"Padahal aku sudah berhati-hati, tapi kenapa dia bisa terusik ya? Instingnya tajam sekali" bisiknya pelan.

Albern menatap datar kearahnya "Kau mengatakan sesuatu?"

Brianna mendongak "Tidak ada" kilahnya tersenyum paksa.

Albern mengendikkan bahunya acuh. Kemudian ia bangkit dari sofa dan meregangkan otot-ototnya. Matanya menoleh kearah samping.

'10.45'

Ternyata sudah setengah jam dirinya tertidur. Biasanya ia tak pernah tidur di waktu siang seperti ini, entahlah untuk pertama kalinya Albern merasa tidurnya kali ini lebih nyenyak dan nyaman dibanding sebelumnya. Mungkin berkat gadis disampingnya ini.

Albern memperhatikan Brianna dengan ekor matanya. Terlihat sang empu menatap lurus ke depan, tidak menyadari bahwa seseorang di sampingnya menatapnya begitu lekat.

Albern memperhatikan dengan seksama. Mengakui paras luar biasa rupawan yang dimiliki gadis ini. Albern sudah beberapakali bertemu dengan gadis cantik, namun saat melihat Brianna ia merasakan hal yang beda. Bahwa gadis gadis yang sering ia temui kini terlihat biasa saja dimatanya hanya karena gadis ini. Sepertinya memang gadis ini memiliki daya tarik yang kuat untuk memikat para pria, termasuk dirinya mungkin.

Cukup lama Albern memperhatikan Brianna dalam diamnya. Matanya pun seolah enggan untuk berpaling, seperti ada magnet yang menariknya untuk terus menatapnya. Tersadar bahwa ada seseorang yang terus memperhatikannya sedari tadi, barulah Brianna menolehkan kepalanya.

"Ada apa?" tanyanya heran.

"Tidak ada" jawabnya singkat.

Brianna mengendikkan bahunya acuh tak peduli.

Drttt.. Drtt...

Seketika Albern melihat ponselnya yang bergetar di sakunya.

My Bob is calling...

Sejujurnya bukan Albern yang menamainya dengan nama menggelikan seperti itu. Tentu saja Bobby sendiri dalangnya. Menggantinya? Albern terlalu malas jadi biarkan saja.

Dengan cepat Albern menggeser tombol hijau ke kanan yang ada di layar.

"Big bos, kau dimana? Dari tadi kami semua mencarimu..

"Mana ada big bos, dari tadi si iden malah duduk santai merayu para junior cantik" desis Bobby dari sebrang sana.

"Diam kau bocah ingusan!! Kau kan hanya bocah mana tahu nikmatnya di kelilingi para gadis cantik" timpal Aiden dengan nada meledek.

"Berhenti memanggilku dengan sebutan bocah ingusan, sialan!" Bobby berteriak marah di sana.

"Ow... Ow... Calm dude. Bocah ingusan dilarang mengumpat" ucap Aiden dengan terkekeh pelan.

"Iden ponselnya"

"Apanya?"

"Ck! Berikan ponselnya padaku"

"Astaga, bicara yang jelas. Sudah tau aku tak mengerti bahasa singkatmu itu" decak Aiden.

"Al, cepatlah datang kesini" itu suara Denzel. Sepertinya ia mulai jengah dengan perdebatan tak bermutu yang dilakukan kedua sahabatnya.

BRIANNA [Proses Revisi]Where stories live. Discover now