Blue Eyes

28 8 59
                                    

▷ || ◁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▷ || ◁


Deru motor menjadi pemecah keheningan di tengah jalanan kota yang selalu sepi. Karena wilayahnya yang dekat dengan pantai juga harga tanah yang terbilang sangat tinggi. Sehingga hanya orang-orang berkecukupan yang memilih tinggal di tempat itu dan hanya terdapat bangunan-bangunan ternama, seperti gedung kesehatan dan farmasi milik ibunya Vante, delapan kampus elit yang entah sejak kapan menjadi sembilan karena Universitas Musik Montana yang sebelumnya milik keluarga Montana kini menjadi hak milik keluarga Andito--ayah Ramida, serta SMA Batera milik keluarga Maher--ayah Mutiara.

Vante menghentikan motornya di tepi jalan, lantas Mutiara melepas pelukannya dari pinggang Vante untuk memudahkannya menunjukkan tujuan.

"Kenapa kak?" tanyanya bingung, karena jarak mereka menuju rumah Mutiara masih jauh. Tak ada jawaban dari mulut Vante. Pria itu langsung saja turun dari motornya dan diletakkannya helm full face hitam di depan Mutiara. Ia lepas Hoodie yang ia kenakan.

"Sebentar lagi bakalan hujan, pakai ini supaya gak sakit!" Vante memakaikan Hoodie yg ia lepas itu pada Mutiara yang masih berada di atas motor. Kini Vante hanya mengenakan kaus hitam polos sebagai atasan, sedikit memperlihatkan bentuk otot perutnya itu.

"Kakak sediri gimana?" Mutiara merapikan Hoodie Vante yang kini sudah dikenakannya.

"Gak masalah, selama adek gue gak kehujanan." Vante menyiratkan senyuman termanisnya tepat di depan wajah Mutiara, membuatnya mampu menatap jelas wajah tampan itu.

"Iya deh iya.., kakak Vante," ucap Mutiara dengan nada menggoda. Vante tertawa kecil, mengacak pelan pucuk surai yang ia sebut adik itu.

Vante memakai kembali helmnya dan naik ke motor. Ia lajukan motornya dengan kecepatan normal. Tangan Mutiara kembali melingkar di pinggang Vante. Ya, mereka memang sudah sedekat itu sejak dua tahun terakhir, tepat ketika Vante menyelesaikan sekolahnya di negara kincir angin, dan kini ia melanjutkan untuk kuliah di negara kelahirannya, Indonesia.

Benar saja, rintik-rintik kecil hujan mulai turun membasahi mereka. Suhu dingin terasa sampai ke tulang. Namun dingin itu hanya terasa seperti angin sejuk jika dibandingkan oleh kehangatan Vante.

Belum sampai sepuluh menit, ada mobil yang menyusul dari belakang dan berhenti tepat di depan motor Vante yang mengharuskan pria itu menarik rem mendadak.

Mobil berwarna biru mewah dengan seorang wanita di dalamnya. Keadaan atap mobil yang terbuka menjadi alasan Vante dan Mutiara dapat melihat jelas sosok gadis itu.

"Violin?" Dilihat dari jenis mobil serta perawakan gadis di dalam mobil tersebut, Vante sudah tahu pasti siapa dia, ia hanya mencoba memastikan.

"Yes, it's me." Yang namanya disebut itu menengok dengan tangan kiri yang masih menggenggam setir dan tangan kanannya ia gunakan untuk menurunkan kaca mata hitam dari matanya, menampakkan mata birunya yang nyaris sama seperti milik Vante. Bedanya biru mata Vante lebih pekat, sepintas mirip warna laut. Satu dari beberapa ciri khasnya.

I Sea U and Paradise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang