Entah kenapa, akhir-akhir ini Kyungsoo selalu mendapat kejutan yang sama sekali tak pernah ia duga.
“Annyeong, Hyung.”
“Taehyung-ah?”
Di hadapannya, Taehyung mengulas senyum lebar. Sementara di sisi kiri, Kyungsoo mengerti jika sang suami tampak bingung.
“Ah, Baekhyun-ah. Ini Taehyung, rekan satu divisi tempatku bekerja.”
“Kim Taehyung.”
“Baekhyun.”
Saat sang suami menerima uluran tangan Taehyung, Kyungsoo entah mengapa ia menghela napas lega. Ia tidak tahu apa alasannya, tetapi kentara terasa atmosfer dingin antara kedua lelaki di sebelah. Bahkan Kyungsoo sempat mengernyit tipis, saat mendengar penekanan di kalimat terakhir sang suami.
“Suami Kyungsoo.”
Ketika kedatangan pasangan pengantin baru menyela suasana tak nyaman tersebut, Kyungsoo lagi-lagi melepas lega.
“Hei, Taehyung-ah! Kupikir kau tidak datang.”
“Hehe, maaf, Hyung. Ada sedikit urusan tadi, jadi aku terlambat datang. Ah, iya, selamat atas pernikahan kalian, Hyung.”
Kyungsoo diam saja, melihat tanpa berniat menginterupsi obrolan ketiga orang di hadapannya, begitu pula sang suami. Walau sebenarnya, ia amat penasaran dan ingin segera bertanya pada sang sahabat yang masih mengobrol ringan dengan Taehyung.
“Eoh? Ya, Do Kyungsoo! Aku mencarimu dari tadi.”
Akhirnya, lelaki Kim itu menyadari presensi Kyungsoo.
“Kenapa repot-repot mencariku sementara disebelahmu ada pria lain, huh?” ketus Kyungsoo, tentu saja pura-pura.
“Ya!”
Seketika Kyungsoo mendesis ketika sang sahabat malah menggeplak punggungnya, terlebih pukulan lelaki itu tak main-main—sakitnya.
“Ya! Kenapa kau memukulku?”
“Memang apa salahnya jika aku mencarimu, eoh? Kau masih merajuk soal pertemuan kemarin? Ya! Itu bahkan sudah lewat dua minggu lalu.”
Ah, omelan itu. Kyungsoo merindukannya.
“Ya, Kim! Ini hari pernikahanmu, dan kau malah mencariku sementara di sebelah ada suamimu. Apa yang salah dengan pertanyaanku tadi?”
“Aku ingin mengajak kalian foto bersama, karena itu kami mencarimu, pabo!”
“Ya! Setahun tak bertemu, begini sikapmu padaku sekarang?” Kyungsoo protes.
“Sejak kapan aku pernah bersikap manis padamu?” celetuk Jongdae menarik decak sebal Kyungsoo.
“Eh? Halo, Sunbae,” sapa Jongdae pada suami Kyungsoo pula usai menyadari ketiga orang di sana tengah menonton perdebatan kecil mereka.
“Aih, berhenti memanggilku ‘sunbae’, Jongdae-ya.”
Jongdae terkekeh ringan, menanggapi. Sebelum mengingat eksistensi lain yang menarik rasa penasarannya—juga Kyungsoo.
“Ah, iya. Kalian bertiga sudah saling kenal?”
Kyungsoo melirik pada sang suami dan juga Taehyung.
“Aku dan Taehyung bekerja di kantor yang sama. Dan, Baekhyun mengenalnya barusan saja.”
“Ah, begitu rupanya. Sepertinya aku tak perlu memperkenalkan kalian lagi.”
Kyungsoo pikir ini saat yang tepat untuk menuntaskan rasa penasarannya.
“Aku malah tak menyangka bertemu Taehyung di sini.”
“Aah … iya. Tadinya aku ingin memperkenalkan kalian, tapi ternyata kalian sudah bertemu lebih dulu.”
“Taehyung itu sepupu Chanyeol.”
Akhirnya Kyungsoo mengerti, pertemuan mereka bukanlah sebuah kebetulan seperti dugaannya.
Eh? Atau ini memang kebetulan sesuai yang ia duga?
Lagi—Kyungsoo terlalu larut memikirkan persoalan Taehyung. Hingga ia melupakan sosok lain di sebelah yang memperhatikannya begitu lekat.
Tak hanya satu. Melainkan dua pasang netra berbeda iris.
It All Begins Here End–
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
