50. BAZAR & ZIO

2.2K 293 29
                                    

Mungkin Enggak Sih Orang Yang Selama Ini Kita Percaya Berkhianat?

SELAMAT MEMBACA💘

•••

50. BAZAR & ZIO

Bazar tahunan SMA Mahanta sedang berlangsung. Pinggir lapangan utama dipenuhi stand yang didirikan tiap kelas. Berbagai makanan, barang diy, hingga t-shirt pun ada.

Panitia bazar yang menggunakan korsa pun terlihat sibuk mengawal jalannya acara. Apalagi yang datang ke bazar ini tidak hanya siswa-siswi SMA Mahanta saja, tetapi dari sekolah lain juga.

Perganta yang mendapat bagian keamanan sejak awal acara tadi sudah berpencar ke tiap titik yang sudah ditentukan.

"Pos satu aman?" tanya Gentar pada salah satu anggota Perganta yang datang ke pos tiga, posnya yang berada di sekitar panggung.

"Aman, Gen."

"Reval kemana nih? Tumben nggak rusuh."

Fiki yang mendengar ucapan Adi pun langsung menabok pelan punggung sahabatnya itu. "Diem lo cari, rusuh lo maki-maki. Waras lo?"

"Tumben aja nggak kelihatan. Belom dateng kali ya?" Adi masih celingukan mencari Reval dan komplotannya.

"Nanti juga dateng Di, nggak usah ditungguin," kata Ganang sembari menepuk bahu Adi dua kali.

"Dih siapa juga yang nungguin? Mending nunggu doi gue dateng lah," balas Adi sembari mengecek ponselnya.

"Doi lo dateng? Semuanya?" tanya Ganang.

"Satu doang yang lain enggak."

"Kenapa enggak? Kan akur semua kalo ketemu."

"Nanti kalo dateng semua gue nggak bisa cari yang baru." Jawaban Adi sukses mengundang berbagai reaksi dari teman-temannya. Ada yang langsung menjitak kepala Adi, ada yang tersenyum miring, ada pula yang menghardik cowok itu.

"Lo jangan maruk gitu, Di, kasih Fiki kesempatan buat cari cewek jangan diembat semua," ujar Gentar pada Adi.

"Fiki kan punya Arin." Jitakan keras mendarat mulus di kepala Adi hadiah dari Fiki.

"Sakit goblok, hobi banget KDRT lo!" sengit Adi sembari mengusap permukaan kepalanya yang sakit karena jitakan Fiki.

"KDRT gundulmu!"

"Bacot lo!"

Gentar menahan tangan Fiki yang hendak melayangkan jitakan untuk Adi lagi. Ia terkekeh pelan dan berkata, "Udah napa sih Ki? Adi lo ladenin. Kan bener yang diomongin Adi, lo punya Arin."

"Punya gue gimana? Arin punya emak bapaknya lah," sahut Fiki cepat dengan wajah yang sudah kusut.

"Kondisiin tuh komuk lo. Lagian kalo suka ya tembak lah, ngapain gedein gengsi?" ujar Ganang dengan seringaian kecilnya.

"Emang enak jilat ludah sendiri? Siapa waktu itu yang nolak keras suka sama Arin? Apa peletnya Arin nyampe ke lo?"

Fiki langsung menoleh ke arah Ganang dan menatapnya tajam. "Jaga mulut lo, anjing! Lo nggak tau apa-apa!" katanya tersulut emosi.

"Eits santai dong," balas Ganang terkekeh sumbang. "Gue kan sahabat lo, takut lo kena pelet."

"Nih sahabat!" Fiki mengangkat tangannya yang sudah terkepal ke arah Ganang. "Mau lo gue abisin di sini?"

"Silakan kalo berani," balas Ganang merentangkan lengannya, mempersilakan Fiki untuk menghabisinya sekarang juga.

"Lo berdua bisa diem nggak?" Gentar menoleh ke arah Ganang dan Fiki bergantian. "Keluar aja dari Perganta kalo mau ribut. Malu-maluin."

GENTAR [END]Where stories live. Discover now