Part 2: I Knew You Were Trouble

Mulai dari awal
                                    

Hoseok.

Kalimat di dalam pesan yang baru saja Namjoon terima kembali melayang dalam pikirannya. Lakukan apa pun untuk melindunginya.

Kerumunan orang-orang di depan sana menunggu dengan penuh semangat dan antusias. "Aku tidak ingin terlalu banyak bicara. Kalian harus melihat sendiri perangkat lunak terbaru kami. Sebagai gantinya, tim-ku akan menampilkan proyek luar biasa yang telah kami persiapkan dengan sangat baik."

Di belakang Namjoon, terdengar suara gumaman terkejut. Karena hal ini tidak ada di dalam agenda mereka. Persetan, dia harus merubah agendanya untuk presentasi hari ini.

Namjoon meninggalkan podium bahkan ketika para wartawan meneriakkan namanya untuk mengajukan beberapa pertanyaan.

Sementara itu, asistennya─Soobin berdiri dengan panik di belakang.

"Di mana dia berada?"

Soobin menelan ludah gugup, "Seokjin─dia sedang berkencan."

Namjoon berdecak.

"Mereka berada di salah satu restoran di dekat Museum Kunsthal. Kau bisa menemukan mereka di─"

"Awasi mereka." Namjoon menunjuk dengan ibu jarinya ke arah kerumunan wartawan yang masih heboh berteriak untuk mengajukan pertanyaan.

"Sir, tapi─"

"Jangan khawatir. Anggota tim yang lain akan membantumu." Mereka telah menunggu di sisi kanan. Setelah Namjoon melemparkan bola panas itu kepada mereka, tentu mereka akan segera menanganinya. Lagi pula, dia telah melatih timnya dengan sangat baik. "Aku punya urusan mendesak."

Soobin melompat ke hadapan Namjoon. Menahan bosnya untuk pergi. "Sir, urusan apa yang lebih mendesak dari acara ini?" Bulir-bulir keringat membasahi kening pemuda itu. "Ini adalah acara penting bernilai miliaran dolar, apakah kau sadar?"

Namjoon tahu. Tapi, ada hal lain yang lebih penting dari semua dolar itu. Kim Seokjin. "Aku harus merusak acara kencan seseorang." Siapa pun yang sedang bersama Seokjin, Namjoon berharap orang itu tidak menghalangi rencananya. Dia tidak sedang mood untuk di ajak bermain-main.

Soobin nyaris menjatuhkan rahangnya, "Kau... serius?" Lalu, dia tergagap. "Kau─kau ingin merusak acara kencan Seokjin? Namjoon, kau pasti juga tahu kalau dia akan mengamuk."

Tidak masalah. Namjoon selalu siap menerima segala amukan Seokjin.

Namjoon tidak mengatakan apa pun lagi dan hanya menepuk pundak pemuda itu dua kali lalu pergi dari sana dengan langkah terburu-buru. Sekilas, dia melambai ke arah anggota timnya yang lain. Dia semakin mempercepat langkahnya saat dia telah sampai di lobi. Dia tahu bahwa mobil dan sopirnya telah menunggu.

"Sir, anda sudah selesai?" Tanya sopirnya terheran-heran saat Namjoon melangkah keluar gedung.

Namjoon mengangguk sekilas, "Bawa aku ke restoran di samping Museum Kunsthal."

Pria itu bergegas membukakan pintu mobil untuk Namjoon.

"Jika kau bisa membawaku tiba di sana dalam waktu sepuluh menit, aku akan memberikanmu bonus."

Beberapa saat kemudian, mobil itu berdecit menjauh dari gedung tersebut. Namjoon mengeluarkan ponselnya dan sekal lagi memindai pesan teks dari Hoseok.

Penyamaranku terbongkar.

Dia mencengkeram ponselnya dengan erat. Situasi ini sangat buruk. Dia mengetik balasan dan mengirimnya pada Hoseok.

Lalu bagaimana keadaanmu? Kau aman?

Tapi setelah beberapa menit menunggu, tidak ada balasan yang dia terima.

Sialan. Tapi setidaknya, Namjoon telah menyampaikan beberapa patah kata kepada pers. Jika Hoseok harus membuang ponselnya dan menghilang untuk sementara waktu, berita tentang peluncuran perangkat lunak mereka akan disiarkan dimana-mana. Lalu Hoseok akan melihatnya, juga mendengar kode dari kata-kata yang telah Namjoon layangkan kepada media. Hoseok akan tahu bahwa Namjoon telah menerima pesannya.

Sweet Chaos | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang