Maka tanpa menunggu respon sang manajer, Seokjin berkata, "Biar aku saja." Lalu pergi mengejar Yoongi.

Sepanjang jalan, Seokjin yang duduk di kursi kemudi hanya bisa melirik Yoongi dengan perasaan turut prihatin. Melirik pria yang entah bagaimana raut wajahnya kini. Yang jelas, terdapat gurat-gurat tegang penuh penyesalan juga kekhawatir di wajah Yoongi itu.

Bagaimana tidak, Yoongi baru saja bertengkar dengan kekasihnya karena dipicu emosi sesaat. Lalu tak berselang lama, ia mendapat kabar kekasihnya mengalami kecelakaan.

Maka dari itu Yoongi kini berjalan terburu-buru menapaki lantai pualam rumah sakit. Meyusuri koridor dengan aroma antiseptik menguar di sekitarnya tanpa mengacuhkan lirikan mata orang-orang yang dilewatinya.

Kakinya bergerak cepat selagi matanya juga turut andil memindai nomor nomor kamar yang hendak ia tuju. Sampai ketika apa yang ia cari mulai terlihat di depan mata, perlahan langkahnya pun terhenti.

Yoongi terhenti di depan sebuah kamar bertuliskan VIP B yang pintunya menyingkap, memperlihatkan apa yang ada di dalamnya, di mana Gina tengah terbaring lemah dalam dekapan selimut putih rumah sakit yang menutupi tubuhnya.

Yoongi tidak lekas masuk. Ia justru mematung kelewat kacau dengan perasaannya sendiri. Entah bagaimana ia harus merespon dengan apa yang dilihatnya ini. Rasanya hatinya teriris pedih. Menyesal juga merasa tak berguna.

Matanya berkilat-kilat getir. Nafasnya terengah usai berlarian. Dan tangannya mengepal erat di sisi tubuh ketika melihat kekasihnya itu sedang terbaring tak berdaya di ranjang pesakitan. Dan bukan hanya itu, yang jauh lebih menyakitkan adalah ketika semesta lagi-lagi tak berpihak padanya. Karena alih-alih dirinya yang berada di sisi Gina disaat kritis seperti ini, justru Jungkook lah yang mengambil posisi itu, duduk termenung menunggui Gina bangun dari tidur yang tidak diinginkan itu.

"Ayo kita masuk."

Beriring suara itu terdengar, Yoongi juga merasa pundaknya ditepuk lembut, sebelum akhirnya sosok Seokjin melewatinya dan memasuki kamar lebih dulu.

***

Kini Yoongi sudah terduduk lesu di sisi ranjang Gina. Menggenggam erat tangan sang kekasih seolah tak pernah ingin ia lepaskan. Matanya berdenyar risau memandang kelopak yang masih mengatup damai itu tanpa tau seberapa khawatir dirinya sekarang.

Maaf.

Satu kata itu terus-menerus menggaung di dalam benak Yoongi selagi dirinya memindai wajah sang kekasih. Hatinya sakit mengingat apa yang sudah ia lakukan pada gadis itu. Apalagi ketika melihat berbagai goresan segar di kulit kekasihnya. Astaga, semakin terenyuh perasaan Yoongi.

Jujur Yoongi khawatir sekali. Ia benar-benar sayang dengan gadis yang kini sedang tak sadarkan diri di hadapannya itu. Meski sebenarnya keadaan Gina masih bisa dikatakan baik, hanya mengalami cidera ringan yang tidak begitu serius, berupa goresan di beberapa bagian tubuhnya, tetapi tetap saja Yoongi tidak bisa menepik rasa khawatirnya. Matanya bahkan tak henti-henti memancarkan sorot cemas ke arah Gina.

Diusapnya lembut punggung tangan Gina dengan harapan gadis itu lekas menyingkap kelopak dan melenyapkan segala kekhawatirannya. Hingga sepersekian detik kemudian, seakan doanya baru saja dijabah, mendadak Yoongi merasakan jari jemari Gina bergetar yang kemudian disusul dengan menyingkapnya kelopak mata yang mengatup damai tadi secara perlahan.

Yoongi menunggu antusias, memandangi sang kekasih tanpa ingin berpaling, tatkala Gina berusaha mencerna apa yang telah terjadi.

"Yoonki-ah..."

Gadis itu memanggil lirih selagi ia berusaha membangunkan diri. Sedikit kaget akan sosok Yoongi yang kini ada di hadapannya sesaat ia terbangun.

"Hey jangan buru-buru, berbaring saja dulu."

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Where stories live. Discover now