaku tentang masalah uang SPP. Kedua, aku bisa keluar dari rumah. Dan ketiga, ya ... bisa jadi aku akan memulai kehidupan baru yang membuatku lebih bahagia di masa depan kelak.

Selama merantau di Solo, aku bersyukur bertemu banyak teman baru di indekos, kampus, dan kafe tempatku bekerja paruh waktu. Meski tumbuh dalam keluarga yang memiliki karakter keras dan egois, aku tidak canggung untuk bisa akrab dengan orang baru. Aku bisa luwes bersosialisasi, meski di awal pertemuan memang jarang memulai obrolan terlebih dulu.

Lamunanku buyar saat suara klakson mobil terdengar dari depan pagar indekos. Rupanya Pak Bos yang datang bersama teman-teman. Aku langsung berdiri dan menyambut kedatangan mereka dengan girang. Meski merasa agak sedikit tak nyaman dengan sepatu hak tinggi pinjaman dari Mbak Tiara--teman satu indekosku--tetapi aku tetap bersemangat untuk bisa datang di pernikahan Mas Lingga hari ini.

Kapan lagi bisa datang ke acara pernikahan konglomerat, 'kan? Makan makanan mahal di gedung Sasana Krida Kusuma, bertemu orang-orang keren yang biasanya hanya bisa kulihat di media lokal atau nasional, dan tentunya menikmati waktu refreshing bersama teman-teman baikku. Aku juga penasaran, seperti apa pernikahan orang tajir melintir seperti Mbak Andin Pranoto itu. Apakah benar-benar bisa membuat kagum dengan jantung berdebar atau biasa-biasa saja seperti pernikahan orang di kampung halamanku?

Sayangnya, di dalam mobil saat perjalanan menuju lokasi, justru aku teringat pesan WA dari Bu Rukmana--dosen pembimbing skripsiku--yang berhasil membuatku tambah uring-uringan di pagi hari yang seharusnya bersinar cerah ini.

Eunoia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang