8.Pertemuan

33 6 0
                                    

Seperti yang telah di janjikan kemarin malam kedua keluarga akan bertemu guna melanjutkan rencana perjodohan mereka.

Tring
Bunyi suara dari ponselnya dari seorang yang sedang sibuk membaca berkas-berkas, ia melirik arah sumber suara.

Bunda

Rasanya malas sekali ia mengangkat panggilan itu, bukan benci atau malas dengan Bundanya melainkan malam ini adalah malam pertemuan keluarga dengan seseorang wanita yang disebut-sebut akan di jodohkan dengannya.

dengan rasa malas dia mengangkat panggilan itu, karena telinganya terasa mau pecah mendengar dering dari ponselnya yang sudah berbunyi lebih dari 3 kali.

"Dam, kamu di mana? Jangan pura-pura lupa malam ini kita ada pertemuan." Cecar Aisyah saat menelpon anaknya.

Damar menjauhkan ponselnya dari telinganya dan memejamkan matanya karena mendengar Ocehan nyaring dari Bundanya.

Ya, orang yang akan di jodohkan dengan Riza adalah Damar Dosen muda yang mengajar di tempat Riza menimbah ilmu.

"Iya Bun, Damar ingat!" Jawab Damar dengan nada lembut.

"Kalau sudah tau kenapa belum pulang?" Tanya Aisyah.

"kita ini sudah telat, Nggak enak di tunggu calon besan." Lagi-lagi Aisyah mengeluarkan suaranya, ia sangat kesal dengan kelakuan putra sulungnya ini, bisa-bisanya pertemuan penting di anggap sepele olehnya.

"Iya iya, nanti Damar nyusul. Bunda sama Ayah duluan aja. Jangan lupa serlok!" Ucap Damar dengan santai.

"Kamu di mana?"

"Damar di kantor Bun, kerjaan Damar numpung!" Ujar Damar sambil membaca berkas-berkas laporan.

"Astaghfirullah Damar, Bunda nggak mau tau 20 menit kamu sudah ada di Restoran xx. Kalau nggak datang siap-siap kamu!"

"I____"

Belum sempat Damar berucap sambungan panggilan pun terputus. Ya, Bunda Aisyah yang memutuskan sambungan.

Damar melemparkan ponselnya keatas meja, ia menyenderkan tubuhnya di senderan kursi dan mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Apa ini adalah jalan takdirmu Tuhan"

"Maaf, saya ingkar janji Bidadari kecil!" Lirih Damar yang seperti orang putus asa.

Dengan rasa malas Damar mengumpulkan berkas-berkas yang berserakan di atas meja, tak butuh waktu lama berkas tersebut sudah rapi ia segera bergegas mengambil jas yang ia letakan di senderan kursi setelah itu barulah ia pergi.

***
Begitu pula dengan keluarga Pak Ruslan yang saat ini sudah rapi, ia dan istri sedang menunggu anak gadis mereka yang sedang berganti pakaian.

"Riza sudah selesai, nak?" Tanya Mardiah sambil mengetuk pintu kamar Riza.

"Sebentar lagi Bun"

"Bunda sama Ayah tunggu kamu 10 menit lagi ya sayang, nggak enak di tunggu mereka!"

"Iya Bun"

***
Sedangkan didalam kamar ada wanita yang gelisah serta gundah.

"Wa, aku takut!" Ujar Riza yang memainkan jari tangannya yang bergetar.

"Udah Riz, senyum dikit wajahnya jangan di tekuk gitu, masa mau ketemu calon imam mukanya jelek nanti calonnya kabur lo!" Ejek Marwa sekaligus menghibur Sahabatnya.

"Bagus kalo gitu"

"Hus! Nggak boleh ngomong gitu. Lo tu mestinya bersyukur" Ucap Marwa yang tidak suka.

Takdir DamarizDonde viven las historias. Descúbrelo ahora