Atau Faksi. Hayo, Pilih yang Mana?

11 1 0
                                    

Faksi bukannya yang dipolitik itu? Hoo, tapi bukan itu yang kubahas kali ini:")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Faksi bukannya yang dipolitik itu? Hoo, tapi bukan itu yang kubahas kali ini:")

◇ Pengertian Faksi

Faksi adalah fakta yang fiksi, atau karya tulis berdasarkan fakta yang ditulis dengan gaya naratif, agar dapat lebih menarik perhatian pembacanya.

Bambang Trim, mengemukakan bahwa memang ada wilayah abu-abu antara fiksi dan nonfiksi dari segi adanya unsur cerita/kisah di dalam suatu karya tulis. Karena itu, pembagian genre tidak resmi ini menghasilkan faksi.

Faksi berdasarkan penelusuran adalah istilah slang  alias tidak baku yang berkembang untuk menyebut karya tulis yang tidak dapat sepenuhnya disebut fiksi (khayalan/imajinasi) dan tidak juga dapat sepenuhnya disebut nonfiksi. Faksi adalah fakta yang dikisahkan layaknya karya fiksi.

◇ Bedanya Sama Fiksi Apa?

Fiksi dan faksi meskipun beda-beda tipis, sama menariknya. Seorang Dahlan Iskan lebih memilih kisah masa kecilnya dinovelkan dengan judul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Khrisna Pabhicara. Itu adalah karya fiksi karena diwujudkan dalam bentuk novel dan kisahnya sudah dibumbui dengan imajinasi penulisnya.

Begitupun kisah Laskar Pelangi meskipun berbasis kisah nyata penulisnya dan tokoh-tokoh di dalam novel itu ada dalam kehidupan nyata, Andrea Hirata tetap menempatkannya sebagai novel karena jalan cerita yang sudah tidak lagi mengikuti kisah sebenarnya.

Macam-Macam Faksi

1. Kisah hidup seseorang = biografi, autobiografi, memoar.

2. Kisah nyata sebuah peristiwa, dan karangan khas (feature).

3. Kisah inspiratif, mini biografi, novelisasi biografi semisal buku Bidadari untuk Dewa, Sehidup Sesurga Denganmu, Narasi Gurunda dan lain-lain.

◇ Faksi Menurut Dunia

Di dalam dunia jurnalistik, ada yang mengenal feature atau karangan khas sebagai faksi. Feature menjadi andalan majalah Tempo untuk menyajikan berita secara mendalamalih-alih kemudian disebut sebagai jurnalisme sastrawi.

Dalam dunia penerbitan buku maka tersebutlah autobiografi, biografi, dan memoar sebagai karya faksi.  Karya-karya itu mengandung data dan fakta yang bukan berasal dari khayalan atau imajinasi penulisnya. Namun, data dan fakta itu harus dikisahkan dengan menghadirkan tokoh, latar/setting, dan alur/plot sehingga menjadi menarik untuk dibaca.

Dalam genre naskah juga kemudian dikenalkan istilah nonfiction novel.

Apalagi ini? Genre ini muncul ketika sebuah peristiwa yang nyata dan melibatkan tokoh-tokoh nyata, kemudian dikisahkan kembali dengan gaya penceritaan sastra berdasarkan hasil riset penulis dan rekaan terhadap dialog-dialog tokoh yang sudah tidak ada (sudah meninggal).  Jadi, ketika ada buku biografi dari tokoh masa lampau misalnya, Jenderal Sudirman, diterbitkan dengan gaya pengisahan seperti novel, itu berarti nonfiction novel.

Nonfiction novel menilik cirinya sebenarnya adalah faksi juga. Tokohnya ada atau pernah ada, peristiwanya benar-benar terjadi, dan tempatnya juga ada; hanya dialog-dialog direkonstruksi oleh penulisnya. Berarti itu adalah faksi.

Cerita anak pun bisa jadi faksi selama berasal dari fakta karena memang pasti ada risetnya masing-masing. Untuk bisa dibilang faksi itu memang agak susah untuk kuantifikasi, sulit menakar berapa prosentase antara fiksi dan faktanya. Cernak pun bisa disebut faksi. Hanya biasanya dipakai untuk buku berisi fakta edukasi. Misal tentang ke museum. Ceritakan museum itu apa, atau patung museumnya yang cerita.

Fuh, rada panjang kalau ini. So, kalian pilih yang mana??
Habis ini kita fokus ke fiksi yap:)
Yang mau nonfiksi/faksi bubay aja haha

Sakka ni Naru [Serba Serbi Literasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang