19. Him Again

571 61 3
                                    

"Dek, kamu besok udah mulai home schooling, ya? Kalo kamu Satya, mulai rutin pelatihan setiap hari selasa kamis."

Begitu ucap ayah, ke gue dan mas Satya yang lagi bantu-bantu bunda beresin barang dan baju kita.

Ngomong-ngomong ini rumah tante gue, yang lagi kosong soalnya tante gue itu lagi ikut suaminya pindah kerja ke Raja Ampat.

Jadi, kita tinggal disini dulu sementara.

Di Jakarta.

"Iya, siap!" Jawab mas Satya. "Btw gurunya dedek cewek apa cowok, yah?" Tanyanya.

"Cewek, kenapa?"

"Oh, gapapa. Bagus deh kalo cewek, jangan cowok soalnya dirumah gak ada siapa-siapa."

"Kan, ada aku sama bunda." Gue menyahut.

"Ya iya, maksudnya nggak ada cowoknya gitu, bahaya." Sahut mas Satya. "Kalo ada gua sih gapapa nanti bisa gua pantau." Lanjutnya.

"Eh, btw lagi lu jangan keluar rumah ya kalo gak sama gua." Kata mas Satya, sambil melihat gue dengan ekspresi wajah mengancamnya.

Nggak tau kenapa sekarang dia jadi posesif kelewatan.

"Iya." Singkat gue.

Dan, sebenarnya dia juga udah berkali-kali ngomong begitu. Dari kemarin-kemarin. 

"Kalo si dedek keluar sendiri bilang ke aku, bun." Kata mas Satya lagi ke bunda.

"Lebay!" Gue menyanggah.

"Ih, ini perhatian namanya bukan lebay."

"Ya, kalo perhatian gak gitu—"

"Udah udah, pokoknya kamu dengerin aja apa kata kakak kamu selama ayah tugas di Surabaya." Utas Ayah, memotong kalimat gue, sekaligus memihak mas Satya.

"Tuh denger!" Mas Satya langsung merasa kemenangan. Dan gue cuma mendengus.

Sementara bunda dari tadi cuma sibuk beres-beres rumah, gak merisau gue dan mas Satya yang berisik. Mungkin karena udah terbiasa.

"Lagian bener juga, kamu jangan keluar rumah dulu selama perut kamu besar." Ucap ayah, masih melanjut.

"Tapi sekarang kan belum."

"Ya, oke sekarang masih boleh—"

"Yess, paling jalan-jalan doang yah, atau ke kafe, gapapa kan?" Gue memotong omongan ayah, yang seketika menghela nafas pasrah.

"Iya boleh, tapi sama mas Satya."

"..."

Oke, mulai hari ini mas Satya beralih profesi menjadi body guard gue, yang dimana ada gue pasti bakal ada dia.

"Terus, kalo mas satya lagi pelatihan?"

"Ya, jangan keluar, dirumah aja."


—O—


Hari minggu, sehari setelah kepindahan gue
ke Jakarta. Mengingat besok hari senin, dan ayah harus balik ke Surabaya, jadi sore ini gue dan mas Satya bakal antar ayah ke bandara.

Kalau bunda nggak ikut, karena biasanya bunda emang nggak pernah ikut.

"Safe flight, yah. Kalo udah sampe langsung kabarin." Ucap bunda, di depan pintu sana sambil cium tangan ke ayah.

Sementara, gue dan mas Satya udah dimobil.

"Mas, nanti pulangnya anter ke mall dulu, ya?" Ucap gue ke mas Satya, yang lagi main hp ditempatnya. Sekalian menunggu ayah.

WhiteoutWhere stories live. Discover now