2. kebaikan

84 28 34
                                    

Pagi itu Riza sedang berdiri di balkon sambil menikmati pemandangan alam, dengan wajah yang berseri bahagia. Mungkin misal ada yang melihatnya akan ikut senang.

"Masyaallah, makasih tuhan engkau ciptakan pemandangan yang indah ini." Ucap Riza dengan rasa syukurnya.

ia sangat kelihatan cantik dengan gamis panjang yang membaluti tubuh indahnya.

"Rasanya kayak seperti mimpi!"

Ya, kota ini memang sedari dulu menjadi kota impiannya untuk ia kunjungi, Dan sekarang bukan lagi untuk berkunjung tapi untuk menimba ilmu setiap hari.

Terkadang itulah hadiah terindah dari yang kuasa, kita meminta satu permintaan di kasih dua. Bahkan seterusnya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam! Mbak" Balas Riza.

"Penghuni baru ya mbak?" Tanya penghuni kontrakan lain.

"Iya mbak, Kemarin sore baru Dateng dari kampung" Ucap Riza.

"Oh, Kenalin nama saya rindu" orang itu memperkenalkan dirinya.

"Mbak rindu, nama saya Riza mbak"
Ucapnya sambil tersenyum.

"Panggil rindu aja."

"Iya mbak, Eh! Rindu" Ucapnya canggung.

"Tinggal di kontrakan no berapa?
Maaf saya sedikit kepo, siapa tau tetanggaan." Ucap rindu tidak enak hati.

"Nggak papa, Saya di no 13."

"Bukannya itu tempat tinggal mbak marwa?"

"Iya saya temannya dari kampung"

"Oh gitu, Kontrakan kita dekatan Lo Riz."

"Oh ya" jawab Riza dengan gembira.

"Iya, Berdepanan mala."

"Masyaallah senengnya, punya teman baru lagi"

"Iya nanti kapan-kapan main ke kontrakan saya ya"

"Siap"

"Ya udah, Saya pamit dulu ya, mau ke kampus."

"Iya silahkan"

Setelah kepergian rindu, ia kembali ke kamarnya. Rencananya hari ini ia akan pergi ke kampus, untuk registrasi ulang.

"Udah mau berangkat wa?"
Ia melihat sahabatnya itu baru saja menutup pintu.

"Eh kamu, Dari mana? Tadi aku cari-cari kamu tapi nggak ada." Betul Marwa sedari tadi tidak melihat gadis itu.

"Maaf tadi nggak izin dulu, aku tadi dari balkon lihat pemandangan. Ternyata memang bener indah ya wa?" Ucap Riza.

Ya Kedua gadis itu sedang berada di depan pintu kontrakan. yang satu ingin pergi keluar yang satu akan masuk.

"Betul banget Za, apalagi waktu sore senja nya itu Lo masyaallah." Marwa membetulkan ucapan sahabatnya.

"Aku pergi dulu ya, Kamu jadikan ke kampus hari ini?"

"Jadi dong"

"Bisa sendiri kan?"

"Bisa Marwa."

"Syukurlah, hati-hati"

"Aku duluan ya, Assalamuallaikum." pamit Marwa.

"Waalaikumsalam, hati-hati."

Marwa hanya memberikan acupan jempolnya, ia memang sudah hapal sikap Riza yang sering menghawatirkan Orang lain di banding dirinya sendiri.

Takdir DamarizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang