O9. Problem again

885 103 8
                                    

Gue cuma senyum aja buat jawab kak Sehan.

Ngomong-ngomong dia ini lagi dilapangan, sama kak Jake, kak Jay, dan teman-teman sekelasnya kak Jake yang lagi main basket.

Tapi, kak Sehan dan kak Jay nggak ikut main basket, karena mereka bertiga masing-masing beda kelas. Mungkin, cuma nunggu kak Jake selesai main. Jadi, mereka disana.

Dan, mereka bertiga memang teman dekat. Bertiga terus udah kayak segitiga bermuda.

"Mau kemana? Kok sendiri aja?"

Kak Sehan tiba-tiba nanya.

"Oh, ini, aku mau ke kantin kak."

"Ohh, mau dianter nggak?"

"Ah?" Gue terkejut, tapi sesegera mungkin gue menggeleng. "Enggak, gak usah, masa ke kantin doang dianter." Jawab gue, senyum.

"Ya, sekalian gua mau ke kantin juga."

"Ohh," gue terkekeh. "Kak Sehan mau ke kantin juga?" Tanya gue, memastikan.

Gue kira dia cuma mau anter gue aja.

Kemudian, dia mengangguk.

"Ya udah—"

"Anya!"

Suara cowok dari ujung koridor terdengar.

Membuat gue dan kak Sehan lantas menoleh ke belakang, tepatnya kearah sumber suara.

"Kak Hessa?"

Iya, itu kak Hessa.

Yang berdiri diujung koridor sana, sambil memandang gue dan kak Sehan bersamaan.

Lalu dia mendekat.

"Ngapain disini? Katanya mau ke toilet?" Utas kak Hessa tiba-tiba begitu dia sampai.

Dia menatap gue sejenak, tapi setelah itu dia langsung beralih menatap kak Sehan.

Dengan kak Sehan yang langsung
mengalihkan pandangan, sambil menyisir rambutnya ke belakang dan melumat bibirnya. Dia melihat kearah lapangan.

"Oh, iya. Tadi abis dari toilet, terus—"

"Ayo aku anter ke kelas."

Kak Hessa menarik tangan gue.

"Eh, kak—"

"Niana udah balik ke kelas, sebentar lagi juga mau bel masuk, ayo!"

Gue nggak bisa ngelawan.

Walaupun kaget karena kak Hessa tiba-tiba tarik tangan gue, dan sikap dia kayak yang aneh, gue langsung menoleh ke kak Sehan.

"Duluan kak." Kata gue, tergesa-gesa.

Dan kak Sehan cuma senyum aja, sambil tangannya terulur kayak yang mempersilahkan gue dibawa kak Hessa.

Gue nggak ngerti kenapa kak Hessa tiba-tiba begini, dingin, terus matanya mendelik sinis.

Apa dia cemburu? Mungkin.

—O—

Kedua mata gue tertuju kearah kak Hessa yang sekarang ada di depan gue, yang beruntungnya setelah pulang sekolah tadi sikapnya kembali lagi kayak biasa.

Padahal, tadinya gue udah was-was, takut dia cemburu perihal dia lihat gue sama kak Sehan.

Tapi syukur, dia nggak marah.

"Yang, pusing deh aku." Ucap kak Hessa, sambil mendongak dari buku di depannya.

Tadi, sewaktu pulang sekolah kak Hessa minta gue buat nemenin dia belajar, mengingat sebentar lagi dia bakal olimpiade. Jadi, sekarang kita lagi dikafe langganan kita.

WhiteoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang