13 || Dingin

197 52 78
                                    

㋛︎

Bu, dunia ini terlalu luas dan dingin.
Terlalu kejam untukku hadapi sendiri.
Bisakah kau memelukku sekali saja untuk meredam hidupku yang tidak baik-baik di sini?

-R E C A K A-
.
.
.

-R E C A K A-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

㋛︎

"Bisa gak lo berhenti megang pantat gue?" kata siswa di depan Gata sedikit sinis.

Gata mendengkus malas. "Ye namanya juga antrian padat, pantat tepos lo kesenggol dikit wajar!"

"Kalo kesenggol doang emang wajar. Ini masalahnya lo pake ngeremes, sampis!"

"Ya, maaf. Itu juga gak sengaja," ucap Gata santai tidak memedulikan lirikan tajam yang diberi oleh siswa itu.

Dua bungkus batagor sudah di genggaman Gata, laki-laki itu berjalan pelan dengan mata menyipit dan meletakkan satu bungkus batagor di depan Alfa yang tengah asik dengan roti bakarnya.

"Maaf." Gata bergumam, hampir menyerupai bisikan karena kantin lebih ramai. "Gak seharusnya gue ngungkit masa lalu lo."

Laki-laki itu hendak pergi. Namun dengan cepat Janu meraih tangan Gata dan menyuruhnya untuk duduk. "Kalo minta maaf yang bener!"

Sementara Alfa termenung. Menatap batagor pemberian Gata dengan timun di dalamnya, lantas melirik batagor satunya di tangan Gata yang tak terdapat timun di sana. Gata tidak menyukai timun. Dan Gata tau, Alfa tidak akan mau repot mengantri batagor jika tidak dengannya.

"Kalo minta maaf, tatap matanya. Buktiin kalo lo tulus," kata Janu dengan senyum khasnya. Laki-laki itu kemudian mengarahkan kamera ponselnya ke arah Gata dan Alfa.

"Lo mau ngapain, kampret?" tanya Gata melotot heran.

"Mau vidioin kalianlah. Lucu soalnya," jawab Janu semangat.

"Heh! Enggak, ya!" Alfa lantas dengan cepat merebut ponsel Janu dan menyimpannya di saku. Sementara Janu hanya tertawa geli dan tidak peduli dengan ponselnya yang disita Alfa.

"Gue udah minta maaf. Minta maaf balik dong!" saut Gata mencoba memberanikan diri menatap Alfa.

Alfa mendengkus kecil. Ia menatap Gata kemudian, menemukan wajah babak belur Gata akibat ulahnya sendiri membuat Alfa sedikit menyesali perbuatannya kemarin. "Iya, gue minta maaf. Karena nuduh lo kemaren."

"Gitu doang? Gak ada acara tangis-tangisan atau pelukan haru?" tanya Janu kecewa dan kembali memakan bakso yang ada di mejanya.

Alfa melirik sinis Janu, meski pun dalam hati ia merasa lega. Kemudian netranya kembali menatap Gata. "Lo gak obatin luka lo? Kok kayaknya makin parah?"

Gata terdiam lagi. Sebenarnya ia muak, muak harus berbohong lagi pada teman-temannya. Tapi untuk menyatakan yang sebenarnya pun sulit. Dengan senyuman yang dipaksakan sembari menggaruk tengkuk Gata berkata, "gue merasa baik-baik aja."

RECAKAWhere stories live. Discover now