5

577 66 6
                                    

Mix meletakan mangkuk bubur itu, setelah menyuapi Earth, kini ia menatap Earth. Masih terbesit dipikirannya mengapa Earth tampak berbeda kemarin? Mimpi buruk macam apa yang membuat Earth takut seperti itu?

Mix memberikan minum pada Earth, tanpa lupa ia memberikan obat juga pada Earth. Mix sebenarnya ingin bertanya, melontarkan semua pertanyaan yang bermunculan dalam benaknya. Namun, ia takut jika ia akan salah bertanya hingga membuat Earth mengamuk. Itu akan menjadi hari yang sangat berat, mungkin Mix tidak akan pernah berani untuk menginjakan kakinya lagi diruangan Earth.

Mengingat bagaimana Earth dulu mengamuk, oh... Sungguh itu sangat mengerikan. Mengingat bagaimana tubuh Earth yang besar sudah pasti Mix dapat dibanting olehnya, oh... Pasti tulang Mix akan patah.

Mix menggelengkan kepalanya, berusaha menyingkirkan pikiran mengerikan itu dari otaknya.

"Mix?" Panggil Earth. Suara berat Earth tentu sempat mengejutkan Mix, jantung Mix berpacu dengan cepat, mendengar suara berat Earth saja sudah mampu membuat seluruh tubuh Mix gemetar ketakutan.

"Makasih buat yang semalem." Ucap Earth tulus.

Yah... Memang. Selama mimpi buruk itu muncul, Earth tak bisa tidur. Namun, saat ia tidur dipangkuan Mix, mimpi buruk itu pergi begitu saja, ia merasa nyaman berada disisi Mix.

Mix ingin bertanya, namun ia urungkan kembali niatnya. Berpikir dua kali jika Mix Masih ingin tetap melihat mentri besok.

Tapi, sungguh! Mix tak kuasa untuk menahan pertanyaan yang terus saja bermunculan. Mix ingin tau, ingin tau mengapa Earth bisa jadi seperti ini. Mengapa Earth bisa menjadi seorang psikopat gila?

"Eh... P'Earth?" Panggil Mix yang dijawab dehaman oleh Earth.

"Kalo Mix boleh tau... P'Earth mimpiin apa? P'Earth bisa cerita sama Mix." Ucap Mix.

Sejenak Earth terdiam. Bayangan tentang mimpi buruknya muncul, tidak hanya tentang mimpi itu. Ia mengingat kembali masa kecilnya, masa kelam yang sungguh membuat Earth jadi pribadi yang seperti sekarang.

Earth sebenarnya enggan untuk menceritakan masa kecilnya.

Dimana Earth baru berusia 7 tahun, ia bisa melihat bagaimana ayahnya menyiksa sang ibu, menoreh luka disekujur tubuh wanita itu.

Ayahnya sangat kasar, hampir setiap hari pulang dalam keadaan mabuk. Hampir setiap harinya telinga Earth mendengar bentakan dan keributan orang tuanya, hampir setiap hari Earth diperlakukan dengan sangat kasar.

Sampai pada akhirnya, orangtua Earth berpisah.

Earth kira setelah mereka berpisah, kehidupan neraka Earth akan berakhir, nyatanya tidak.

Hak asuh Earth jatuh pada sang ayah. Earth terbiasa menerima cacian serta makian dari sang ayah, terbiasa diperlakukan dengan kasar.

Hingga suatu hari Earth dan sang ayah bertengkar hebat. Earth tak sengaja menghabisi nyawa ayahnya sendiri. Suara jeritan dan permohonan sang ayah mampu membawa senyum diwajah Earth, dada Earth terasa penuh saat darah sang ayah banjir membasahi lantai, perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasa puas saja melihat tubuh sang ayah tergeletak bermandikan darah. Melihat bagaimana tak berdayanya manusia arogan itu.

Tidak hanya itu, Earth sempat melukai dirinya sendiri, menusuk perutnya dan melukai telapak tangannya, sebelum akhirnya ia memanggil polisi.

Mengatakan jika ada perampok yang membunuh ayahnya, menusuk ayahnya berulang kali. Earth mengarang cerita tentang pembunuhan sang ayah, Earth yang usianya 16 tahun tak ingin mendekam dipenjara dan di cap sebagai pembunuh, meski memang itu nyatanya.

Setelah kasus pembunuhan itu, Earth dipulangkan ke rumah sang ibu. Earth berpikir mungkin ia akan mendapat kasih sayang yang ia harapkan sedari dulu.

Nyatanya sang ibu terlalu sibuk dengan suami barunya. Melupakan Earth yang merupakan darah dagingnya sendiri, Earth menertawakan dirinya. Nasibnya tidak pernah berubah ternyata.

Earth tertawa bodoh, mengingat bahwa tak akan ada seorangpun yang peduli padanya. Mereka hanya memasang topeng saja, nyatanya mereka hanya berpura-pura didepan Earth, bersikap baik seakan mereka peduli.

Mix yang melihat Earth tertawa menatapnya bingung, entah apa yang kini ada dalam benak Earth, tapi Mix takut karena tawa itu mengingatkan dia saat Earth menyayat pergelangan kakinya.

"P'Earth?" Panggil Mix, tatapan ketakutan itu terlihat jelas, Mix tak berbohong jika kini tubuhnya sudah mulai gemetar.

Earth tersadar dari pikirannya, menatap Mix dengan tatapan bertanya. "Gua mau istirahat." Ucap Earth sebelum merebahkan dirinya, menarik selimut dan memejamkan mata.

Mix hendak bangun dan keluar ruangan, tak ingin mengganggu waktu istirahat Earth. Namun, tangan Earth menarik ujung bajunya. "Temenin gua." Pinta Earth membuat Mix kembali mendudukkan dirinya.

Memperhatikan Earth yang mulai terlelap. Bertanya-tanya mimpi apa yang membuat Earth begitu takut? Apa mimpinya begitu buruk?

...

Meletakan gelas tehnya, Phuwin menopang dagu, menatap lurus kedepan. Ia masih memikirkan Mix yang duduk santai dengan Earth tadi bagi.

Earth tidak lagi mengamuk seperti hari sebelumnya, entah apa yang Mix lakukan pada Earth, tapi sungguh! Phuwin merasa kagum akan hal itu. Phuwin akui Mix hebat.

"Dokter Phuwin!" Panggil Drake mengejutkan Phuwin, membangunkan Phuwin dari lamunannya.

Drake duduk dihadapan Phuwin, sebenarnya ia masih memiliki tugas, namun melihat Phuwin yang melamun membuat langkah kakinya membawa Drake ke sana.

"Lu kenapa?" Tanya Drake. Melihat raut wajah Phuwin yang berbeda sungguh membawa tanya, biasanya Phuwin begitu berisik dan mengganggu, berbeda hari ini tampak begitu tenang.

Phuwin memberi isyarat agar Drake memajukan kepalanya, berniat berbisik ditelinga Drake.

"KEPO LU!" Teriak Phuwin membuat Drake menutup telinganya secara tiba-tiba. Drake menatap Phuwin dengan tatapan kesal, bagaimana tidak? Ia baru saja berteriak tepat ditelinganya, bagaimana jika nanti Drake tak bisa mendengar? Ia harus pergi ke dokter THT, dan membayar biaya yang cukup mahal. Oh... Untuk biaya hidup sehari-hari saja Drake sudah pusing memikirkannya bagaimana jika nanti hal itu terjadi? Drake harap hal buruk itu tidak akan pernah terjadi.

Phuwin bangkit, menaruh tangannya dalam saku mantel kebanggaan nya. "Kerja orang mah! Ga usah ngegosip! Dokter Tay ga ngegaji lu buat ngegosip!" Sindi Phuwin sebelum ia pergi.

...

Earth terbangun. Raut wajah Earth berbeda dari hari-hari biasanya, entahlah. Mix sendiri belum mengerti apa yang kini berkecamuk dalam benak Earth, Earth sepertinya masih enggan untuk bercerita.

Mix dapat lihat didalam mata Earth tak ada lagi cahaya kehidupan, sorot mata yang begitu kelam.

Terdengar helaan nafas berat dari Earth. Entahlah. Earth sendiri tak mengerti, perasaannya kini begitu kacau, rasa ingin berteriak namun seakan ia tak mampu. Ia ingin melampirkan semua emosi yang membelenggu jiwanya.

Jika dulu mungkin ia akan menyakiti orang yang sudah ia culik, namun sekarang ia tak bisa. Ia berada dirumah sakit, akan sulit baginya melakukan hal itu.

Earth memejamkan matanya sejenak, berusaha menjernihkan pikirannya.

"P'Earth? Mau makan?" Tanya Mix.

Pandangan Earth teralih, senyum tipis kini terlukis, senyum yang tidak Mix sadari.

TBC...

07/12/21
Ni-Gun

Paint the Pain✔️Where stories live. Discover now