"Dia tau dari mana kalo kita ada disana?" tanya Chika.

"Gue juga gak tau, tiba-tiba dia dateng."

Chika menolehkan kepalanya ke kiri, "Lo gak ada niatan baikan lagi sama Rakael?" tanyanya menelisik wajah Chika.

"Jangan bahas itu, Key. Gue muak," balas Chika menatap lurus kedepan.

"Sama dia? Atau lo mau gue bujukin Kael?"

Chika tersenyum miring mendengarnya, "Lo gak tau yang sebenarnya, Key. Lo gak tau seberapa brengseknya abang lo itu. Bahkan sampai detik ini aja, gue masih bisa ngerasain rasa sakit itu. Gue bakal jadi sahabat yang buruk buat lo, kalo gue bilang apa yang udah dia lakuin dulu." Chika menghela nafas beratnya.

"Gue benci sama Rakael!"

bruk

Chika dan Keysha tersentak kaget, ketika pintu UKS di buka secara kasar oleh seseorang. Keduanya menatap penuh tanya kepada orang itu.

"Zean?"

"Kalian ngapain disini?" tanya Zean kepada Keysha dan Chika, kemudian mendekati lemari yang penuh obat-obatan.

"Nih, sahabat lo tadi pusing," jawab Chika seadanya. Namun tanggapan Zean berbeda dari biasanya. Cowok itu seakan mengabaikan Keysha disampingnya, Zean sibuk mencari sesuatu di lemari UKS.

"Zean lo nyari apa?" tanya Keysha melihat guratan kekhawatiran dari wajah sahabatnya itu.

"Plester sama obat merah," jawab Zean tanpa melihat Keysha.

"Lo luka? Kenapa?" kini Keysha berdiri dari duduknya.

Zean menggeleng, "Bukan gue, tapi Ahell,"

"Ahell?" gumam Keysha mengerutkan keningnya.

~~~~~

"Awshhhh..." ringis seseorang tak sanggup melihat jari telunjuknya yang terluka sedang diobati oleh Zean dengan taletan.

"Sakit, ya?" tanya Zean ikut meringis.

Aishell mengangguk kecil, "Perih, kak." adunya tak berani mengangkat wajahnya.

"Lukanya cukup dalem ini," Zean memegang jari telunjuk Aishell yang terluka. Entah apa yang Aishell pikirkan, hingga jarinya menjadi korban dari tajamnya silet yang ia gunakan untuk meruncing pensilnya.

Zean kembali melanjutkan mengobati luka di jari Aishell. Kali ini dengan penuh kehati-hatian dan kelembutan agar tidak menyakiti jari mungil yang menurutnya lucu.

Meniupnya pelan membuat Aishell membisu ditempatnya, "Udah, lain kali hati-hati. Jangan bengong kalo lagi megang benda tajam."

"Hey? Ck, malah bengong lagi, kan." seru Zean menyadarkan Aishell. Menatap Aishell intens.

"M-makasih, ya kak. Maaf udah ngerepotin kakak." ucap Aishell.

Diam-diam, Zean tersenyum tipis mengamati wajah Aishell ysng belum berani menghadapkan wajahnya kearahnya. Kini keduanya duduk di satu bangku panjang yang berada di perpustakaan.

Aishell yang merasa diperhatikan, segera berdiri, mengemasi barang-barangnya diatas meja. Aishell hsrus segera pergi dari hadapan Zean, ia tidak ingin Zean kembali marah kepadanya seperti kemarin.

"Kemana?" Zean menahan pergelangan tangan Aishell.

"A-Ahell mau belajar di kelas aja, kak. Maaf udah ganggu kak Zean. Tadi Ahell gak sengaja duduk sini," ucap gadis itu panjang lebar.

"Hm, gitu ya? Kenapa gak duduk lagi? Bukannya kemarin lo bilang, lo pengen belajar bareng gue buat persiapan Olim?"

"Lo se team bareng gue," lanjut Zean semakin membuat Aishell bingung. Kemarin juga cowok itu melarangnya untuk mendekatinya, atau lebih jelasnya Zean meminta Aishell untuk menjauh.

"Tapi kemarin kata kak Zean, Aishell harus enyah dari hadapan kakak." cicit Aishell, kini ia menundukkan kepalanya dalam.

"Kapan gue bilang gitu? Lo salah denger kali?"

"Gak kok! Ahell gak salah denger!" Aishell memberanikan dirinya membalas tatapan Zean.

"Yaudah, lah. Anggap aja gue gak pernah ngomong gitu. Sini duduk sini lagi, gue gak mau team gue kalah di Olim minggu depan." Zean menarik tangan Aishell pelan, kembali duduk ditempatnya yang tadi.

Dari arah belakang rak-rak buku, Keysha memandang interaksi kedua orang itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Kedekatan Zean bersama gadis yang tidak Keysha kenali. Aneh baginya, melihat Zean bisa berbicara banyak bahkan tanggung-tanggung Zean memegang tangan gadis itu.

Hal baru yang pertama kali Keysha lihat. Selama persahabatan mereka, tak sedikitpun Keysha melihat Zean seperti ini. Sikap dan tatapan Zean tadi terlihat berbeda sebagimana cara Zean menatap Aishell. Tatapan Zean dingin, namun dibaliknya ada keteduhan yang teramat dalam.

Apa mungkin ini adalah awal keretakan hubungan mereka? Tidak! Keysha tidak pernah kepikiran untuk membuat jarak diantaranya dengan Zean. Mereka sudah bersama dari kecil. Hanya Zean yang selalu mengerti apapun tentang Keysha. Namun, mungkin hal itu tidak sebaliknya.

Setelah kejadian itu, Keysha merasa Zean benar-benar menjauhinya. Tidak ada lagi perhatian hangat yang selalu Zean berikan kepadanya, tidak ada lagi tingkah laku random Zean yang mampu membuat Keysha tersenyum, tidak ada lagi Zean seperti dulu yang selalu membuat Keysha nyaman bersamanya.

Zean, sahabatnya berubah.

"Apa gue boleh egois buat ini semua, Ze? Gue gak mau kehilangan lo sebagai sahabat gue, tapi gue juga gak yakin bisa lupain Gavin."


-to be continue-

See u next part semuanyaaaa! Sehat terus ya kalian 😇🌸

Garis Takdir [END]Where stories live. Discover now