🌼 TW chapter 49

Start from the beginning
                                    

"Tapi terlepas dari itu semua, klien kita lebih menuntut pada hasil dari perusahaan kita Pak. Dengan uang mereka yang bisa dibilang tidak sedikit. Mereka hanya mendapat hasil setengah dari jumlah uang mereka," sahut salah satu komisaris perusahaan Danes.

"Kamu menyalahkan saya atas semua hasil itu?" tanya Danes mengintimidasi.

"Bukannya menyalahkan, semua itu dari tanggung jawab Bapak. Kami dari dewan komisaris juga jajaran direksi sudah melakukan pengajuan saran atas beberapa hasil yang diproduksi perusahaan. Dan Bapak menolak semua itu."

"Jadi, saya pikir performa Bapak beberapa tahun ke belakang ini yang membuat-"

"Kamu menyalahkan performa saya?! Kalian masih berada di bawah saya! Jangan coba-coba menjatuhkan saya dari masalah seperti ini!"

"Untuk masalah ini saya putuskan akan meminjam uang dari perusahaan lain untuk mengembalikan tuntutan dari klien kita!" ucap Danes tegas.

"Meminjam uang lagi? Masalah ini tidak akan selesai hanya dengan meminjam uang Pak. Itu malah akan membuat perusahaan kita semakin terperosok ke bawah dan berimbas pada reputasi perusahaan kita. Bahkan perusahaan kita bisa gulung tikar Pak."

"Benar Pak, dari laporan keuangan perusahaan yang saya lihat uang perusahaan masih lebih dari cukup untuk mengembalikan tuntutan mereka."

"Sialan!" umpat Danes.

Laporan keuangan itu sudah ia palsukan. Yang berarti uang perusahaan tidak sebanyak seperti yang tertera di laporan keuangan. Jika semua itu ketahuan maka pangkatnya di perusahaan bisa goyah. Dari direksi dan komisaris mungkin akan melakukan reshuffle kepada petinggi mereka.

"Davero!" geram Danes dalam hati.

//-//

Saat ini Aretha sedang bersantai di taman belakang sembari menghadap laptopnya. Entah apa yang dia lakukan.

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan pintu depan. Tapi Aretha tidak langsung membukakannya karena pasti sudah lebih dulu dibuka oleh bi Sam.

"Davero! Davero keluar kamu!"

Aretha menajamkan pendengarannya. Ia mengenal suara itu. Aretha menutup laptopnya dan bergerak turun dari gazebo yang ia tempati. Ia berjalan ke dalam rumahnya.

"Anak kurang ajar kamu Davero!"

Aretha berhenti di ruang tengah. Ia berpapasan dengan Mamanya yang baru saja turun dari lantai dua.

"Siapa sayang?" tanya Mama Karina.

"Mantan suami Mama," jawab Aretha.

Mama Karina mengerutkan keningnya, "Ngapain Papa kamu ke sini teriak-teriak?"

Aretha mengendikan bahunya.

"Mama jangan temuin dia, biar Retha aja," cegah Aretha melihat Mamanya ingin berjalan ke depan.

"Ngaco kamu! biar Mama aja. Mereka kan nggak tau kamu masih ada," ucap Mama Karina.

Aretha pikir, benar juga.

"Yaudah, Mama hati-hati. Nanti kalo mereka apa-apain Mama aku tetep keluar," ucap Aretha. Mama Karina mengangguk.

Aretha mengikuti Mamanya yang menemui Papanya di depan. Ia berhenti di balik tembok yang terhubung langsung dengan ruang tamu. Terdapat kaca buram yang cukup besar sebagai sekatnya.

THE WAY [END]Where stories live. Discover now