𝑨𝒘𝒂𝒍 𝑪𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂

885 201 28
                                    

Semakin lama berdiam semakin jauh dari angan dan cita-cita. Berharap bahwa selamanya, logika, hati dan kemana kaki melangkah bisa bekerja sama dengan baik. Mulai atau tidak sama sekali, seperti yang pernah dinyanyikan Elvis Presley, it's now or never. Tak mungkin menunda lagi, bukan berarti tergesa untuk melaksanakan tetapi semua cukup dan adanya kekurangmampuan cukup mintakan selebihnya kepada dzat pemilik kehidupan untuk memampukannya.

Aku masih duduk terdiam, hanya ingin mengabarkan apa yang selama ini tersimpan di dalam hatiku. Dari sekian harapan, dari sekian banyaknya ingin, dari sekian bermuaranya hati untuk memilih. Tanganku bergetar, namun sejurus dengan waktu, hatiku ingin memastikan, setidaknya langkah awal tidak akan terhalang jika jawabannya masih berpeluang untuk melangkah, semoga. Yang tersemogakan bisa disemogakan segera.

Kalimat salam sebagai pembuka dan selanjutnya aku ingin mempertanyakan kemungkinan untuk melangkah kemudian.

me
Aku sempurna tertikam oleh ilusiku sendiri. Pengkhianatan oleh hatiku yang sibuk menguntai simpul pertanda cinta.
Ibarat hampa yang seperti langkah tak berjejak, senja namun tak kenal dengan jingga, sedangkan cinta berdiri dalam kesendirian.

Jika dan hanya jika,
Dermaga itu masih belum berpenghuni
Ingin bukan hanya damba yang akhirnya bisa bersinergi,
namun juga langkah untuk memberi keseimbangan hati

Mungkinkah masih ada kesempatan?
Untukku, mengikatkan janji.
Melipat layar kembali dan berhenti selamanya di dermaga hati yang belum berpenghuni.

Allah, kupasrahkan hati atas semua jawabanmu. Namun bolehkan aku sedikit berharap bahwa ini bukan hanya sekedar mimpi. Bolehkah kumiliki apa yang memang layak untuk aku perjuangkan. Aku hanya butuh ketwntuan takdirmu untuk melwngkapkan mimpiku menjadi sempurna.

Calla
Bang Zaqi, maaf maksudnya bagaimana?

me
Jika masih memungkinkan aku ingin menemui orang tuamu

Calla
Dermaga itu masih menunggu sebuah kapal untuk berlabuh
Diantara puluhan deck kapal merapat belum mampu singgah karena embusan angin yang bertiup seolah menolaknya,
dan sepertinya mamiri kali ini cukup memesona untuk bisa mewakilkan hati,
Jatuhkanlah jarkarmu segera, tambatkan, hingga angin tak lagi mampu menjadikan alasan berpindahnya posisi
atau gelombang yang senantiasa berlari berkejaran menggoyahkan.

Sepertinya dermagaku telah siap menjadikan pelabuhan terakhir dari kapalmu berlayar.

Bukan hanya bibir yang seketika mengucapkan syukur, mata yang seolah tak percaya sengaja mengulang kembali apa yang telah tertulis di sana. Calla menerima? Allah ternyata tidak bertepuk sebelah tangan.

Calla
Bang Zaqi,
Siapakah nama kedua orang tua Abang? Akan aku sampaikan kepada abi dan umi.

me
Finn Talha dan Umami Sarah

Kini setelah semuanya jelas, pertanggungjawabanku adalah meminta izin kepada kedua orang tuaku. Setelah akhirnya aku putuskan untuk menolak tawaran kiai Guntur karena hatiku tidak lagi bisa membuka untuk yang lain, hanya ada satu nama dan selamanya akan selalu tersimpan di sana. Lalu kini aku telah mengungkapkannya dan dia menerimanya, nikmat mana lagi yang bisa didustakan?

Ayah dan ibu jelas menunggu apa yang ingin aku sampaikan, jujur ini kali pertama aku mengungkapkan, semoga doa dan harapanku bersambut baik dengan takdir.

"Katakanlah, apa yang memang seharusnya kami ketahui?"

"Zaqi ingin melamar seseorang untuk menjadi istri Zaqi, Ayah, Ibu." Ada rasa kaget yang aku tangkap dari kedua tatapan mereka namun berusaha untuk mereka sembunyikan.

Tidak ingin membuat mereka kecewa setelah peristiwa kemarin. Ah ibarat kata bisa diumpamakan membuang emas di depan mata. Ayah dan ibu terlihat sangat kecewa tapi mau bagaimana lagi.

"Insyaallah dia juga tidak kalah dengan Azeera, Ibu."

"Apakah ibu kenal? Atau setidaknya pernah melihatnya?" tanya ibu.

"Mungkin pernah melihat, karena dia adik kelas Zaqi ketika kami sama-sama sekolah di aliyah dulu."

"Teman satu tingkat Oomar kalau begitu."

"Iya Ayah." Aku tahu mereka menunggu kalimatku selanjutnya, ya aku harus menjelaskannya supaya mereka tidak salah mengartikannya, "sesungguhnya Zaqi telah menyukainya sejak kami sama-sama di Aliyah. Kemarin Zaqi menanyakan kepadanya apakah masih terbuka kesempatan untuk itu, karena kami berdua nyaris tidak pernah berkomunikasi sedari Zaqi lulus aliyah, dan baru satu tahunan belakang ini kami tersambung komunikasi melalui group chat alumni eskul. Dan setelah sekian lama meyakinkan hati akhirnya kemarin Zaqi menyampaikan maksud hati Zaqi kepadanya, dia mempersilakan jika Zaqi ingin bertemu kedua orang tuanya."

"Kamu sudah yakin?"

Aku menganggukkan kepala mendengar pertanyaan ayah. Tidak mungkin aku melangkah sejauh ini apabila aku tidak bisa meyakininya. "Insyaallah Ayah, Zaqi yakin setelah meminta petunjuk-Nya juga."

"Kapan ayah dan ibu bisa bertemu orang tuanya?"

"Zaqi silaturahmi sendiri dulu, Yah. Sekaligus memperkenalkan diri kepada mereka, setelah semuanya jelas nanti ayah dan ibu tentu akan Zaqi ajak serta."

"Baiklah kalau begitu, ayah percaya kepadamu. Jika sekelas putri kiai sepuh saja kamu melewatkannya tentu saja perempuan yang telah kamu pilih ini memiliki kualifikasi khusus, keistimewaan yang lebih dibandingkan Azeera. Meski mereka memang bukan sesuatu yang pantas untuk diperbandingkan."

"Yah, tidak ada manusia yang sempurna. Azeera memiliki kekurangan, Calla pun juga memiliki kekurangan. Zaqi hanya tidak ingin memilih sementara hati Zaqi belum bisa melepaskan yang lain. Sungguh ini pilihan berat, hanya saja Zaqi harus memutuskan. Semoga ini memang jalannya Allah menunjukkan bagaimana Zaqi menjemput jodoh."

"Ayah dan ibu percaya kepadamu, Qi. Selalu berdoa semoga Allah selalu meridhoi apa yang kamu lakukan." Usapan lembut tangan ibu menyapa punggungku. Sejauh ini aku memang tidak pernah meminta apa pun kepada mereka. Ini untuk pertama kalinya aku memintanya, berniat melengkapkan separuh imanku untuk melipatgandakan ladang amalanku. Melangkah bersama mencapai surga-Nya.

Ayah dan ibu telah berangkat ke Jatinangor, menyaksikan hari bahagia salah satu adikku bersama Naura. Oomar telah menyelesaikan pendidikannya. Itu merupakan hadiah paling membahagiakan untuk mereka setelah setahun kemarin aku juga telah menyelesaikan kuliahku. Bedanya, setelah ini Oomar langsung bisa terjun ke pemerintahan sebagai abdi negara sedangkan aku?

Sekali lagi, tidak perlu membandingkan diri kita dengan kesuksesan orang lain. Banyak cara bagi Allah untuk memampukan hamba dan meninggikan derajatnya.

Menghentikan sepeda motorku di sebuah halaman luas. Beberapa petugas menyapaku dengan sopan. Mungkin sedang ada acara di rumahnya atau aku sedang terlupa bahwa orang tua Calla adalah seorang pejabat hingga membuat beberapa petugas bersiaga di kediaman mereka.

"Assalamu'alaikum," sapaku kepada salah satu diantara mereka.

"Waalaikumsalam, ingin bertemu dengan siapa, Mas?"

"Pak Azrul Novandi ada, Pak?"

"Sudah membuat janji?"

"Saya sudah membuat janji dengan mbak Calla dan diminta untuk bertemu orang tuanya."

Inhale, exhale, masih juga melewati gerbang pertama namun degup jantungku semakin tidak beraturan berdetak. Seperti inikah rasanya menghadap untuk memperjuangkan apa yang ingin kita miliki selamanya?

----------------------------------------🚲🚲

__to be continued

Gunkid, 07 Desember 2021

𝐒𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡, 𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢-(𝐌)𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang