Di mana berita tentang pernikahan suaminya dan perempuan ini.

Hazen terdiam.

"Kamu bisa melukai hati aku, dengan perbuatan yang menjijikan seperti itu. Memaksa suamiku menikahi kamu. Kamu lolos dari aku, tapi..." Nalla menatap lekat mata Hazen. "Tidak dengan anak aku! Kamu gak pernah sekalipun memikirkan bagaimana dia besar nanti, apa yang dia pikirkan tentang keluarganya, tentang dunianya yang berbeda dari orang lain, kamu gak pernah sekalipun memikirkan hal itu, kan!" gertak Nalla di akhir kalimat.

Misha menunduk, ia ikut menahan kesedihan yang Nalla rasakan.

"Asal kamu tau Hazen, di saat aku berusaha mengizinkan kamu tinggal di rumah ini. Demi apapun aku merasakan sakit hati! Aku bahkan berusaha tegar di hadapan semua orang, hanya untuk menghentikan kebisingan yang terus mengasihani aku." Nalla menangis, menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Lalu, perlahan tangan itu turun, lalu Nalla mendongak lagi, menatap Hazen dengan sayu.

Hazen ikut menatap Nalla. Namun dengan cepat ia menatap ke arah lain, entah kenapa ia tak bisa melihat air mata perempuan itu berlama-lama.

"Tapi aku salah. Aku sekarang udah mengorbankan anak aku demi kesalahan kamu dan Mas Alan. Mungkin bukan hanya sekarang, masa depan Arsyad juga akan terenggut nantinya!" lirih Nalla yang tak sanggup mengatakan hal ini.

Hazen meneteskan air matanya dengan tiba-tiba. Entah kenapa di saat ia mendengar tentang Arsyad, hatinya begitu terluka. Ia juga tak terima dengan kejadian yang baru saja di alami oleh Arsyad. Ia takut masa depan anak itu akan terenggut.

"Oke." lirih Hazen pelan. Ia menghapus air matanya perlahan.
"Kalau memang kebahagiaan Arsyad terhalang oleh kehadiran aku di rumah ini...aku akan pergi." ucapnya sambil menatap Nalla dan Misha secara bergantian.

Nalla terdiam mendengar itu.

"Aku akan pergi jauh dari kalian semua. Aku juga gak akan yakin kalo Mas Alan akan menghentikan aku." dengan cepat, Hazen berlari ke lantai atas menuju kamarnya.

Sementara Nalla kini masih syok dan terdiam mendengar ucapan Hazen. Perlahan, ia berbalik, menatap Bundanya.

Dengan cepat, Misha mendekati Nalla lalu memeluk perempuan itu dengan erat. Mencoba menenangkannya.

Tak lama kemudian, Hazen turun dari lantai atas sambil menggeret kopernya. Wajahnya penuh dengan air mata. Tentunya, ia tadi menangis di kamar.

Hazen memberhentikan langkahnya tepat di hadapan Nalla dan Misha.

Ia kini menatap Nalla dengan lurus. "Aku enggak tau ini bakal menjadi dosa siapa. Entah itu dosa seorang suami yang membiarkan Istri keduanya pergi tanpa mencari, entah itu menjadi dosa kamu karena sudah mengusir secara halus, Istri kedua dari suami kamu."

Ucapan Hazen berhasil membuat Nalla menahan kaget dan tak percaya.

"Untuk Ibu Mertua." Hazen menjeda kalimatnya dengan mata yang terus berkaca-kaca, "mungkin kamu bisa ikut terjebak dengan dosa ini, karena ikut membiarkan Istri kedua dari anak kamu pergi." lirihnya.

Misha menatap Hazen dengan lurus.

Namun, baru saja Misha ingin berbicara. Hazen segera pergi keluar rumah sambil menarik kasar kopernya.

NALLAN 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang