𝑺𝒆𝒈𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒎 𝑨𝒔𝒂

876 228 31
                                    

------------------------
ᴮᵃᶜᵃ ᵐᵘˢʰᵃᶠⁿʸᵃ ᵈᵘˡᵘ ᵇᵃʳᵘ ᵇᵃᶜᵃ ᵂᴾ
.
.
𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪
------------------------

Menengadahkan tangan, meminta belas kasih dan perlindungan. Kemana lagi bisa meminta selain kepada dzat pemilik kehidupan manusia.

Perkara jodoh itu bukanlah suatu persaingan, cepat atau tidaknya bahkan meski belum sekalipun pernah berpacaran bukan berarti jodoh akan datang belakangan. Sekali lagi bukan masalah cepat atau lambat namun jodoh akan datang pada waktu dan orang yang tepat.

Memilih menjadi seorang mahasiswi berarti siap dengan semua konsekuensi. Meski tidak ada larangan menikah saat kuliah namun, fokus pada tujuan awal untuk hanya menjadi seorang mahasiswi adalah suatu pilihan.

Untuk ketiga kalinya, Calla menghela napasnya perlahan. Tiga kali juga dalam hidupnya berniat untuk menolak ajakan taaruf seseorang. Meski bingung harus menjawab apa kepada kedua ustadzah yang menjadi penghubung diantara mereka. Calla tidak pernah mengikuti pengajian singlelillah yang didalamnya termasuk juga pertukaran CV sehingga apabila ada yang suka dan sepakat maka pengurus akan mengatur pertemuan sekaligus juga memberikan fasilitas untuk mempertemukan orang tua.

"Sekali lagi, saya minta maaf Ustadzah. Tidak ada niat dari dalam hati menolak qodar yang telah tertulis. Sebagai perempuan terlebih di usia ini saya juga sangat memahami apabila ada yang berbaik hati untuk mengajak saya taaruf namun demikian saya masih belum siap. Secara ilmu saya masih harus belajar terlebih untuk batin, sepenuhnya saya belum siap untuk menikah dalam waktu dekat."

"Maaf Mbak Calla, tapi ini sudah ketiga kalinya. Apa tidak sebaiknya ditanyakan kepada orang tua? Insyaallah saya jamin ikhwan yang berniat untuk mendekati Mbak Calla baik secara agama dan juga beliau sudah bekerja jadi untuk maisah, insyaallah beliau sudah ada sehingga tidak perlu ada kekhawatiran. Selain itu menikah juga akan membukakan gerbang rezeki, insyaallah seperti itu. Bagaimana Mbak Calla?"

"Saya minta maaf, Ustadzah." Lagi-lagi Calla mengungkapkan keengganannya untuk bisa berkenalan dengan orang yang memberikan CV yang kini sedang dia pegang, Hammami Alwi.

"Setidaknya untuk berkenalan dengan beliau, Mbak. Selebihnya nanti silakan untuk menolak atau tetap melanjutkan. Kami tetap akan memfasilitasi."

Calla hanya diam menundukkan kepalanya, apa yang harus dikatakan kepada ustadzah Hanifah. Wanita yang begitu baik kepadanya, guru, teman yang menjelma menjadi kakak yang sudah seperti saudara, sekaligus tempatnya menimba ilmu agama selama berada di Bandung saat dia jauh dari keluarganya. Tapi jujur hatinya tidak ingin terbuka untuk semua nama kecuali satu.

Nama yang sejak tujuh tahun yang lalu telah terpatri indah menghiasi relung kalbunya. Nama yang sejak dia mengenal cinta telah tersemai indah, nama yang sejauh ini masih dia tunggu meski tidak satu pun kabar berita yang tersampai kepadanya. Hanya Calla dan Allah yang tahu, seberapa banyak doa yang dilangitkannya untuk bisa memberikan penjagaan atas pria yang memberinya banyak warna dalam hidup. Jika ini sudah tahun ketiganya berada di Bandung, itu berarti seharusnya pria itu telah menyelesaikan studinya.

"Apa Mbak Calla telah memiliki calon?"

"Ah__iya, maaf Ustadzah bagaimana?" lamunan Calla terkoyak, tergagap menjawab pertanyaan ustadzah Hanifah.

"Eh jadi benar Mbak Calla sudah memiliki calon. Sekali lagi maaf jika saya tidak mengetahuinya."

"Calon__, calon apa yang dimaksudkan?"

"Lho bukannya tadi Mbak Calla menjawab iya ketika saya beberapa kali bertanya apakah sudah memiliki calon sehingga memilih untuk menolak beberapa permintaan taaruf? Menikah itu ibadah lo Mbak, jika bisa disegerakan mengapa harus ditunda."

"Oh bukan-bukan, bukan begitu maksud saya. Saya belum memiliki calon, Ustadzah. Benar memang menikah itu ibadah, jika bisa disegerakan mengapa harus ditunda. Bahkan Allah telah menjamin dalam banyak firman-Nya mengenai pernikahan, rezeki setelah menikah dan yang lainnya. Hanya saja secara lahir dan batin saya masih belum siap Ustadzah, maaf."

"Baiklah, menikah itu memang bukan siapa yang cepat dia yang akan dapat, tapi mendapatkan di waktu ya tepat. Semoga Mbak Calla mendapatkan laki-laki yang sholeh."

"Aamiin."

"Berarti saya sampaikan kepada mas Hammam ya."

"Sekali lagi, maafkan saya ya Ust. Insyaallah nanti kalau saya sudah siap dan belum ada calonnya saya pasti mengabarkan kepada ustadzah Hanifah." Bukannya menjawab ustadzah Hanifah justru tersenyum tipis, "sebelum datang ke saya, insyaallah mbak Calla sudah ada yang mengkhitbah. Karena setiap ikhwan ketika diberikan foto mbak Calla pasti banyak iyanya terlebih setelah mengetahui siapa mbak Calla, mustahil jika mereka menolaknya."

"Masyaallah, itu semua hanya titipan Ustadzah."

Jika masih ada alasan yang lainnya Calla sepertinya juga masih ingin berkelit. Saat ini memang dia sedang menunggu sampai entah kapan dia tidak tahu. Yang jelas suatu ketika dulu dia telah berjanji untuk menunggunya, entah dia tahu atau tidak namun kalimat itu sesungguhnya kalimat tulus yang keluar dari lubuk hatinya.

Tidak ada kebaikan dalam sebuah lamunan. Bibir Calla beristighfar lirih meluruskan kekeliruannya. Bukan dia yang seharusnya selalu diingat, cukup simpan namanya dalam hati dan memintanya untuk bisa dimiliki dalam setiap sujud yang ingin dilangitkannya. Dia, Allahu Rabbi, dzat pemilik semesta, hidup mati seseoranglah yang sesungguhnya harus tersebut setiap waktu.

Mulai kembali mengerjakan pekerjaannya yang tertunda, Calla berusaha untuk mengenyahkan apa yang baru saja hinggap di hatinya. Rindu, sejak perpisahan sekolah itu memang mereka tidak lagi terhubung dalam suatu percakapan. Bahkan Calla tidak pernah menyimpan nomor teleponnya yang mungkin saja bisa mengobati rasa rindu meski hanya sekedar melihat apa yang diupdate olehnya atau profile picture yang menunjukkan siapa pemilik nomor yang tertera. Hingga suara gawainya berdenting. Ada group baru yang meninvitenya untuk ikut memeriahkan serta.

ₚₕₒₜₒgᵣₐₚₕy ₐₗᵤₘₙᵢ

Yolan
@Calla, sepertinya kamu juga anyep ketelen bumi yah. Bagaimana kabarnya Bandung. Sudah ada yang ngajak taaruf belum?

Rani
Khitbah sih

Bang Anda
Yakin luh Ran?

Yolan
Sumpeh loh, demi apa woy? @Calla benar tuh kata Rani? Atau jangan-jangan kamu telah nikah lagi nggak undang kita-kita?

Calla mengabaikan namun jemarinya mulai lincah melihat satu-persatu siapa saja anggota yang tergabung di dalamnya. Hingga tangannya refleks menekan profile picture salah satu nama yang selalu membuat hatinya bergetar.

 Hingga tangannya refleks menekan profile picture salah satu nama yang selalu membuat hatinya bergetar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__ Arzaq Dizhwar

----------------------------------------🚲🚲

__to be continued

Djogdjakarta, 23 November 2021

𝐒𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡, 𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢-(𝐌)𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang