Zeva merasakan perutnya berbunyi karena ia belum makan malam. Al-hasil Zeva memutuskan untuk turun ke dapur memasak mie instan karena dia hanya tau makanan itu yang paling simple.

"Kamu udah turun, ayo makan sayang. Tante baru selesai masak," Zeva menatap datar kearah Azizah sedangkan Hardi menaruh koran yang baru selesai dia baca keatas meja dan ikut melihat kearah Zeva.

Zeva hanya memandang dengan pandangan datar dan menjijikan kearah Azizah dengan sebelah tangan mengepal memegang tembok pembatas samping tangga. Zeva memutuskan untuk berbalik lagi kearah kamarnya. Nafsu makannya sudah benar-benar habis melihat Azizah lagi dan lagi berada di rumahnya.

"Zeva duduk sini, ayah ingin membicarakan sesuatu yang penting." Perkataan Hardi membuat kakinya yang ingin melangkah ke anak tangga berikutnya menuju kamarnya kembali itu tertunda. Zeva berbalik dan duduk di meja seberang ayahnya dan Azizah.

Zeva melipat kedua tangan dengan meja sebagai tumpuan. Berbagai makanan di atas meja makan itu tidak berhasil membuatnya berselera.

"Ayah mau bicarain apa?"

"Nanti tapi sekarang kita makan malam dulu. Ayah udah laper banget, gak sabar cobain masakan dari calon ibu kamu."

Azizah tertawa malu-malu kemudian memukul pelan lengan Hardi. Mata Zeva memerah dengan amarah bergemuruh di dada mendengar perkataan ayahnya sendiri.

"Ayo kamu harus cobain," ujar Hardi kembali sambil menunjuk kearah berbagai olahan udang di sana. Mulai dari udang goreng tepung dan lain sebagainya.

Zeva masih tidak bersuara tetapi matanya memerah. Zeva berdecih seakan tidak menyangka dengan ayahnya sendiri.

"Mau tante ambilin yang mana?" Azizah berdiri dan hendak mengambil nasi serta lauk di sana.

"Gak perlu. Aku gak laper," perkataan dingin Zeva membuat Hardi melototkan matanya.

"Kenapa ayah liatin aku gitu?"

"Zeva!"

BRAK!

Zeva berdiri dan mengebrak meja dengan keras dengan gemuruh di dadanya yang semakin terasa sesak bahkan sangat sesak tetapi dia berusaha untuk tidak meloloskan air matanya di depan Hardi dan Azizah.

"Ayah ternyata udah lupa yah sama Zeva," Zeva terkekeh dengan smirk di wajahnya. Zeva menatap Hardi dan Azizah bergantian, "bahkan aku alergi sama udang pun ayah sudah lupa," Zeva mengangguk mengerti.

"Ah, Zeva lupa. Ayah bukannya lupa sama hal-hal tentang Zeva tapi ayah emang gak pernah tau satu hal pun tentang anak ayah sendiri." Hardi mematung mendengar ucapan Zeva, bukannya menyadari kesalahannya, Hardi malah naik pitam dan dengan spontan melemparkan gelas yang hampir mengenai Zeva. Azizah melotot melihat hal itu, tapi senyum miring jelas tercetak di bibirnya.

"Jaga omongan kamu! Ayah selama ini kerja buat siapa? Cuma buat kamu Zeva! Jangan karena hal sepele seperti ini kamu bilang ayah tidak tau satu pun tentang kamu!"

"Ayah pembohong besar!" seru Zeva sambil menggertak giginya.

"Dan ayah bilang cuma masalah sepele?" Zeva tertawa sumbang mendengarnya sambil menggelengkan kepala tidak percaya, "hal sepele bagi ayah tapi gak bagi aku. Hal yang ayah anggap sepele ini, bisa buat aku mati malam ini juga kalo aku makan makanan ini!"

GERIMIS [SELESAI]Where stories live. Discover now