1 ÷ Lentera

1K 103 10
                                    

Lestari, walau luka itu membekas, nggak selamanya akan terasa sakit.

- Laskar Lingga Rahardja

***

Laskar, mungkin banyak manusia yang bisa bertahan dengan makan setengah roti. Tapi, nggak banyak manusia bisa bertahan dengan cinta setengah hati.

- Sri Rahayu Anindita Lestari

*****

• L E N T E R A L A S K A R •

"Gue suka sama lo, Din. Lo mau jadi pacar gue?"

"Dinata, kenapa ke Dinar? Harusnya ke gue."

"Lo diem aja!"

"Dinata."

"Jawab, Din."

Dinar masih terdiam. Sesekali melirik Lestari-kakaknya. Ah tidak, lebih tepat kakak tirinya. Melihat takut dan menunduk kembali.

"Din."

"Kak, aku mau."

Plak!

"MUKA DUA YA LO TERNYATA!"

"LESTARI!"

Dinata menghadang pandangan Lestari dan berdiri di antara Dinar dengan dirinya.

"Dinata, nggak bisa gitu dong. Gue yang suka sama lo! Tapi kenapa lo nembak Dinar?" tanya Lestari dengan mata memerah penuh amarah.

"Karena gue nggak suka sama lo. Sifat lo, dan apapun yang ada di diri lo. Lo nggak sebaik Dinar, Tari."

"Enggak. Lo nggak tau gimana Dinar. Lo nggak tau gimana busuknya dia! Percaya sama gue!"

Dinata menggeret Lestari keluar dari ruangan dan menyuruhnya pulang.

"Mending lo pulang. Introspeksi diri dan ngaca! Apa yang kurang di diri lo!"

"Gue udah berusaha jadi baik. Lo nggak boleh kemakan sama wajah polos dia. Dinata!"

Brak!

Pintu ruang kesenian tertutup begitu saja. Lestari menggedor-gedor pintu. Memanggil nama pujaan hatinya dan terus menjelek - jelekkan saudara tirinya. Berusaha meyakinkan Dinata bahwa Dinar tidak sebaik yang ia kira.

"Bangsat!"

"Dinata buka pintunya!"

Lestari terduduk di depan pintu. Menjambak rambut, memukul lantai dan menggaruk tangannya sampai memerah. Dinar selalu saja merebut semuanya, kebahagiaan, orangtua, dan sekarang seorang lelaki yang Lestari suka dari SMP.

"Dada Tari sakit, mama. Sakit..." rintih Lestari memegangi dadanya. Air mata terus jatuh bercucuran saat sudah tidak ada orang dan pintu ruang kesenian ditutup oleh Dinata. Hingga uluran tangan dengan sebuah sapu tangan berada di hadapannya.

"Lo kalo nangis jelek banget."

Lestari mendongak dan berdiri. Mengacuhkan sapu tangan lelaki yang ada di hadapannya. Berlalu dari ruang kesenian. Namun, lelaki itu tak tinggal diam. Ia mengejar Lestari dan memeluknya erat.

Lentera Laskar ✓Where stories live. Discover now