Masa Lalu

1.7K 79 4
                                    

Sudah dua hari Ezra perjalanan dinas keluar kota dan Gina mulai merasa kesepian. Ia menghubungi suaminya dan berpikir untuk menyusul.

"Mas, Gina nyusul ya?"

"Gina ini jam berapa?" suara Ezra terdengar jengkel.

Gina melirik jam diatas layar ponsel. Sudah jam sebelas malam. Mungkin suaminya tadi sudah tertidur. Sementara Ia yang kesepian sulit tidur.

"Maaf mas. Met bobo Mas." Gina mengakhiri panggilan. berpikir mungkin suaminya letih setelah mengikuti kunjungan ke lokasi proyek pembangunan jalan tol trans Jawa.

Suaminya memang bekerja di proyek jalan tol dan memegang jabatan pengawas lapangan.

Gina membuka aplikasi Moco berpikir untuk meminjam koleksi bukunya agar gampang tidur.

Namun baru saja mengklik halaman aplikasi suaminya menghubungi balik. Gina tersenyum, mungkin suaminya mau meminta maaf dan menyuruhnya menyusul.

"Ya Mas."

"Jangan menyusul. Dirumah saja mencoba resep, atau main ke rumah Mama."

Gina mengerucutkan bibir "Jadi nggak boleh nyusul?"

"Nggak. Tiga hari lagi mas pulang."

"Tiga hari itu lama."

"Itu karena kita belum ada anak. Coba kalau ada anak, pasti kamu nggak sempat kangen."

Gina tak bisa membantah "Mas diajakin konsul ke dokter kandungan nggak mau sih."

"Aku khawatir kalau periksa dan salah satu dari kita terbukti mandul, kamu minta cerai."

Gina mengigit bibir, yang dikatakan Ezra benar. Hasil pemeriksaan mungkin saja menyulut keretakan rumah tangga mereka yang sudah berjalan tiga tahun.

"Tidur, sudah malam. Mas mencintaimu."

"Ya Mas. Gina juga." Gina melihat ke layar. Ezra sudah mengakhiri panggilan. Namun Gina belum bisa tidur. Ia memikirkan apa yang dikatakan suaminya tadi. Mungkin kalau ada anak, Ia tak akan sesunyi sekarang. Tak berpikir menyusul suaminya ke lokasi proyek.

Gina mendesah, Ia kembali membuka halaman Moco dan meminjam Happiness Inside dari Gobind Vashdev.

*****

Bunyi panggilan telphone mengagetkannya. Membuatnya terjaga dan baru menyadari Ia kesiangan bangun. ia tidur jam tiga lewat dan baru terbangun menjelang pukul sepuluh pagi.

"Hallo."

"Gin, kamu dimana? WA chat lihat dong." suara cempreng Sasha.

Sasha bekas putri kampus. Teman karibnya. Sudah lama mereka tak berkirim pesan. Tahu tahu itu anak menghubunginya "Aneh."

"Apaan sih yang mau dilihat. Aku baru bangun nih."

"Aku baru dibeliin rumah sama suami. Kamu main dong ke rumah."

"Alamatnya?" Gina pikir tak ada salahnya. Mungkin kalau main ke rumah Sasha, Ia jadi tak bengong sendirian di rumah.

"Udah aku share loc."

"Ok, aku mandi dulu. Bentar lagi meluncur kesana."

Gina turun dari tempat tidur dan meletakkan ponsel sembarang. Ia bergegas mandi dan bersiap pergi.

Sudah setengah tahun Gina tak bertemu karibnya. Padahal dulu, kalau baru putus dari pacarnya Sasha bakal ke rumah minta dihibur. Gina biasa mengajak jalan bertiga dengan suaminya.

Tapi terakhir putus dengan pacarnya, Sasha lost kontak. Hanya dua kali datang setelah itu menghilang. Baru sekarang Sasha menghubunginya lagi. dengan kabar dia sudah menikah.

"Kenapa nggak ngundang? Siapa suaminya?" Gina heran. setahunya Sasha pemilih. Dia selalu mensyaratkan tampan dan mapan. Dan jarang sekali tampan dan mapan yang setia makanya Sasha kerap patah hati.

Gina membelokkan mobilnya ke Harapan Indah. Berhenti di cluster tempat Sasha tinggal. Yang aneh, bentuk pagar dan taman depan rumahnya mirip dengan rumahnya.

"Terinspirasi mungkin." Gina menggumam dalam hati.

Ia menghubungi nomer Sasha "Sa, aku di depan rumah kamu."

"Aku keluar." Sasha mengakhiri panggilan.

Sasha keluar dengan dress sabrina bertali kecil.khas Sasha yang suka mengenakan baju seksi. Badannya sekarang makin berisi. Terlihat Ia bahagia.

"Yuk masuk." Sasha mengapit lengannya

Gina mengikuti ke dalam. Dan matanya dibuat terkejut saat melihat foto pernikahan yang ada di dinding. Ia menoleh ke Sasha.

"Maaf Gin, aku juga mencintai suami kamu."

Lima Tahun Merindu (Full Story  Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang