02.

16.2K 831 47
                                    

Sembilan tahun kemudian...

"WOYYY TANGAN KOSONG KALAU BERANI!!!" Teriak seorang gadis yang masih memakai seragam sekolah, ia  menunjuk para preman yang sedang mengganggu seorang wanita.

Preman itu menoleh "Gak usah ikut campur lo bocah ingusan" Ucap preman itu remeh.

"Halahh, beraninya cuma kroyokan" Remeh gadis itu.

"Ck, bocah ingusan ngajak berantem nih" Ucapnya sok angkuh

"Serangg"

Bugh
Bugh
Krekk

Mereka menyerang gadis itu secara ber keroyokan. Gadis itu membanting salah satu preman dan memelintir tangannya hingga bunyi krekk. Setelah beberapa menit, semua preman sudah tepar di tanah. Mereka berlari menghindari gadis cantik itu seraya merintih kesakitan memegang perutnya.

"Uuuu cemennn" Ucap gadis itu mengejek, ia berjalan mengambil tas yang terletak di tanah.

"Nih tan, tante gapapa??" Tanya gadis itu memberikan tas wanita itu.

"Saya tidak apa apa, Terima kasih sudah membantu saya" Ucapnya mengambil tas miliknya.

"Sama-sama tan, kalau gitu saya permisi tan"

"Tunggu, kalau boleh tahu siapa namamu??" Tanya wanita itu lagi.

Gadis itu tersenyum "Vava tante"

"Kamu cantik, baik, jago bela diri. mau gak jadi mantu saya?"

. . .

Vava Aurelia kerap dipanggil Vava, gadis polos namun biang onar, ia tinggal dirumah sederhana, tak ada yang menemaninya. Bahkan ia tidak tahu siapa keluarga kandungnya.

Saat ini Vava tengah menduduki bangku kelas 3 SMP, dan sebentar lagi ia akan lulus. Setelah beberapa hari lalu mereka berjuang dengan otak lemot mereka, untuk ujian. Selama ini Vava mendapatkan beasiswa karena otaknya yang pintar.

BRAKK

"Assalamu'alaikum makhluk bumi" Teriak Vava menendang pintu kelas, membuat seisi kelas kaget.

"VAVAA" Kesal mereka.

"Apa?" Tanya Vava tanpa dosa.

"Akhh lo dari mana anjirr?" Tanya salah satu teman Vava bernama Livia.

"Aku? Habis jajan diluar" Ucap Vava santai, berjalan ke arah bangkunya.

"Lo jajan diluar? Kenapa gak ajak gue!!" Kesal Livia.

"Kamu gak bilang"

Dengan kesal Livia menyerobot siomay milik Vava, Vava melotot. "Heh! Itu siomay Vava!"

"Minta"

Kringgg kringgg

Bel masuk sudah berbunyi, seluruh siswa yang berada di luar kelas segera masuk kedalam kelas. Setelah beberapa menit, guru pun datang. Seluruh siswa berdiri dan memberi hormat kepada sang guru.

"Ya silahkan duduk kembali" Ucap Bu Astuti.

"Selamat siang anak-anak, bagaimana kabar kalian setelah menjalani ujian kenaikan kelas??" Tanya Bu Astuti, sambil mencari buku.

"KEMEBUL BU"

"OTAKNYA ILANG!!"

"SOALNYA SUSAH ADA REMIDI GAK BU!?"

"SUSAH BU!!"

"Susah? Susah dari mana sih, soalnya gampang kok" Ucap Bu Astuti.

"Gampang ndasmu!!" Batin seluruh siswa.

"Oke, saya cuma mau ngumumin bahwa besok kita akan pergi study tour, ada empat tempat yang akan kita kunjungi!"

"Jadi tolong untuk besok pagi, di persiapkan perlengkapan yang menurut kalian harus dibawa yang perempuan jangan lupa bawa mukena, sekian terima gaji" Jelas Bu Astuti.

Salah satu siswa mengangkat tangannya "Bu sama kelas lain, apa cuma kelas kita" Tanya siswa itu.

"Kelas sembilan saja"

"Bu berangkat jam berapa??" Tanya Livia mengangkat tangannya.

"Kumpul disini jam enam, kita berangkat jam delapan" Jawab Bu Astuti.

"Yeyyy behh yang tadi gue lemes sekarang semangat lagi"

"Emang bahagia itu sederhana"

"Bu nilai matematika udah keluar?" Tanya Vava mengangkat tangannya.

"Udah" Jawab Bu Astuti.

"Boleh diumumin, penasaran soalnya" Ucap Vava cengengesan.

"GAK USAH BU! G USAH!!"

"BU JANGAN BU"

"BU MTK ITU CUMA AKU AWURR"

"LAH GW MTK CUMA GW PILIH YG COCOK!!"

"BUU JANGAN DIKIRIM DI GRUP WA YA!!"

"Gak usah nanti kalian pada pingsan kalau Ibu bacain nilainya" Ucap Bu Astuti.

"Bacain Bu, udah nunggu dari kemarin" Rengek Vava penasaran dengan nilainya.

"Yaudah Ibu bacain tapi jangan pada pingsan ya, UKS udah penuh soalnya" Ucap Bu Astuti diakhiri dengan tawa.

"Absen nomor satu, Andika 30"

"Arlan 32"

"Alfian 54" Ucap Bu Astuti lanjut mengabsen dan membacakan nilainya.

Setelah lama mengabsen, akhirnya kini giliran Vava yang sudah menunggu sedari tadi.

"Vava Aurelia 90" Ucap Bu Astuti.

"Wowwww" Kagum seluruh kelas, Vava membulatkan matanya, ia tersenyum dan tertawa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Percayalah matematika itu sangat sulit, dan sebagian dari kalian pas membenci pelajaran itu. Dan Vava mendapatkan nilai 90 saja sudah bersyukur.

"Demi apa Va, lo dapet 90?" Ucap Livia tak percaya.

"Haha Vava gitu lohhh" Balas Vava sedikit sombong, Livia mengerucutkan bibirnya. Ia mencubit kedua pipi Vava gemas.

"Gue cuma dapet 78, itu pun cuma gue awurr gak gue hitung. Cuma milih yang cocok" Ucap Livia.

. . .

Saat ini Vava sudah berada di rumah kontrakan nya, ia membuka pintu dan memandang sudut-sudut ruangan itu. Sederhana itulah rumahnya.

Ia melangkah masuk kedalam kamarnya, dan merabahkan tubuhnya di kasurnya.

Vava menghela napas kasar. "Capek" Katanya.

Vava melirik jam di handphonenya, menunjukkan jam 17:03.

"Laperr" Rengek Vava mengelus elus perutnya.

"Mau makan! Makan apa ya?"

"Mie? Masak mie lagi sih! Gak sehat. Terus apa dong, nasi goreng?"

Vava terdiam,ia berfikir beberapa menit. "Ya, Vava pengen nasi goreng" Ucap Vava, ia bangkit dari rebahan nya dan berjalan keluar.

. . .

"BANG NASGOR SATUU" Seru Vava, duduk di salah satu kursi plastik yang berada di warung itu.

"Siap nengg" Balas Abang nasgor, mengacungkan jempol.

Vava menatap sekeliling, sambil menunggu pesanan nya datang. "Ini neng nasgor-nya" Ucap Abang nasgor mengagetkan Vava.

"Eh, iya bang makasih" Balas Vava

. . .

Queenza Zelva Sankara [REVISI]Where stories live. Discover now