AD XXX

10.1K 1.3K 119
                                    

"Lo demam?"tanya Yoshi membalikkan tubuhnya, menghadap Nabila yang sedang fokus pada benda tebal kesayangannya.

Kalkulus

"Enggak"Nabila menatap Yoshi bingung, gadis itu menggeleng.

"Kirain"balas Yoshi memandangi pakaian yang dikenakan Nabila, membuat gadis itu paham.

Karena, manusia waras mana yang memakai jaket dikancing full sampai dagu di hari terik?

"Bibir lo..."belum selesai dengan rasa penasarannya, Yoshi menunjuk bibir Nabila "Jatoh?"

"H-ha?——O-oh iya kepentok ujung meja"dusta Nabila, dalam hati dia menyumpah serapahi lelaki yang membuatnya terlihat kacau hari ini. Untung saja Yoshi percaya, lelaki itu mengangguk kembali membalikkan tubuhnya.

"Ji, buat laporan proposal PKM kita"ucapNabila pada Jihoon yang sedang bernyanyi tak jelas bersama Minhee dipojok kelas.

"Gue? Sendiri?"Jihoon menunjuk dirinya.

"Sama siapa lagi? Kemaren cuma lo yang gak kerja gara-gara nangisin mantan lo itu. Jadi lo buat laporan propsal"Nabila sedikit meninggikan nada bicaranya membuat seisi kelas menatap heran gadis itu.

Bagaimana tidak heran? Seorang Nabila, yang biasanya hanya tersenyum ramah menanggapi sesuatu dan tidak pernah marah selama mereka mengenal gadis itu—kini dalam mode sarkas.

"Lo kok belakangan ini sering sensi?"tanya Minhee masih tidak percaya dengan sikap Nabila barusan, Jihoon mengangguk menanggapi lelaki itu

"Lo... Hamil?"

.

.

.

Ketika kelas selesai, Nabila langsung membereskan barang-barangnya, tidak menghiraukan Jihoon yang sedari tadi meminta maaf padanya.

"Bil gue asal nyeplos sumpah! Mulut gue gerak sendiri"Jihoon terus mengikuti Nabila yang berjalan 2 kali lebih cepat.

"Bil maaf dongg.. Ya ya ya?"lelaki itu tidak gentar bahkan tidak takut melihat wajah Nabila yang kelewat kesal.

"Lagian lo sensi, kan gue jadi nebak"perkataan Jihoon membuat Nabila menghentikan langkahnya, menatap lelaki yang sudah menelan ludahnya takut.

"Ji, lo tau kan status gue sekarang apa? Siapa?"

"Gue lagi banyak pikiran, jadi gue minta maaf kalau akhir-akhir ini gue sensi suka marah-marah gak jelas.."Jihoon terkejut mendengar perkataan Nabila.

Kenapa jadi dia yang minta maaf?

"Tapi Ji, gue kira kita deket makanya gue berani ngasi rahasia gue ke lo sama Yoshi, karena gue berharap lo paham posisi gue"sambung gadis itu.

"Tapi kyknya gue salah, cuma gue yang nganggep kita deket, sedangkan-"

"CUKUP ROMA!"

Nabila tersentak kaget, Jihoon berteriak seraya menutup telinga dengan kedua tangannya, hal itu mengundang perhatian orang-orang.

"Bil gue salah, salah bangettt... Salah besar. Tapi pliss jangan pernah bilang kalau gue gak nganggep kita deket, karena gue ngerasa jahat banget sama lo"
"Pliss Bil gue minta maaf sama omongan gue yang tadi, maklumi mulut janda gue pliss"Jihoon memohon-mohon sambil menggenggam tangan Nabila dengan kedua tangannya, meletakkan keningnya pada punggung tangan gadis itu, tanda ia sangat menyesal.

Ntah mengapa hal itu membuat Nabila tersenyum, kekesalannya perlahan memudar karena tingkah laku Jihoon yang aneh namun menggemaskan dimatanya.

"Iya gue maafin"ucap Nabila membuat Jihoon mendongak.

"Beneran?"tanya lelaki itu dibalas anggukan oleh Nabila.

"Allahuma barokah hidup gue"celetuk Jihoon senang sekaligus lega.

"Oiya, jangan lupa proposal"peringat Nabila sebelum berjalan mendahului Jihoon.

"Ralat, gajadi barokah"

.

.

.

Nabila menatap bingung pintu rumah yang terbuka lebar, gadis itu melangkah was-was takut ada maling yang membobol rumah mereka.

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

"Iya mau"

Suara samar-samar yang masih bisa ditanggap indra pendengaran itu membuat Nabila mendelik terkejut, tubuhnya seketika membeku dengan nafas tercekat.

"Jadi kita resmi nih? AN-"

"Sunghoon!"

"-jay"

Nabila yang baru saja masuk mengejutnya empat orang lelaki yang sedang lesehan di karpen, kini mereka menatap ke arahnya.

"Eh? Lo bukannya pacar bang Heesung?"tanya lelaki berbibir tebal menunjuk Nabila "Ngapain nyasar ke sini?"

"Pacar?"seseorang membeo, lalu menatap Heesung, sedangkan yang ditatap sudah panik.

"E-enggak anjir gue gak main belakang sumpah!——mulut lo bagus dikit ya njing!"Heesung menggeleng pada Sunghoon, selanjutnya lelaki itu beringsut maju menyentil bibir Jake yang mengucap sembarangan.

"Ya mana gue tau! kemaren di cafe gue liat lo sama dia"kesal Jake sambil meringis, bibirnya terasa ngilu.

"Makanya kalau gak tau diem! Gibah teros.. Tambah-tambah tuh bibir"sarkas Heesung.

Tidak memperdulikan keributan temannya, Sunghoon sedari tadi menatap Nabila yang masih pada posisinya.

"Nyari siapa?"tanya Sunghoon melihat Nabila yang celingukan.

"Enggak"jawab Nabila seadanya, gadis itu masih curinga dengan apa yang didengarnya tadi.

"BRENGSEK!"umpat seseorang membuat mereka tersentak.

"Bangsat lo Jake! Kenapa tadi lo bilang mau! Kan ekspetasi gue jadi ketinggian!"emosi Jay menyalahkan Jake.

"Loh kok gue?"

"Ya lo lah! Harusnya lo bilang enggak tadi! Jadi gue siap kalau ditolak gini!"Jay melemparkan ponselnya, mengambil bantal sofa lalu mengubah posisi menjadi telungkup, menyembunyikan wajahnya.

"Yah ditolak... Latihannya kurang"ucap Heesung dengan wajah sok sedih, aslinya dia senang karena teman seperjombloannya tidak berkurang.

Tidak ada angin atau hujan, tiba-tiba Nabila mengangguk-anggukkan kepalanya.
Jadi yang tadi latihan orang-orang aneh ini? Batin Nabila merasa lega. Untung saja dia tidak marah-marah tadi, kalau iya pasti dirinya sudah menelan malu.

Tanpa basa-basi gadis itu melenggang dari sana, meninggalkan empat orang lelaki yang 2 diantaranya tidak ia kenal.

Tapi sebelum itu...

"Mbak"

Langkah Nabila terhenti, membalikkan tubuhnya menatap seseorang yang tadi berteriak histeris karena dari yang nabila tangkap lelaki itu 'ditolak'.

Nabila menunjuk dirinya, seakan bertanya 'gue?'.

"Iya mbak yang jaket coklat——jadi pacar saya mau gak?"

Buk




















Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONWhere stories live. Discover now