01 - Malam Pertama

677K 33.4K 5K
                                    

Mahen, Felix, Rere, dan Anna mengantar Ziano dan Veilla sampai ke depan pintu unit apartemen baru yang telah mereka hadiahkan untuk anak mereka.

Mahen memberikan kunci apartemen kepada Ziano. "Mulai sekarang, kalian tinggal di sini. Setelah hari kelulusan nanti, kalian baru boleh honeymoon ke mana saja yang kalian mau."

"Iya, kalo pernikahan ini masih ada," sungut Ziano. "Lagian kenapa, sih, pake jodoh-jodohan segala? Papa tau gak kalo pelajar itu harusnya belum boleh menikah."

Maju beberapa langkah, Rere sedikit berjinjit menangkup wajah sang anak. Wanita berkebaya mewah itu terkekeh gemas.

"Udah tenang aja. Yang punya sekolahan ayahnya Mama."

"Yaudah, yuk! Kita pulang. Udah larut malam juga. Kasian, pengantin baru mau istirahat!" sahut Anna.

"Baik-baik di sini, ya, jangan terburu-buru bikinin kita cucu. Kita masih bisa sabar kok sampai kalian lulus sekolah," goda Felix, lalu mereka berempat pergi bersamaan meninggalkan Ziano dan Veilla.

Cowok itu membuka kunci, setelah pintu terbuka dia menoleh Veilla sekejap. Sontak Ziano memergik kaget, mendapati gadis di sampingnya sudah membuka mata lebar menatapnya tanpa berkedip dengan senyum lebar yang terus terulas di bibirnya.

"Kedip!" kata cowok itu mengusap wajah Veilla kasar. "Emang kagak kering apa gigi lo nyengir mulu?!"

"Bawa tuh koper-koper!" suruhnya melirik tiga koper di dekat mereka, lantas segera masuk ke dalam apartemen besar dengan desain mewah itu.

Veilla mengangguk, lantas membawa tiga koper itu masuk ke dalam tanpa bantuan Ziano.

Setelah menutup pintu, Veilla melangkah menghampiri Ziano yang tampak kelelahan menyenderkan tubuhnya ke punggung sofa, dia memejamkan mata, mendongakkan wajah ke atas dengan helaan napas panjang sembari melepas beberapa kancing kemeja bagian atas lalu melonggarkan dasi.

"Ziano," panggil Veilla.

"Hm ..." jawabnya tanpa mengalihkan pandangan ke arah si pemanggil.

"Veilla mau mandi."

Membuka mata perlahan, Ziano membalas tatapan gadis yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Terus? Lo mau gue mandiin?"

Tersenyum tipis, pipi gadis itu memerah. "Malu, sih, tapi kalo Ziano mau gapapa."

Cowok itu tersenyum miring, tatapannya kian intens mengamati Veilla dari atas sampai bawah. Dia berdiri tegap, membuat jantung Veilla berdegup makin kencang.

"Mimpi!" serunya kemudian menoyor kening gadis berwajah polos di hadapannya.

Veilla mengerucutkan bibir sebal. "Lagian Ziano, sih ... Veilla 'kan cuma mau minta tolong turunin kancing belakang gaun Veilla. Soalnya tangan Veilla gak sampe. Udah gerah banget pengen cepet-cepet mandi tau!"

Berdecak lirih, Ziano memutar tubuh Veilla, lantas membukakan kancing gaun gadis itu.

"Udah!"

"Makasih," jawabnya berbalik badan, sembari menurunkan lengan gaunnya dan seketika langsung dinaikan lagi oleh Ziano.

"Woy! Lo mau ngapain?!" sentaknya gelagapan.

"Lepas gaun lah! Masa mandi pake gaun? Ziano gimana, sih?"

"Gak di sini juga, Vei! Bego banget, sih, lo! Sono langsung ke kamar mandi!"

"Iya, iya!"

Setelah hampir satu jam, shower dimatikan, suara rintik air dari dalam kamar mandi tidak lagi terdengar.

GRAZIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang