9.Bahagia

43 8 0
                                    

Jangan lupa kasih vote&komen

Biar makin semangat.

________________________

Suasana di meja itu terasa canggung bagi kedua orang yang dilandah bahagia itu, tapi baik Riza ataupun Damar mereka berusaha bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa padahal jauh di lubuk hati mereka sangat bahagia.

"Jadi kapan besan bisa tentukan tanggal? Nggak baik kalau Lama-lama!" Ujar Ambran pada Ruslan.

"Saya sih terserah Riza mau kapan!" Ucap Ruslan.

"Nak Riza" Panggil Aisyah.

"Iya Tante, eh Bunda" Jawab Riza dengan Gugup.

Semua yang ada di sana tersenyum melihat tingkah laku Riza yang gugup, mereka memaklumi kegugupan Riza karena sudah lama tak jumpa.

Sedangkan Damar hanya tersenyum tipis saat mendengar suara lembut itu.

"Jangan di paksakan sayang kalau belum terbiasa" Ucap Aisyah sambil tersenyum.

"Maaf Bunda" Canggung Riza.

"Iya sayang nggak papa, jadi mau nggak nih jadi mantu Bunda?"

Semua yang berada di sana menanti jawaban dari seorang gadis cantik itu.

"Bismillah, Riza ikut kata Ayah aja. Bun! Karena Riza yakin ini adalah pilihan terbaik Ayah untuk Riza, " Jelas Riza.

Tidak ada drama-drama yang sering dia baca di Novel-novel yang jika di jodohkan akan menolak mentah-mentah.

"Alhamdulillah"

Mereka semua bernapas lega dengan yang di ucapkan Riza.

"Nak Damar maukan jadi mantu Ayah?" Tanya Ruslan.

"Bismillah Yah, Damar mau." Ujar Damar Tanpa beban.

"Siapa Yah, yang kemarin nggak mau di jodohkan?" sindir Aisyah.

"Biasa Bun, laki mah gitu suka ngengsian." ujar Ambran yang tersenyum mengejek.

"Apasih Bun, Yah. Nggak baik aib anak di bongkar" Ucap Damar yang mulai bete.

"Kenapa kamu yang tersingung?" Tanya Aisyah.

"Nggak"

"Udah Sambung dirumah aja debatnya" Ujar Ambran.

"Lebih baik kita nikamati hidangan malam ini, " Usul Ambran.

***

Setelah makan malam telah selesai di lakukan barulah Aisyah membahas soal tanggal pernikahan.

"Bagaimana kalau minggu depan langsung nikah aja?" Ujar Aisyah dengan antusias.

"Boleh, ah aku tu ya Aisyah udah pengen banget punya cucu." Jelas Madriah yang lebih antusias.

Sedangkan Bapak-bapak hanya tertawa melihat tingkah laku istrinya.

Damar diam-diam melirik gadis yang berada di hadapannya yang akan sebentar lagi menjadi istrinya.

"Astaghfirullah, sabar Damar sebentar lagi dia bakal jadi milik kamu jangan di tatap begitu. Bukan muhrim." Batin Damar.

Riza bukan tidak tau sedari tadi lelaki diseberang sana sedang memperhatikannya, tapi ia berusaha untuk tidak melirik lelaki itu. Karena ia sangat merasa gugup sekali.

"Oh iya, katanya kamu kuliah di Universitas Nirmala? Ngambil jurusan apa?" Tanya Ambran.

"Iya Om, eh Yah! Riza ambil jurusan Bahasa Indonesia." Jawab Riza seadanya.

Takdir DamarizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang