02 - SMA Athena

580K 27.3K 1.9K
                                    

Suara merdu petikan gitar membangunkan Veilla dari tidur pulasnya, gadis itu menggeliat di atas ranjang meregangkan otot-otot tubuh. Dia mengerjap, menghela napas dengan senyum simpul saat mendapati Ziano yang tengah bermain gitar memunggunginya.

"Ziano!" panggil Veilla suaranya serak khas orang bangun tidur.

Cowok itu menghentikan petikan gitarnya, menoleh ke belakang tanpa ekspresi ramah sedikitpun. Ziano menaikkan satu alis.

"Aku udah gak perawan, ya?" tanyanya benar-benar terlihat seperti gadis lugu.

"Hah?"

"Kan kita udah ngelewatin malam pertama? Kata mama kalo abis nikah dan ngelewatin malam pertama, itu artinya aku udah gak perawan. Dan aku udah resmi jadi seorang istri yang telah memenuhi kewajibannya terhadap suami."

"Gimana ceritanya cuman khilaf ciuman doang bisa gak perawan? Setres lo!"

Ziano geleng-geleng kepala, meletakkan gitarnya, lantas beranjak pergi menuju ke kamar mandi.

"Ziano!"

"Apa lagi?"

"Mau ke mana?"

Cowok itu memutar bola mata malas. "Mandi!"

"Ikut!" Buru-buru gadis itu turun dari ranjang bergegas menghampiri sang suami.

Sebelum Veilla mendekat, Ziano segera berlari memasuki kamar mandi, mengunci pintu rapat membiarkan Veilla teriak menggedor-gedor pintu.

_________________________________________


"Ayo, Zi, tahan! Lo bisa! Jangan sampe lo nanamin benih di rahim cewek annoying ini!" batin Ziano dalam hati begitu tersiksa.

"Gak bisa!" seru Ziano saat gadis nakal itu dengan sengaja mengusap juniornya yang sudah mengeras di balik handuk.

Cowok itu mencengkram kuat kedua lengan Veilla sampai menampakkan urat-urat di tangannya. Dengan sekali gerakan, Ziano sudah dapat mengubah posisi mereka berdua. Kini dia yang menduduki perut Veilla.

Begitu dekatnya wajah mereka berdua, sampai-sampai Veilla dapat merasakan hembusan napas segar Ziano yang menerpa wajahnya. Mata gadis itu membelalak panik dengan bibir sedikit terbuka.

Sebelum pada akhirnya Ziano mendaratkan lumatan lembut di bibir atas Veilla. Cowok itu mencengkram erat rahang tirus gadis di bawahnya menggunakan kedua tangan.

Ting... Tung...

Siapa sih yang udah mencet bel? Ganggu aja! Kira-kira begitu yang dipikirkan Veilla saat Ziano langsung menjauh darinya.

Cowok itu menuju ke koper, memakai celananya dan hanya menutup dada menggunakan handuk yang tersampir di pundak. Ziano bergegas menuju pintu dengan keringat dingin yang masih memenuhi kening dan pelipisnya.

"Ziano!"

Menghentikan langkah sebentar. Cowok itu menoleh.

"Nanti lanjutin lagi, ya?" lanjut Veilla cengengesan.

Berdecak pelan, Ziano melanjutkan langkahnya kembali tanpa menghiraukan Veilla. Setelah pintu terbuka, dia sedikit terkejut saat mendapati Joe sudah ada di hadapannya. Namanya Joeshepta Vallentino, akrabnya panggil saja dia Joe. Sepupu sekaligus sahabat bagi Ziano.

"Paan?" tanya Ziano ketus.

Bukannya langsung menjawab, dia sedikit berjinjit, cowok berambut ikal dengan kulit berwarna sawo matang itu memicingkan mata mengintip ke dalam.

GRAZIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang