"Bener, malu-maluin!" Adi mengompori.

"Lo juga diem!" semprot Gentar pada Adi hingga sahabatnya itu meringsut takut dan berdiri di belakang Reno. Sementara Reno hanya cekikikan dari tadi melihat semuanya kena marah Gentar.

"Daripada gue kena mending gue ikut lo ke pos satu," ujar Reno pergi bersama anggota Perganta yang tadi datang ke pos tiga.

"Anjirt dipake buat ngumpet malah kabur," gumam Adi kemudian tersenyum kikuk saat melihat wajah sangar Gentar.

"Lo ikut gue patroli," ujar Gentar merangkul Fiki untuk ikut dengannya. Meninggalkan Ganang dan Adi berjaga di pos tiga.

"Gue kan udah bilang jangan ladenin Ganang kalo lagi bahas Arin. Dia masih kekeuh sama dugaannya," ucap Gentar pelan.

"Gue nggak akan biarin dia ngomong macem-macem soal Arin, Gen. Gue udah peringatin dia waktu itu, tapi tetep aja cari gara-gara."

"Diemin aja kalo dia ngomong. Jangan didengerin."

"Emang gue tuli nggak bisa denger omongan dia? Mulutnya udah nggak bisa dikontrol tuh temen lo. Kesel banget gue."

"Kayanya gue harus cepet-cepet dapetin bukti tentang insiden-insiden yang dialami cewek gue biar Ganang juga enggak asal nuduh Arin," kata Gentar.

"Harus, lo harus cepet dapetin bukti. Biar Ganang nggak makin sembarangan ngomongnya. Itu bocah kayanya sih dihasut sama Alizka," ujar Fiki membuat Gentar sedikit kebingungan.

"Hubungannya apa sama Alizka?"

"Alizka sama Arin kan nggak akur. Bisa aja Alizka yang selama ini jahatin cewek lo, terus dia hasut Ganang buat nuduh Arin yang ngelakuin semua itu."

"Enggak mungkin lah, Ki, Alizka begitu. Dia udah berubah, buktinya Azkira mau nerima dia jadi anggota Ladiota."

Fiki berdecak kesal. "Terserah lo lah, Gen." Ia melangkahkan kakinya lebih cepat meninggalkan Gentar di belakang.

Pandangan Gentar mengedar ke seluruh tempat yang bisa ia jangkau dengan matanya. Ia menemukan dua perempuan yang duduk di salah satu stand sembari menikmati makanannya. Salah satu perempuan yang menggunakan jaket denim berwarna abu-abu menjadi titik fokusnya.

"Cewek gue kenapa cantik banget hari ini?" gumam Gentar bertanya pada dirinya sendiri.

"Bahaya nih, banyak yang lihatin," lanjutnya saat memergoki lebih dari lima cowok terang-terangan memandang Azkira.

Gentar melangkahkan kakinya tegas menuju stand itu. Miliknya hanga untuknya, tidak ada bagi-berbagi jika menyangkut Azkira.

"Apa nih?" Azkira sedikit terperanjat saat Gentar menyampirkan korsa miliknya ke bahu cewek itu.

"Gentar, ngagetin aja!"

"Sakit, Ra," keluh Gentar setelah mendapat tabokan yang cukup keras di lengannya.

"Makanya jangan ngagetin. Kasih aba-aba, minimal bismillah dulu dong!"

Alih-alih membalas ucapan Azkira, Gentar justru terkekeh pelan dan duduk di sebelah pacarnya itu. Ia mencubit pelan kedua pipi Azkira yang semakin menggembung.

"Gemes banget sih kalo marah-marah," ucap Gentar semakin menguyel-uyel pipi Azkira.

"Duh cari cowok di mana ya? Gue cape jomblo terus, tapi males juga kalo harus pacaran," ujar Arin sesekali melirik ke arah dua orang yang sedang berpacaran itu.

Gentar tidak memedulikan ujaran Arin, malah sekarang menggenggam tangan Azkira dan mencium punggung tangan itu berulang kali.

"Cantik banget sih, Ra, hari ini? Dari tadi kamu dilihatin sama cowok-cowok yang dateng ke sini," ucap Gentar terdengar sangat cemburu.

GENTAR [END]Where stories live. Discover now