Sebungkus Roti

36 8 84
                                    

▷ || ◁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

▷ || ◁

Udara dengan lolosnya menerpa wajah Mutiara, menambah rasa sejuk. Gadis itu tengah duduk di bangku taman yang letaknya tak jauh dari lapangan sekolah, menunggu jam pelajaran kedua tiba.

Karena memang ia sudah sangat terlambat datang, sehingga ia tidak diizinkan mengikuti ujian pada jam pertama. Gurunya sudah memberi Mutiara toleransi dengan mengizinkannya mengerjakan ujian susulan sepulang sekolah di kantor lebih tepatnya ruangan yang dikhususkan bagi murid yang juga mengikuti ujian susulan.

Lamunan Mutiara pecah, mendengar rintihan seorang pria dari arah belakang kelasnya. Lantas ia pun menghampiri asal suara karena penasaran.

"Bara? Kamu gak apa-apa?" Mutiara berlari kecil hendak menolong Bara yang sepertinya terjatuh karena memanjat dinding pembatas. Namun Bara justru menepis kasar tangan Mutiara, serta berusaha bangkit sendiri. Bara berjalan tertatih-tatih menuju koridor. Duduk seraya memijat pelan pergelangan kakinya.

"Sikap kamu berubah secepat itu?" Tak sadar, Mutiara bergumam dengan iris matanya yang tak lepas menatap Bara dari kejauhan.

Terdapat rasa sesak di hatinya. Padahal seharusnya Mutiara sudah terbiasa. Karena tidak sekali dua kali ia diperlakukan seperti itu. Juga ia tahu setiap dirinya menghampiri, Bara akan semakin membencinya.

Bara kembali bangkit dan berjalan ke kelasnya, walaupun ia juga tahu bahwa gurunya tak akan mengizinkan Bara ikut ujian, seperti Mutiara. Alhasil, Bara hanya duduk bersandar pada dinding luar kelas dengan kaki diluruskan.

Bara menarik nafas perlahan. Kepalanya mulai pening dan pandangannya kabur. Mungkin karena sejak kemarin Bara tidak makan apapun. Untuk sekedar berjalan ke kantin, Bara tidak kuat. Energinya habis terkuras. Ia hanya terduduk lemas dengan nafas tak beraturan. Perlahan memejamkan matanya, entah itu tertidur atau justru pingsan.

Dua puluh menit sudah berlalu, bel pergantian pelajaran baru saja berbunyi. Mutiara bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju kelasnya. Tak sengaja, Mutiara melihat Bara yang duduk dengan mata terpejam. Wajah Bara terlihat pucat. Lantas, Mutiara berjongkok di samping Bara, menyentuh lengan pria itu.

"Bara, kamu sakit?" Alih-alih menjawab pertanyaan Mutiara, Bara justru menarik lengannya dari genggaman Mutiara. Ia sempat membuka matanya sekedar melirik wajah gadis di sampingnya dengan tatapan malas. Lalu memejamkan matanya kembali.

"Pergi! Lo cuma penyakit," jelas Bara. Mutiara menundukkan kepalanya. Harusnya ia tahu respon Bara akan seperti itu.

Mutiara mencengkram roknya seraya menghela nafas berat. Bangkit kemudian berjalan melangkahi kaki Bara.

Kamu bener. Seberapa keras pun aku berusaha jadi obat bagi kamu. Tetep aja kamu akan selalu anggap aku penyakit. Walaupun aku juga gak tau dimana letak rasa sakit itu.

𖥻𖥻𖥻

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang tepat ketika bel pulang berbunyi nyaring. Seluruh murid berhamburan keluar kelas.

I Sea U and Paradise Where stories live. Discover now