Lalu ia menyadari tatapan teman sekelasnya yang menatapnya dengan pandangan berbeda-beda. Sialan.

Dengan enggan, Kenzo menarik tubuh Clara dalam dekapannya. Menepuk punggungnya yang gemetaran.

"Jangan menangis" ucap Kenzo dengan kaku.

Clara mendongakkan kepalanya, menatap wajah tampan yang ia sukai dari dulu dengan sendu "jangan membentak ku seperti itu lagi Ken, aku takut".

"Iya".

Mendengar respon tersebut, diam-diam Clara tersenyum miring.  Bagus, memang seharusnya begitu. Kenzo harus tunduk dibawah kendalinya, tak sia-sia ia berakting dengan air mata buayanya ini.

Tak ingin kesempatannya terlewatkan begitu saja, Clara semakin mengeratkan pelukannya dan menelusupkan kepalanya ke dada bidangnya.

Namun pelukan itu tak berselang lama, karena guru mata pelajaran telah masuk kedalam kelas.

Membuat Clara berdecak sebal karena ia tak bisa berlama-lama memeluk Kenzo. Yang dimana jarang mereka lakukan saat sedang bersama.

Tetapi sepertinya ada sesuatu hal yang ingin guru itu sampaikan.

"Morning anak-anak" sapanya dengan riang.

"Morning Ma'am" balas mereka serentak.

"Anak-anak, kita kedatangan siswi baru" ucapnya.

"Ayo sayang masuk, dan perkenalkan dirimu".

Siswi itu kemudian masuk kedalam kelas. Berjalan dengan kepala menunduk, membuat para siswa di kelas menatapnya dengan penasaran.

Saat sudah berdiri di depan kelas, ia mendongakkan kepalanya menatap kearah teman sekelasnya satu persatu.

"Hai semua, perkenalkan nama saya Brianna Dwyne Ellara. Kalian bisa memanggilku Anna" ujarnya lembut. Lalu bibirnya melengkung membentuk senyum manis. Membuat sebagian para siswa menahan nafas.

Deg!

'shit, cantik sekali gadis ini'

'akhirnya, ada yang membuatku semakin bersemangat untuk sekolah'

'entah mimpi apa semalam, hingga saat ini aku bisa bertemu bidadari'

'cih! biasa saja, by the way kosong delapan berapa?'

'cantik sih. tapi sayang, boleh minta nomor ponselnya?

'cantik sekali gadis itu, membuatku iri'

'kau benar. bahkan dilihat dari penampilannya, sepertinya ia berasal dari keluarga terpandang'

'suaranya juga lembut sekal--'

Brak!

Suara gebrakan pintu kelas terdengar begitu keras, membuat atensi para siswa menoleh kearah sana.

"Bedebah! Aduh... Sakit sekali punggungku" rintihnya. Lalu ia menoleh kearah belakang, tangannya spontan menjitak salah satu pemuda berambut keriting dengan kesal.

Pletak

"Aw... Sakit bodoh" ringisnya sembari mengusap-usap kepalanya.

"Kau yang bodoh! Kenapa tiba-tiba mendorongku hah?!"

"Salah sendiri, kenapa kau malah berdiam diri di depan pintu kelas. Yasudah aku dorong saja, jadi aku tak perlu bersusah payah membuka pintu " kilahnya dengan raut wajah tak berdosa.

"Yakh! Kau—"

"Ekhem!"

Perdebatan itu terhenti karena mendengar deheman keras dari arah belakang.

BRIANNA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang